Injil
hari ini adalah perumpamaan yang
mengungkap realitas manusia setelah kematiannya. Yesus
memberitahu kita tentang harga atau hukuman berdasarkan perilaku kita.
Dalam injil terlihat jelas Kontras
antara orang kaya dan orang miskin. Kemewahan dan ketidakpedulian orang
kaya; situasi
menyedihkan Lazarus, dengan anjing-anjing yang datang untuk menjilat boroknya
(lihat Lukas 16,19-21). Kita
bisa berpikir, di mana posisi kita
sesuai dengan injil hari ini?
Masyarakat kita mendorong kita untuk hidup dengan baik
setiap saat. Dengan
kenyamanan dan kesejahteraan, menikmati dan tanpa khawatir. Hidup
untuk dirinya sendiri, tanpa memperhatikan orang lain, atau paling tidak, hanya
mengkhawatirkan apa yang diperlukan untuk menenangkan hati nurani kita, tapi
tidak dengan rasa keadilan, cinta atau solidaritas.
Orang kaya dari perumpamaan ini didefinisikan oleh apa
yang dimilikinya, dia tidak memiliki identitas, tidak ada nama. Pencarian
kekayaan dan keamanan manusia menunjukkan kekurangan kekayaan dan identitas
batin. Ketika
dia datang ke dunia, Tuhan hanya bisa menjadi miskin, karena tidak ada kekayaan
manusia yang dapat memperkaya dia: Tuhan menjadi segalanya, kekayaannya
terwujud dalam kemiskinan. Dia tidak butuh
sesuatu untuk menjadi kaya tak terbatas. Yesus
tidak memanggil kita untuk kemiskinan, dia memanggil kita untuk kekayaan, tapi
kekayaan orang-orang yang memiliki Tuhan.
Saudaraku, Uang dan kekayaan materi lainnya membuat hati orang kaya dari perumpamaan itu: tidak peduli dengan Lazarus yang malang di depan pintunya, tuli kepada Tuhan. Pada masa Prapaskah kita membiarkan diri kita dimurnikan dari semua yang bukan Tuhan, hari ini kita meminta Tuhan untuk mencerahkan dan menyucikan kita menggenai penggunaan uang dan barang-barang duniawi lainnya. Uang dan barang duniawi, menjadi berhala ketika kita berhenti menjadikannya sarana relatif dan menjadi tujuan mutlak. Uang dan kekayaan yang kita miliki memiliki makna lebih jika kita gunakan melayani tetangga, sebagai sarana untuk berbuat baik, selain untuk kesejahteraan hidup kita dan keluarga kita masing-masing.
Santo Gregorius Agung mengatakan kepada kita bahwa "semua hal ini dikatakan sehingga tidak ada yang bisa berpura-pura bodoh". Kita perlu menanggapi penderitaan orang miskin, orang sakit, atau mereka yang telah ditinggalkan. Akan sangat baik mengingat perumpamaan ini sesering mungkin sehingga bisa membuat kita lebih bertanggung jawab atas hidup kita.
Tuhan, Ajari aku bahwa ENGKAULAH adalah satu-satunya kekayaan. Saya berterima kasih atas barang yang Anda berikan kepada kami dalam penciptaan, saya meminta Anda untuk mengetahui bagaimana mengg unakannya untuk mencintai SESAMAKU. AMIN
Komentar
Posting Komentar