Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2019

MUTIARA “YA” BUNDA MARIA..

Tak terlukiskan pedihnya hatimu tat kala melihat Putramu wafat di palang penghinaan Ketika mengatakan "ya", apakah engkau tahu itu akan berakhir seperti ini? Bahwa pedang kesakitan akan menusuk hatimu? Yah itu konsekuensi dari jawaban ya.. Setuju ketika Dia meninggalkan rumah, meninggalkanmu sendirian. Oh Bunda, Engkau menanggung semua hal buruk tentang Dia. Perawan termulia, Engkau telah menyaksikan orang-orang yang membenci Dia dan Kau melihat Dia pergi ke Yerusalem di mana Ia akan mati. Kata-kata para penguasa menyayat hatimu: "Dia pantas mati! " Dan Engkau mengikuti-Nya langkah demi langkah.. Salib yang berat dipanggul untuk naik ke Gunung Kalvari. Bunda yang terberkati, Engkau melihat Dia terpaku di tiang gantungan Salib, di antara dua penjahat.. Dan orang banyak itu mencibir. Dan para prajurit menghina-Nya. Engkau tidak mengalihkan pandangan dari-Nya. Engkau merasakan napas terakhir-Nya, dan menerima napas terakhir-

MAKNA SALIB BAGI ORANG KATOLIK

Hari ini, Jumat Agung kita bermenung mengenai via dolorosa Tuhan Yesus. Dia memanggul salib-Nya dan kemudian wafat di Kayu Salib, palang penghinaan. Tentu ada ribuan salib ketika Pengadilan Kekaisaran Roma menuntut hukuman mati, di mana pun jalan Kekaisarannya yang luas haus akan penaklukan. Namun, sejak 2000 tahun, hanya ada satu salib yang tetap dikenang yakni Salib Yesus. Jejak salib ini dari generasi ke generasi tidak dapat disangkal. Mengapa ? Pertama , kita   memahami salib bukanlah sekedar obyek hiasan yang digantung di rumah kita atau pun di mobil kita masing-masing, atau obyek takhayul, dengan kebajikan magis ... Tidak.   Salib adalah adalah palang penghinaan dan alat penyiksaan untuk menghukum mati Yesus. Pada sali bitu ada banyak darah, banyak darah, yang dicurahkan oleh-Nya yang ditunjukkan oleh Yohanes Pembaptis sebagai Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia ... khususnya dosa kita. Pengadilan Yesus yang merupakan parodi dari keadilan "agung" dun

Pelecehan dalam Gereja: Perjalanan dari penghinaan ke Kerendahan Hati

Salah satu poin yang diangkat oleh Uskup Agung Bourges dalam rekoleksi sehari di Bourges di hadapan para imam dan diakon sebelum misa krisma, Selasa 16 April 2019 adalah mengenai pelecehan dalam gereja.   Dengan menyaksikann berbagai berita yang akhir-akhir ini ditayangkan di tv atau yang ditulis dalam surat kabar, tentu membuat semua agen pastoral, uskup, imam, diakon, dan umat awam merasa prihatin dengan situasi dramatis ini. Mereka merasakan penderitaan besar bagi para korban dan mereka yang menderita. "Ketika satu anggota sakit, seluruh tubuh menderita ." Dalam tv arte, pernah ditayangkan kasus abuse yang dilakukan oleh seorang pendiri konggregasi kepada para suster. Umat yang saya jumpai mengungkapkanperasaan sedih,terkejut, tidak berdaya, tidak mengerti, kehilangan kepercayaan, kelelahan, kaget, kecil hati,.. ... Para suster tua yang saya jumpai juga merasa prihatin dengan iklim kecurigaan yang ditimbulka. Kecurigaan yang agak umum sangat berat untuk ditanggung,