Mungkin di antara kita sudah ada yang mengalami peristiwa apes ketika dalam perjalanan harus mengalami ban pecah (mobil, motor, atau pun sepeda). Rasa kecewa bertambah kalau tujuan yang ditempuh masih jauh, atau rasa lapar sudah tak tertahankan. Jalan satu-satunya adalah harus membereskan ban yang kempis itu. Saya juga pernah mengalami pengalaman pecah ban, yakni pada saat masih menjalankan tahun pembinaan sebagai calon imam di Novisiat Karanganyer-Kebumen, Jawa Tengah. Saat itu kurang lebih 13 tahun silam, saya bersama dengan konfraterku P. Steven Belyanan, MSC jalan-jalan di Gombong, pada masa live in dengan menggunakan sepeda. Saat itu P. Steven yang mengayuh sepeda sampai di sekitar Rumah Sakit Gombong. Karena kami naik sepeda berdua, maka ban sepeda pun jadi kempis. Dalam perjalan pulang ke rumah tempat live-in yang jaraknya cukup jauh (yakni di rumah orang tua P. Hertanto, MSC), kami harus mendorong sepeda malang itu. Ban sepeda tanpa udara, tidak berfun...
Blog ini digunakan untuk kepentingan studi, refleksi dan sharing pengalaman.