Tout être créé est un mot de Dieu, voilà le sens général
et commun de toute la création[1]
Terima kasih atas tulisan indah dari konfraterku Dr.
Berty Ohoiwutun, MSC. (bisa dibaca di: https://www.beritasatu.com/opini/6661/corona-kita-dan-alam?fbclid=IwAR0Is4tRuTeYHwnUosomoz1zxxgCckFZZYQhOZlJ7a0oLK6hk-LQqkc48EE).
Dengan membaca tulisan itu, saya terinsipirasi untuk bermenung dalam masa-masa
“lockdown total” di Perancis, yang masih akan berlangsung hingga tanggal 11 Mei
nanti.Pada sore hari ini, setelah jalan-jalan sore di taman biara MSC Issoudun
yang begitu luas dan setelah membaca tulisan itu saya terdorong untuk menulis
permenungan ini.
Tak dapat dipungkiri bahwa alam ciptaan dan dunia makluk
hidup begitu beragam. Dalam keberagaman itu ada harmoni atau keseimbangan. Inilah yang menjadi kabar gembira pertama tentang
Kasih Tuhan. Kita sering mengatakan bahwa
kita dapat melihat Tuhan di mana-mana, semua ciptaan menyerukan kepada kita
tentang Dia. Tapi, apa arti sebenarnya?
Allah adalah Kasih (Deus Caritas est). Dialah pembangun
ruang, waktu, energi, materi, kehidupan, hubungan, dan lain-lain. Hukum-Nya dan
bagaimana Dia merancang realitas untuk dijalankan selalu merupakan ekspresi
dari sifat-Nya sendiri. Kita dapat melihat lingkaran kasih Allah itu di alam
ciptaan-Nya.
"Ketika
Allah menciptakan, Dia membangun realitas untuk beroperasi selaras dengan
sifat-Nya sendiri dan prinsip cinta adalah prinsip memberi."
Ketika kita mengamati alam, kita melihat konsep Kasih ini
ditunjukkan melalui memberi dan menerima. Salah satu contoh spesifik dari memberi
dan menerima antara tumbuhan dan manusia antara lain: setiap kali kita bernapas
kita memberikan karbondioksida ke tanaman, dan tanaman memberikan kepada
kita oksigen. Ini adalah lingkaran pemberian yang tidak pernah berakhir, yang
mau mengatakan bahwa kehidupan sebenarnya dibangun dalam keterjalinan atau
keterhubungan.
Bagi Paus Fransiskus. “jika kita menyadari pancaran
Tuhan yang ditemukan dalam segala yang ada, dalam alam ciptaan, hati kita akan
tergerak untuk memuji Tuhan untuk segala ciptaan yang ada, dan bersamanya kita
memuji Tuhan (Laudato Si no, 87).
P. Jules CHEVALIER mengatakan: "Setiap makhluk
ciptaan adalah “WORD of God" dan dia menambahkan (dengan
menggunakan huruf kapital ) bahwa dari semua "firman Tuhan",
"Hati Kudus Yesus adalah puncak. " Hati Yesus dipenuhi
dengan semua harta yang telah Tuhan Allah pusatkan padaNya. Dari Hati itu mengalir semua rahmat yang mengalir tiada
habisnya. Hati ITU tidak lain adalah Kasih Allah sendiri. Kita secara mendalam bermenung dalam masa Paskah ini. Kasih
itu tidak egois, karena Allah begitu mencintai dunia yang Dia ciptakan.
P. Jules Chevalier mengingatkan kita agar perlu memiliki
kepekaan rohani untuk mendengar "sabda" yang “diucapkan” oleh atom,
dunia dan manusia. Setiap makhluk ciptaan “mengungkapkan” masing-masing
dengan ukurannya, sesuatu tentang Hati Allah, "sesuai dengan model"
(yakni Hati Kristus sendiri). Di atas segalanya Allah ingin mengungkapkan
seluruh hatiNYA, Dia terus "menunjukkan diriNya lebih banyak lagi"
dan P. Jules Chevalier tidak lain merujuk pada Inkarnasi. Dia menjadi sahabat
dalam peziarahan kita di dunia... ". Bahkan Dia rela wafat di puncak
Kalvari. "Dari Hati Yesus yang tertembus di Kalvari, Sabda yang
menjelma menjadi manusia, kata Pastor Jules Chevalier, "Saya
melihat munculnya dunia baru, dunia orang-orang pilihan."
Motto
kongregasi MSC adalah “Dikasihilah Hati Kudus Yesus di seluruh dunia.”
Moto ini menggemakan ekpresi cinta tanpa batas. Kita dipanggil untuk mencintai
Hati Kudus Yesus yang adalah pusat dari seluruh ciptaan, sebagaimana
diungkapkan dalam banyak tulisan P. Jules Chevalier.
Paus Fransiskus menulis:…alam ciptaan diciptakan oleh Bapa yang sama, kita dan semua ciptaan yang lain disatukan oleh ikatan yang tak kelihatan, dan membentuk sebuah keluarga universal, sebuah persekutuan agung yang mendorong kita pada sebuah penghormatan kudus, dan lemah lembut kepada sang pemberi kehidupan, karena toh makhluk-makhluk dunia ini tidak dapat dianggap sebagai barang tanpa pemilik: “mereka adalah milik-Mu, ya Tuhan, yang mencintai kehidupan” (Kebijaksanaan 11:26).. (Laudato Si, no. 89). Pertobatan ekologis sebagaimana yang dimaksudkan oleh Paus Fransiskus tidak lain dipuncaki dalam “cinta kepada Hati Kudus Yesus” sebagai obat penyembuh penyakit zaman, sesuai dengan spiritualitas dan charisma Pater Jules Chevalier. Buah dari cinta kepada Hati Kudus Yesus adalah cara hidup menurut hati. Cara hidup menurut hati tidak lain adalah hidup yang penuh dengan belaskasih, kelembutan, dan punya perhatian bagi yang lain, termasuk kepada semua ciptaan yang lain (Bdk. Laudato Si, no. 91). Kristus telah bangkit…Alleluia…Amin
Paus Fransiskus menulis:…alam ciptaan diciptakan oleh Bapa yang sama, kita dan semua ciptaan yang lain disatukan oleh ikatan yang tak kelihatan, dan membentuk sebuah keluarga universal, sebuah persekutuan agung yang mendorong kita pada sebuah penghormatan kudus, dan lemah lembut kepada sang pemberi kehidupan, karena toh makhluk-makhluk dunia ini tidak dapat dianggap sebagai barang tanpa pemilik: “mereka adalah milik-Mu, ya Tuhan, yang mencintai kehidupan” (Kebijaksanaan 11:26).. (Laudato Si, no. 89). Pertobatan ekologis sebagaimana yang dimaksudkan oleh Paus Fransiskus tidak lain dipuncaki dalam “cinta kepada Hati Kudus Yesus” sebagai obat penyembuh penyakit zaman, sesuai dengan spiritualitas dan charisma Pater Jules Chevalier. Buah dari cinta kepada Hati Kudus Yesus adalah cara hidup menurut hati. Cara hidup menurut hati tidak lain adalah hidup yang penuh dengan belaskasih, kelembutan, dan punya perhatian bagi yang lain, termasuk kepada semua ciptaan yang lain (Bdk. Laudato Si, no. 91). Kristus telah bangkit…Alleluia…Amin
[1]
"Setiap makhluk ciptaan adalah Sabda dari Tuhan sendiri. Itulah makna umum
dan keseluruhan ciptaan Allah." Melalui ciptaan-Nya, Allah
"menunjukkan" diri-Nya sendiri. Ini menjadi keyakinan dasar P. Jules Chevalier dalam
tulisan-tulisannya.
[1] "Setiap makhluk ciptaan adalah Sabda dari Tuhan
sendiri. Itulah makna umum dan keseluruhan
dari semua ciptaan." Melalui ciptaan-Nya, Allah"menunjukkan" diri-Nya
sendiri, seperti yang dikatakan oleh P. Jules CHEVALIER!
menulis terus ya. menulis di ruang publik
BalasHapus