Langsung ke konten utama

Renungan Harian: Orkestra Rohani Dalam Hidup Membiara





Disiplin Hidup Membiara

Sebagai satu keluarga rohani, para Misionaris Hati Kudus Yesus dipanggil untuk memiliki satu pikiran dan tujuan. Ini tidak berarti mengabaikan karunia pribadi; sebaliknya, mereka harus berusaha untuk mencapai karunia yang lebih tinggi, yang diberikan oleh Roh Kudus secara berbeda kepada setiap orang. Meskipun memiliki keragaman karunia, mereka harus tetap bersatu dalam cara bertindak.

Mereka harus menjaga disiplin diri yang baik, yang memungkinkan segala sesuatu berjalan dengan teratur dan harmonis. Setiap anggota mengatur kehidupan dan praktik mereka dengan tujuan yang sama, bergerak maju bersama seperti satu orang yang memiliki satu hati dan satu pikiran.

Dalam menjalankan misi mereka untuk melayani sesama, para misionaris tidak boleh melupakan pentingnya kehidupan kontemplatif. Mereka harus menyeimbangkan karya-karya pelayanan aktif dengan waktu untuk berdoa dan merenung, di mana mereka tetap dekat dengan Tuhan.

 

 

 

(Konstitusi MSC 1877, BAB IV, p. 22-23)

 



Teks dari Konstitusi MSC 1877 ini melukiskan komunitas hidup membiara sebagai sebuah orkestra rohani. Tuhan, Sang Konduktor Agung, memberikan kepada setiap anggota sebuah alat musik yang unik—itulah karunia pribadi kita. Ada yang memainkan biola dengan merdu, ada yang meniup terompet dengan gagah, ada pula yang menabuh genderang dengan mantap. Semuanya berbeda, dan keindahan justru terletak pada keragaman itu.

Namun, apa yang terjadi jika setiap pemain memainkan lagunya sendiri tanpa peduli pada yang lain? Hasilnya adalah kebisingan yang kacau. Di sinilah disiplin diri berperan sebagai partitur musik. Disiplin bukanlah aturan yang kaku untuk menekan keunikan kita, melainkan panduan yang menyatukan setiap nada berbeda menjadi satu harmoni yang agung. Dengan disiplin, kita belajar kapan harus tampil solo dan kapan harus menjadi pengiring, semuanya demi satu tujuan: mempersembahkan simfoni terindah untuk kemuliaan Tuhan dan pelayanan kepada sesama.

Akan tetapi, orkestra yang hebat tidak hanya berlatih bersama. Para musisinya juga perlu waktu untuk menyendiri, merawat alat musiknya, dan mendalami jiwanya. Inilah kehidupan kontemplatif. Di tengah kesibukan melayani dunia, kita dipanggil untuk masuk dalam keheningan doa dan permenungan. Di sanalah kita "menyetel" kembali hati kita agar selaras dengan kehendak Sang Konduktor. Tanpa momen hening ini, pelayanan kita bisa menjadi sumbang dan kehilangan sumber kekuatannya.

Maka, hidup membiara adalah sebuah seni menyeimbangkan antara memainkan karunia unik kita, mengikuti partitur disiplin bersama, dan selalu kembali kepada Sang Konduktor dalam keheningan doa. Ketika ketiganya menyatu, kita bergerak maju bersama "seperti satu orang yang memiliki satu hati dan satu pikiran," menciptakan musik cinta Tuhan yang dapat didengar oleh seluruh dunia.

 

Inspirasi 

Karunia pribadimu adalah nada unik yang Tuhan berikan. Disiplin komunitas adalah harmoni yang menyatukannya. Dan doa adalah keheningan di mana engkau mendengar kembali musik dari Sang Pencipta.

 

Doa 

Ya Tuhan, Sang Konduktor Kehidupan kami,

Terima kasih atas karunia unik yang Engkau tanamkan dalam diri kami masing-masing. Ajarilah kami untuk tidak menyembunyikannya karena takut, atau menyombongkannya karena ego.

Berilah kami rahmat disiplin diri, agar kami mampu menyelaraskan irama hidup kami dengan irama komunitas, bergerak dalam satu harmoni untuk mewartakan kasih-Mu.

Di tengah kesibukan karya pelayanan kami, jagalah agar kami tidak pernah melupakan pentingnya keheningan. Tariklah kami selalu untuk kembali ke dalam hadirat-Mu, tempat kami menemukan kekuatan, kedamaian, dan arah yang sejati.

Semoga hidup kami menjadi sebuah simfoni indah yang memuliakan nama-Mu dan membawa sukacita bagi sesama. Amin.

 

Jakarta, 9 September 2025

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEORANG DUDA BISA MENJADI IMAM?

P. de Vaugelas adalah seorang pastor projo keuskupan agung Bourges-Perancis Tengah.   Dia sebelumnya adalah seorang bapa keluarga yang memiliki pekerjaan top di salah satu bank Amerika di Paris. Selama masa kerja dia sudah berkeliling dunia, termasuk Indonesia. Waktu luang pun dia pernah habiskan untuk masuk dalam sekolah special di Chateroux untuk menjadi pilot. Dia jalankan itu dengan baik, dan mampu menjadi pilot dalam masa belajar hanya dalam satu tahun saja. “Saya kalau mengemudi mobil, tangan selalu siap sedia di bagiaan rem tangan, dll. Itu semua karena saya terbiasa menjadi pilot,” katanya kepadaku saat kami kembali dari l’abbey Fontgombault pada awal bulan April 2017. Yang menarik buat saya adalah sejak istrinya meninggal dia banyak berefleksi untuk menjadi imam. Dalam usianya yang tidak lagi muda (69 tahun), dia tetap rendah hati untuk meminta bimbingan rohani, termasuk meminta bimbingan rohani kepada salah satu konfrater MSC di Issoudun, Alfred Bours, MSC. Dia...

TANDA-TANDA KEHADIRAN ALLAH DALAM HIDUP: SEBUAH PERMENUNGAN!

Saya yakin bahwa tidak seorang pun dari kita yang pernah melihat Tuhan. Ketika seseorang berkata, " Saya percaya kepada Tuhan ," dia tidak mengatakan bahwa dia memiliki bukti keberadaan Tuhan, tetapi bahwa dia memiliki iman kepadaNya. Kata " iman " berarti "percaya." Orang-orang yang percaya adalah orang-orang yang bersatu dengan Tuhan. Mereka mengalami kehadiranNya dalam hidup mereka. Mereka tidak percaya pada transendensi sederhana, atau energi, kekuatan yang tak terlihat ... tetapi mereka percaya kepada SESEORANG yang berbicara kepada mereka secara pribadi, melalui peristiwa-peristiwa hidup mereka, dalam pengalaman batin mereka. Tuhan sering dilambangkan dengan cahaya. Seperti matahari, yang tidak bisa saya tatap secara langsung, tetapi yang menerangi apa yang mengelilingi saya, Tuhan, yang tidak saya lihat, menerangi keberadaan saya dengan memberi saya "tanda-tanda" kehadiran-Nya.  Sejak awal, Tuhan berbicara kepada manusia...

PESONA BUNDA HATI KUDUS MENARIK BANYAK PEZIARAH KE ISSOUDUN

"Issoudun tetap jadi tempat ziarah yang menarik perhatian umat Katolik Perancis" Sejak 8 September 1869, para peziarah datang ke Issoudun untuk berdoa kepada BUNDA HATI KUDUS.   Hari ini saya tergerak untuk menulis artikel mengenai “Bunda Hati Kudus”. Di Indonesia, gelar Bunda Hati Kudus mungkin sudah agak jamak, dan tidak asing lagi. Namun tak dapat dipungkiri bahwa mungkin belum banyak yang tahu sejarah dan makna di balik gelar itu. Gelar Maria Bunda Hati Kudus diberikan oleh P. Jules Chevalier, pendiri tarekat MSC dan suster PBHK. Dia d itahbiskan sebagai imam pada tanggal 14 Juni 1851 , di Bourges-Perancis. Setelah   berkarya di tiga tempat berbeda di keuskupan Bourges yang luas sebagai pastor rekan (Ivoy-le-Pré, Châtillon-sur-Indre dan Aubigny-sur-Nère), dia kemudia menerima nominasi untuk bekerja Issoudun-Perancis tengah Pada bulan September 1854. Dia tiba di Issoudun pada bulan Oktober 1854 dengan salah satu temannya, Emile Maugenes...