Langsung ke konten utama

Lingkaran kasih Allah di Alam Semesta



 
Musim semi selalu indah di Eropa. Saya secara pribadi mengagumi karya Tuhan di benua 4 musim ini. Saat musim semi seperti saat ini, daun-daun hijau di mana-mana. Bunga-bunga tumbuh mekar berseri. Bahkan wangi semerbak bunga-bunga musim semi membuat mereka yang suka menikmati jalan sore di taman-taman lebih bersemangat mengayunkan langakah kaki mereka. Di belakang biara MSC Issoudun ada taman yang besar. Ada pepohonan yang indah dan sangat pas untuk jalan kaki. Saya sering kali jalan kaki di taman yang luas itu, sambil bermenung mengenai kebesaran karya TUHAN ini. 
 

Tema tahunan di tempat ziarah « Bunda Hati Kudus Issoudun » adalah « tous appelé à être sur terre le cœur de Dieu, alias semua dipanggil untuk menjadi Hati Allah di dunia. Dengan seringnya mengagumi keindahan alam di Perancis pada umumnya dan di Issoudun pada khususnya, saya  tergerak untuk menulis permenungan mengenai cinta, secara khusus belajar dari hubungan kita dengan alam ciptaan.

Kita sering mengatakan bahwa kita dapat melihat Tuhan di mana-mana, semua ciptaan menyerukan kepada kita tentang Dia. Tapi, apa arti sebenarnya?

Tuhan, yang adalah cinta, adalah pembangun ruang, waktu, energi, materi, kehidupan, hubungan, dan lain-lain. Hukum-Nya dan bagaimana Dia merancang realitas untuk dijalankan selalu merupakan ekspresi dari sifat-Nya sendiri. Kita dapat melihat lingkaran kasih Allah di alam.

    "Ketika Tuhan menciptakan, Dia membangun realitas untuk beroperasi selaras dengan sifat-Nya sendiri dan prinsip cinta adalah prinsip memberi."

Tuhan adalah cinta dan esensi cinta adalah memberi. Bahkan Allah memberikan hidup Anak-Nya untuk menyelamatkan kita dari segalah dosa kita.


    “Cinta bukan egois, karena Tuhan begitu mencintai dunia yang Dia berikan.”
Ketika kita mengamati alam, kita melihat konsep cinta ini ditunjukkan melalui memberi dan menerima. Salah satu contoh spesifik dari pemberian dan penerimaan antara tumbuhan dan manusia antara lain:
“Dengan setiap napas kita  memberikan karbondioksida ke tanaman, dan tanaman memberikan oksigen kembali kepada kita. Ini adalah lingkaran pemberian yang tidak pernah berakhir di mana kehidupan sebenarnya dibangun untuk beroperasi. 


Sebagai ciptaan yang memiliki “kebebasan”, Kita bebas untuk melanggar hukum memberi dan menerima ini, hukum cinta ini, tetapi jika kita melakukannya hanya mengarah pada kematian. Contohnya kita bisa mengambil kantong plastik dan mengikatnya di atas kepala dan dengan egois menimbun karbon dioksida untuk diri sendiri, tetapi upahnya adalah kematian.
Jika kita menimbun karbon dioksida kita pada diri kita sendiri, kita benar-benar akan mati. Demikian pula dosa tidak sesuai dengan cinta karena dosa adalah pelanggaran terhadap hakikat Tuhan. Dosa menyimpang lingkaran cinta yang dimulai dan diakhiri dengan Tuhan.


Kita mati karena pelanggaran dan dosa. Kita dalam kondisi terminal. Namun, melalui Kristus, Tuhan bekerja untuk mengembalikan kita kembali ke dalam harmoni dengan diri-Nya sendiri sehingga kita dapat memiliki kehidupan yang kekal. Amen


Komentar p. Hans Kwakman atas refleksi ini:” Trims Yongki. Alam ciptaan dan dunia makluk hidup yng begitu beragam namun harmonis menjadi kabar gembira pertama ttng cinta Tuhan yng beraneka ragam.”



Top of Form
Bottom of Form

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TANDA-TANDA KEHADIRAN ALLAH DALAM HIDUP: SEBUAH PERMENUNGAN!

Saya yakin bahwa tidak seorang pun dari kita yang pernah melihat Tuhan. Ketika seseorang berkata, " Saya percaya kepada Tuhan ," dia tidak mengatakan bahwa dia memiliki bukti keberadaan Tuhan, tetapi bahwa dia memiliki iman kepadaNya. Kata " iman " berarti "percaya." Orang-orang yang percaya adalah orang-orang yang bersatu dengan Tuhan. Mereka mengalami kehadiranNya dalam hidup mereka. Mereka tidak percaya pada transendensi sederhana, atau energi, kekuatan yang tak terlihat ... tetapi mereka percaya kepada SESEORANG yang berbicara kepada mereka secara pribadi, melalui peristiwa-peristiwa hidup mereka, dalam pengalaman batin mereka. Tuhan sering dilambangkan dengan cahaya. Seperti matahari, yang tidak bisa saya tatap secara langsung, tetapi yang menerangi apa yang mengelilingi saya, Tuhan, yang tidak saya lihat, menerangi keberadaan saya dengan memberi saya "tanda-tanda" kehadiran-Nya.  Sejak awal, Tuhan berbicara kepada manusia

MENGENAL TAREKAT RGS-ANGERS

Pada hari ini, 15 Desember 2016, kami makan siang di rumah biara tempat lahirnya tarekat Kongregasi Bunda Pengasih Gembala Baik ( juga dikenal sebagai Good Shepherd Sisters – RGS ). Letaknya tidak jauh dari pastoran Santo Yoseph Angers. Pastor Gilles Crand, Pr mengantar P. Sebastian, P. Martin dan saya untuk makan siang di rumah biara yang besar itu . Komunitas itu hanya dihuni oleh 12 orang suster dari berbagai negara, yakni: India, Irlandia, Swiss, Peru, Costarika, Colombia, dan Perancis. Walaupun di biara pusatnya itu hanya dihuni oleh 12 suster, namun tarekat yang lahir di kota Angers itu, sudah menyebar di berbagai negara di dunia. Saya bertanya kepada salah satu suster asal India yang bertugas di situ mengenai jumlah anggota di seluruh dunia.   Dia mengatakan bahwa   kongregasi internasional dalam Gereja Katolik Roma itu, dulu anggotanya hampir 10,000 orang di dunia. Saat ini kira-kira hampir 4.000 hadir di 72 negara di lima benua, termasuk di Indonesia. Kongregasi

SEORANG DUDA BISA MENJADI IMAM?

P. de Vaugelas adalah seorang pastor projo keuskupan agung Bourges-Perancis Tengah.   Dia sebelumnya adalah seorang bapa keluarga yang memiliki pekerjaan top di salah satu bank Amerika di Paris. Selama masa kerja dia sudah berkeliling dunia, termasuk Indonesia. Waktu luang pun dia pernah habiskan untuk masuk dalam sekolah special di Chateroux untuk menjadi pilot. Dia jalankan itu dengan baik, dan mampu menjadi pilot dalam masa belajar hanya dalam satu tahun saja. “Saya kalau mengemudi mobil, tangan selalu siap sedia di bagiaan rem tangan, dll. Itu semua karena saya terbiasa menjadi pilot,” katanya kepadaku saat kami kembali dari l’abbey Fontgombault pada awal bulan April 2017. Yang menarik buat saya adalah sejak istrinya meninggal dia banyak berefleksi untuk menjadi imam. Dalam usianya yang tidak lagi muda (69 tahun), dia tetap rendah hati untuk meminta bimbingan rohani, termasuk meminta bimbingan rohani kepada salah satu konfrater MSC di Issoudun, Alfred Bours, MSC. Dia jug