Sungguh
menarik bacaan injil pada hari ini. Yesus masuk dengan kehendak
bebas pergi ke Yerusalem. Sesampainya di kota, Dia pergi ke
kuil, pusat kehidupan religius orang-orang. "Dia
memeriksa semua hal," dengan gamblang mengevaluasi pelanggaran yang Dia
temukan, tanpa bereaksi segera terhadap emosi yang tiba-tiba. Dia
kembali ke Bethany untuk bermalam di sana dan Dia berdoa agar keputusanNya
sesuai dengan kehendak Bapa-Nya. Dia
berdoa untuk keberanian dan kekuatan untuk menghadapi penguasa Yahudi.
Para murid
menilai bahwa kedatangan Yesus ke bait suci hampir merupakan tindakan bunuh
diri, karena Dia berpetualang di tanah di mana musuh-musuhNYa berkuasa. Tetapi
keterikatan mereka kepada Kristus lebih kuat dari ketakutan mereka; mereka tinggal bersamaNya
dan mengikutiNya.
Pohon ara yang tidak berbuah?
Pohon ara yang tidak berbuah?
Sebulan
sebelum musim buah, tidak normal untuk mencari buah ara. Pohon
ara, di musim semi, tampak begitu indah, tetapi penampakan indah ini tidak lain
hanya ada daun-daun saja, tanpa buah. Mengapa
Yesus mencari buah pohon ara pada musim seperti itu? Jelas belum
ada buahnya. Yah..itu bukan pohon ara seperti itu yang penting, tetapi
pelajaran yang Yesus ingin ilustrasikan.
Episode
pohon ara dibagi menjadi dua momen, yang membingkai penghakiman Kristus pada
pemujaan yang terjadi di bait suci. Kutukan
pohon ara tidak dapat dipahami dengan sendirinya, terpisah dari pemurnianBait
Allah. Pohon
ini memiliki penampilan yang indah, dengan dedaunannya, tetapi tidak
menghasilkan buah. Bagi
Yesus, beribadat di bait suci itu indah dan khidmat, tetapi tidak memenuhi
fungsinya untuk memperkenalkan “orang
beriman ke dalam persekutuan dengan Tuhan mereka.”
Pertanyaan refleksi bagi kita:”
apakah liturgi kita hanya untuk memuaskan
panca indra kita, dan kemudian lupa inti dari liturgi itu sendiri?
Pemurnian Bait Suci
Pemurnian Bait Suci
Sejak awal
pelayanan kenabian-Nya, Yesus telah menantang ajaran para ahli Taurat dan
orang-orang Farisi. Tantangan-Nya
sekarang mencapai imamat tinggi, imam Saduki yang tinggi, kekuatan yang
mengawasi Bait Allah dan jalannya ibadah. Campur
tangan Yesus, yang mengutuk kegiatan di bait suci, setara dengan kritik-Nya
terhadap para imam tinggi yang menerima kekacauan ini dan eksploitasi terhadap
orang-orang beriman.
Mengulangi penolakan terhadap nabi Yeremia (7:11), Yesus menuduh penguasa telah merusak kuil itu menjadi "gua bandit." Pelecehan apa yang Yesus nyatakan? Tampaknya keluarga Anne, terutama Kayafas, imam besar pada masa Yesus, yang membawa ke kuil para pedagang, yang menjual binatang untuk pengorbanan. Sebelum inovasi ini, pedagang berdiri di luar tempat kudus.
Mengulangi penolakan terhadap nabi Yeremia (7:11), Yesus menuduh penguasa telah merusak kuil itu menjadi "gua bandit." Pelecehan apa yang Yesus nyatakan? Tampaknya keluarga Anne, terutama Kayafas, imam besar pada masa Yesus, yang membawa ke kuil para pedagang, yang menjual binatang untuk pengorbanan. Sebelum inovasi ini, pedagang berdiri di luar tempat kudus.
Memiliki
semacam monopoli di kuil, para pedagang, yang terkait dengan para imam, akan
menggandakan harga hewan untuk pengorbanan, dibandingkan dengan harga biasa. Eksploitasi
orang beriman inilah yang Yesus nyatakan. Perdagangan
dan kesibukan yang tidak tahu malu ini merajalela Rumah Tuhan.
Yesus juga
mengutip nabi Yesaya (56,7), yang menyatakan kehendak Tuhan di Bait Allah:
"Rumahku akan menjadi rumah doa bagi
semua bangsa." Yesus,
tentu saja, mencela tangisan para pedagang dan bunyi-bunyi binatang yang mengusik
makna doa yang sesungguhnya. Tetapi
Yesus ingin, seperti nabi, untuk melenyapkan tembok pemisah, dengan tulisan
yang memperingatkan orang-orang kafir akan hukuman mati jika mereka memasuki tempat
itu untuk berdoa kepada Allah. Yesus menolak semua diskriminasi.
Pertanyaan refleksi
lanjutan:”apakah kita sudah berani
menyuarakan suara kenabian kita di tengah-tengah “budaya chaos” yang memeras masyarakat
banyak? “
Yongki Wawo, MSC
38 place du Sacré-Cœur
BP 154 ISSOUDUN CEDEX
36105-FRANCE
Komentar
Posting Komentar