Pengantar
Sebagai anggota MSC Indonesia, kita patut menundukkan kepala dalam syukur atas semangat misioner yang luar biasa dari para pendahulu kita di Belanda. Dari tangan-tangan sederhana para relawan, dari percetakan kecil di Tilburg, dari para pater dan bruder yang berkeliling kampung dan kota, hingga para misionaris yang menyeberangi samudra menuju tanah jauh—semua menjadi bagian dari satu kisah besar: keberanian untuk bermisi dan kesetiaan untuk melayani.
Apa yang kita nikmati hari ini—komunitas, karya, sekolah, paroki, dan semangat Hati Kudus yang hidup—berakar pada perjuangan panjang mereka yang tidak pernah lelah bermimpi dan bekerja. Melalui jaringan promosi, publikasi, dan dedikasi yang nyaris tak terbayangkan, MSC Belanda menanam benih yang kini tumbuh subur di Indonesia.
Mengenang kisah mereka bukan hanya melihat ke masa lalu, tetapi juga menemukan kembali api yang menggerakkan identitas kita sebagai Misionaris Hati Kudus: mencintai dunia tanpa syarat, dan memberikan diri sepenuh hati demi Kerajaan Allah. Beberapa contoh dapat kita lihat dalam kisah-kisah berikut ini:
Kerja Promosi (Promotion Work) MSC di Belanda
Kerja promosi sangat penting bagi Misionaris Hati Kudus (MSC) Belanda. Tujuannya adalah untuk menciptakan dukungan finansial, menyebarkan spiritualitas, dan merekrut anggota untuk pekerjaan misi mereka yang terus berkembang.
Relawan dan Dukungan Spiritual
Inti dari kerja promosi MSC di Belanda adalah jaringan relawan yang berdedikasi.
Relawan (Zelatrices/Zelateurs)
Certificate of Zelatrice or Lady Promoter
- Asal Mula: Dipelopori oleh MSC Prancis, yang dimulai dengan aksi 'sou par an' (sen per tahun) yang sederhana pada tahun 1866 untuk sekolah apostolik.
- Adopsi di Belanda: Saat MSC tiba di Belanda (1880), mereka mengadopsi model ini. Para relawan—kebanyakan wanita—dikenal sebagai "zelatrices" (laki-laki: "zelateurs").
- Peran: Tugas utama mereka termasuk merebut pelanggan dan donatur untuk majalah dan almanak, mengumpulkan kontribusi, dan menyebarkan benda-benda kebaktian.
- Dedikasi: Relawan seperti Jaap Degeling (mulai 1884) bekerja dengan penuh pengorbanan, sering kali menganggapnya sebagai "wesel di Surga" yang akan dibayar penuh saat kematian.
Imbalan dan Penghargaan
MSC menghargai para relawan ini dan menyebut mereka "misionaris" karena mereka berpartisipasi dalam "pekerjaan besar pertobatan."
- Imbalan Spiritual: Mereka dijanjikan imbalan rohani, termasuk didoakan tiga kali sehari oleh semua anggota MSC di seluruh dunia kepada Bunda Maria dari Hati Kudus Yesus.
- Dukungan Sosial: Mereka juga dipupuk melalui korespondensi pribadi, kunjungan singkat dari MSC, ekskursi, dan hari promotor tahunan.
- Majalah Promotor: Majalah The Bridge (De Brug) diluncurkan, yang kemudian (1954) diubah menjadi majalah pengumuman keluarga bersama untuk MSC dan FDNSC/ PBHK.
Publikasi dan Dampak Finansial
Provinsi MSC Belanda memproduksi banyak materi cetak—almanak, majalah, kartu pos, dan brosur—yang sebagian besar diterbitkan di percetakan milik mereka sendiri di Tilburg (didirikan 1902).
1. Annals (Annalen van Onze Lieve Vrouw van het Heilig Hart)
Brothers in the Printing Office of Tilburg take care of the mailing of the Annals, circa 1950
- Awal: Edisi pertama terbit pada Maret 1883. Ini adalah salah satu kertas kongregasional tertua di Belanda, berfungsi untuk memberikan MSC "wajah" dan menjalin ikatan dengan pembaca.
- Henri Peeters (Kepala Editor 1885): Memberikan edisi Belanda karakter independen. Majalah tersebut menjadi makalah keluarga dengan sudut pandang misionaris yang kuat, menampilkan topik-topik sekuler dan politik, serta surat-surat yang mendebarkan dan sangat mudah dibaca dari misi (terutama Nugini dan Pommeren Baru).
- Fokus Misi: Sejak 1903, fokus beralih ke misi milik mereka sendiri di Nugini Belanda dan Maluku.
- Masalah Persaingan dan Penurunan:
- Jumlah pelanggan memuncak pada 22.800 (1921).
- Di tahun 1930-an, majalah tersebut dianggap kuno (misalnya, judul-judul seperti 'A Parish Priest in the Mud'), dan jumlah pelanggan merosot drastis hingga mencapai titik terendah 11.775 (1941) sebelum ditangguhkan oleh penjajah Jerman.
- Pembaruan Pasca-Perang: Di bawah arahan Jos Smeets (1944), majalah ini diubah menjadi format kontemporer dengan kontribusi pendek dan komik, sehingga menaikkan jumlah pelanggan menjadi 21.000 (1951).
- Perubahan Arah: Dihadapkan pada persaingan ketat (82 majalah misi pasca-perang), MSC memutuskan untuk memperluas cakrawalanya.
- 1957: Majalah berganti nama menjadi Rerum Ecclesiae (Urusan Gerejawi), dengan fokus yang lebih umum tentang pertumbuhan Gereja di seluruh dunia.
- 1969: Formula baru ini gagal mencapai hasil yang diinginkan di pasar yang sudah jenuh, dan publikasi ini dihentikan karena tidak mampu bersaing dengan media lain, terutama televisi.
2. Almanac (Almanak)
- Tujuan: Untuk menginstruksikan dan menghibur ("a companionable missionary"), menggabungkan kisah misi, informasi, dan lelucon.
- Sirkulasi: Mencapai puncaknya pada 75.000 eksemplar (1920-an).
- Perubahan Fokus (1953): Karena penjualan menurun drastis dan persaingan meningkat, MSC memutuskan formula baru yang ditargetkan pada anak-anak dan remaja (genre sastra baru).
- Jeugdjuweel (Youth Jewel): Terbitan ini memiliki kualitas sangat tinggi dan populer secara nasional (sirkulasi sekali mencapai 95.000).
- Distribusi: Didistribusikan terutama melalui kunjungan MSC (misalnya, Bruder Joop Kok) ke sekolah-sekolah, bukan melalui langganan individu.
- Kritik Internal: Nilai kerja promosinya dipertanyakan karena kurangnya hubungan yang jelas dengan kongregasi dan tidak adanya cara untuk melacak pembaca. Pada tahun 1971, majalah tersebut dialihkan ke Publikasi Malmberg.
Percetakan dan Profesionalisasi
- Percetakan Tilburg (1902): Didirikan di basement Mission House untuk mengurangi biaya operasional dan meningkatkan pendapatan misi. Banyak frater belajar menjadi ahli cetak.
- Profesionalisasi: Di tahun 1950-an, percetakan mulai mempekerjakan karyawan dari luar, dan di tahun 1960-an, Frans Kolsters membawa pesanan cetak dari luar, dan sebagian besar frater pindah ke pekerjaan lain.
- Perubahan Nama: Percetakan tersebut kemudian bernama 'Heart of Brabant Printing and Publication, Inc'.
- Kebangkrutan (1967): Setelah Kolsters meninggalkan kongregasi dengan banyak kliennya, percetakan mengalami kebangkrutan, yang mengarah pada pengambilalihan.
Kerja Promosi Keliling dan Profesionalisasi (Pasca-1945)
Setelah tahun 1945, kerja promosi MSC di Belanda diorganisasi berdasarkan distrik, meskipun masih ada kombinasi fungsi (misalnya, instruktur yang juga melakukan promosi). Provinsi Belanda berupaya meningkatkan efektivitasnya melalui peran 'travelling promotion worker' (pekerja promosi keliling).
Pekerja Promosi Keliling dan Inisiatif Baru
- Kees van Weerdenburg adalah orang pertama yang memegang fungsi ini.
- Adrie Dijkzeul (mulai 1949) menggantikan Van Weerdenburg dan sangat inovatif:
- Pertunjukan Film: Mengorganisir pertunjukan film untuk pemuda dan dewasa di seluruh negeri.
- Tur Ceramah: Bekerja sama dengan Kees Meuwese untuk mengadakan tur ceramah yang sangat sukses di seluruh negeri tentang perjalanannya di Nugini (penemuan Sungai Ratu Juliana).
- Ceramah ini menarik perhatian publik yang antusias dan beragam, menghasilkan sumbangan besar (sebagian besar diserahkan ke prokura misi untuk Nugini).
- Kampanye Rebus: Inisiatif paling menguntungkan adalah kampanye rebus (bekerja sama dengan duo Arnhem, Van der Lelie dan Van Onna), yang menghasilkan 60.000 guilders untuk Nugini. Dijkzeul mengambil risiko finansial yang besar (potensi kerugian 80.000 guilders) tanpa memberi tahu provinsial.
- Pameran Misi dan Stormenderhand: MSC secara teratur berpartisipasi dalam pameran misi. Dijkzeul mencoba membuat koran profesional (Stormenderhand - "Diserbu"), yang mencakup berita ekonomi, budaya, dan Gereja, serta mencakup area kerja lain selain Nugini. Koran ini dicetak 500.000 eksemplar, tetapi Dijkzeul dikritik keras karena:
- Kurang menonjolkan kongregasi (hanya disebutkan sebagai penerbit di halaman berikutnya).
- Memicu persaingan lebih lanjut dalam publisitas misi.
Tuntutan Profesionalisasi
- Dijkzeul dan Harrie Smeets (yang mempelajari media modern) sama-sama merasa bahwa mereka berisiko menjadi pengusaha daripada MSC.
- Dijkzeul berpendapat bahwa era modern menuntut personel profesional dari luar kongregasi untuk mengambil alih kerja promosi. Karena keyakinan ini, ia dengan senang hati menerima janji sebagai guru katekese pada tahun 1952.
- Smeets, yang memiliki bakat seni dan komunikasi, juga merasa terasing dari rekan-rekannya, yang menunjukkan minat yang kecil terhadap pekerjaan publisitasnya (misalnya, saat merancang stand Vatikan untuk expo Brussels 1958).
Lingkaran Jahit Misi (Mission Sewing Circles)
- Moderator: Nico Akerboom menjadi kepala kerja promosi pada tahun 1957 dan moderator lingkaran jahit misi, yang terbesar dan paling aktif adalah di Tilburg (didirikan 1906).
- Dampak Misi: Lingkaran ini menyediakan kebutuhan besar, awalnya menjahit pakaian untuk orang-orang di misi (seperti Keiese di Hindia Belanda).
Pastor Van den Bergh (1911) mencatat bahwa pasokan pakaian sangat berguna untuk orang tua kafir yang ragu-ragu membaptis anak mereka atau bagi mereka yang tidak punya pakaian untuk datang ke gereja.
- Spesialisasi: Sejak 1924, mereka berspesialisasi dalam membuat taplak altar dan vestimentum gerejakarena jumlah kapel dan stasi sekunder bertambah.
- Bazaar: Pameran tahunan diperluas mencakup bazaar (mulai 1949), menghasilkan ribuan guilders setiap tahun (misalnya, 7.500 pengunjung pada tahun 1954).
- Akhir Kegiatan: Kegiatan kelompok kolektif dihentikan pada tahun 1957, beralih ke pekerja rumahan. Bazaar Tilburg berakhir pada tahun 1970 karena kekurangan ruang, dan pameran berhenti pada tahun 1972 karena biaya tidak lagi sebanding dengan manfaat.
Perekrutan Panggilan (Recruitment)
Setelah Perang Dunia II, terjadi penurunan jumlah pendaftar ke MSC, yang memaksa mereka untuk melakukan upaya perekrutan yang lebih terarah.
Media Perekrutan
- MSC menggunakan selebaran (misalnya, With Might and Main, If You Dare...) dan film (The Perpetual Renewal) untuk perekrutan. Dijkzeul, bagaimanapun, menganggap film tersebut terlalu melodramatik dan lebih mengharapkan kontak langsung.
- Survei Perekrutan (1953): Komisi Perekrutan menanyakan alasan siswa memilih MSC: dua pertiga menjawab "menjadi misionaris." Komisi khawatir cita-cita misi asli ini tidak dipupuk.
Masalah 'Inbreeding'
- Komisi Perekrutan mengkhawatirkan sumber perekrutan:
- Lebih dari seperempat siswa direkrut melalui anggota keluarga (MSC atau FDNSC/PBHK) atau ikatan pribadi lainnya.
- Kurang dari delapan persen berasal dari kerja promosi resmi (materi cetak atau kontak langsung).
- Kondisi ini disebut 'inbreeding' dan dikhawatirkan akan menyebabkan "penurunan daya tarik kita terhadap pihak luar."
Keengganan Internal dan Kepemimpinan
- Kualitas Publikasi: Ada ketidakpuasan bahwa publikasi seperti Annals dan Jeugdjuweel terlalu netral dan kurang berkarakter MSC sejati untuk tujuan perekrutan.
- Kurangnya Kesadaran Rekrutmen: Komisi mengeluh bahwa ada kekurangan kesadaran dan keengganan di antara rekan-rekan mereka untuk terlibat dalam perekrutan (misalnya, misionaris yang sedang cuti jarang mau mengunjungi sekolah).
- Kepemimpinan: Komisi meminta Provinsial De Gier untuk menjadikan perekrutan sebagai ujung tombak administrasinya, tetapi hal ini tidak pernah terwujud.
Kolaborasi dengan White Fathers
- Persaingan Efektif: Di sekolah apostolik Driehuis, kolaborasi dengan White Fathers (White Fathers/Misionaris Afrika) menunjukkan bahwa mereka jauh lebih efektif dalam perekrutan (35-45 calon berbanding 14 calon MSC pada tahun 1961).
- Taktik White Fathers: Mereka berhasil karena:
- Hubungan Masyarakat yang Kuat: Memiliki hubungan erat dengan dunia scouting(memperkenalkan lencana 'missiologue').
- Keterlibatan Total: Semua pastor dan frater White Fathers terlibat dalam upaya promosi (kewajiban kunjungan selama liburan).
- Pendekatan Terbuka: Mengadakan akhir pekan untuk siswa dan workshop untuk organisasi Katolik.
- Dukungan Musik: Menggunakan paduan suara mereka untuk acara misi di seluruh negeri.
- Meskipun MSC (seperti Albert Janssen dan Ton Freriks) melakukan pekerjaan langsung (mengunjungi sekolah, menjual Jeugdjuweel), mereka enggan menggunakan prosedur press-ganging (perekrutan paksa/mendadak), yang menyebabkan kritik dari uskup dan pastor paroki.
Pergeseran Permanen
Pada akhirnya, tidak ada kongregasi yang dapat menahan semangat zaman. Pertumbuhan berhenti. Minat misi bergeser ke organisasi nasional yang lebih luas (Memisa, Cebemo, dll.), dan MSC melihat penurunan permintaan bantuan dari wilayah asing yang semakin mandiri. Kerja promosi MSC di tahun 1970-an sebagian besar berubah menjadi pekerjaan kantor dan kampanye surat.
Kantor Pengadaan Misi (Mission Procurement Office)
Kantor Pengadaan Misi MSC, yang secara resmi didirikan di Belanda pada tahun 1945, berfungsi sebagai perantara penting antara pekerjaan promosi (pengumpulan sumbangan barang) dan misi di luar negeri.
Aktivitas Sebelum dan Sesudah 1945
Pra-1945: Pengiriman oleh Misionaris
Sebelum kantor resmi dibentuk, barang-barang sudah dikirim dalam jumlah besar, sering kali dibawa langsung oleh para misionaris yang sedang cuti di Belanda.
- Saran untuk Pemberi Donasi: Para donatur diberi saran spesifik untuk misi tropis:
- Linen Gereja: Harus dijahit dengan bordir untuk menambah kesungguhan liturgi.
- Pakaian: Chasubles (kasula) berlapisan tebal tidak cocok untuk iklim tropis.
- Barang-barang yang Disukai: Alat-alat, barang-barang tembaga (meski sudah tidak modis di Belanda), buku bergambar, cerutu dalam kaleng, dan produk daging asap yang dikemas dalam kaleng timah berisi sekam soba.
- Logistik Awal: Arah dan administrasi pasokan dikelola oleh Pastor Bernard Visser sekitar tahun 1910. Jika memungkinkan, barang lebih disukai dibeli di luar negeri (misalnya, Misi Nugini dipasok dari Sydney) untuk menghemat biaya dan kerepotan di Belanda.
Pasca-1945: Profesionalisasi
Dengan peningkatan permintaan pasca-Perang Dunia II dan hambatan regulasi mata uang, metode ekspor yang lebih efisien menjadi penting.
- Struktur: Nico Verhoeven diangkat sebagai direktur (Prokurator), dan Bruder Willem van Nieuwenhuizen bertanggung jawab atas pengiriman (Shipping).
- Logistik dan Pengemasan: Pengiriman embal pekerjaan besar. Barang disimpan di Mission House, awalnya di bawah kapel, kemudian di embal khusus.
- Pengemasan yang Kuat: Diperlukan perencanaan yang cermat, menggunakan kayu peti, paku, dan strip besi dalam jumlah besar untuk melindungi barang dari kerusakan laut dan pencurian.
- Pertimbangan Berat: Karena angkutan laut dihitung berdasarkan volume, dan bongkar muat di Merauke dilakukan secara manual, peti harus seringan mungkin, maksimal 100 kilo.
- Inspeksi: Bruder Antoon Schreuder (bertanggung jawab atas pengiriman 1952–1977) bahkan terkadang ikut “incognito” untuk melihat bagaimana kiriman ditangani, dan menyadari bahwa peti harus dirancang agar tetap utuh meskipun dijatuhkan atau dimiringkan.
- Manuver Regulasi: Untuk menghindari larangan impor (misalnya, di Merauke yang melarang pakaian dan kapas), barang-barang tersebut diselipkan sebagai bahan isian di dalam peti dengan dalih melindungi barang-barang lain (misalnya, kapas limbah untuk mesin).
Jenis-jenis Barang yang Dikirim
Barang-barang yang dikirim ke Merauke (Nugini) pada periode 1965–1975 mencerminkan kebutuhan pembangunan dan operasional misi yang luas:
Kategori | Contoh Barang |
Bahan Konstruksi | Semen (sekitar 20.000 kg per kiriman), eternite (asbes semen), sirap, pelat formika (untuk meja/kursi sekolah), hardboard, kayu lapis, pipa air, cat, dan kuas. |
Makanan & Perlengkapan | Biskuit keras bergizi tinggi dan tahan lama, ribuan kaleng makanan, pupuk, dan benih. |
Kesehatan | Perban, meja periksa, dan alat bantu medis lainnya. |
Transportasi | Sepeda, skuter, sepeda motor. Pada tahun 1951, bahkan dikirim dua traktor dan satu perahu. |
Peralatan Khusus | Mesin perontok dan perlengkapan brass band lengkap (untuk Filipina), serta bengkel tempalengkap (mesin bubut besi seberat lebih dari 3.000 kg dan dua bor pilar setinggi 2 meter) untuk Nugini. |
Materi Pendidikan | Buku dan alat bantu pendidikan dalam puluhan ribu. Sebagian besar dikirim ke Celebes (seminari) dan Merauke, dicetak di percetakan Mission House sendiri. |
Mengatasi Larangan Impor (Cetak)
Karena Indonesia melarang impor materi cetak dari Belanda, MSC harus memutar otak:
- Bruder yang menangani proses pengiriman membawa seluruh kargo buku (tujuh truk penuh) ke Turnhout, Belgia.
- Di sana, barang-barang itu dikemas dalam parsel lima kilo dan dikirim dari Belgia dengan ongkos kirim Belgia.
Kapal Misi Sendiri
- 1965: Kapal Bakti, yang dimiliki oleh MSC sendiri, meninggalkan Rotterdam menuju Ambon dengan muatan 40 ton barang.
- Kapal tersebut dirancang unik dan mahal. Pastor Deuling dilatih dalam perjalanan dan menjadi juru mudi Bakti.
- Kapal itu dijual pada tahun 1979 karena keuskupan tidak mampu lagi menanggung biaya operasional tahunan.
Shipping of the Billy boat to Merauke, January 20, 1950. The boat had been built in the Netherlands as well.
Daftar Prokurator dan Kepala Pengiriman (1945-…)
Jabatan | Nama | Periode |
Kepala Pengiriman (Bruder) | Willem Nieuwenhuizen | 1945–1948 |
Mies Ariëns | 1948–1950 | |
Bram Werkhoven | 1950–1952 | |
Antoon Schreuder | 1952–1977 | |
René de Roos | 1977–1997 | |
Antoon van Lith | 1997– | |
Prokurator (Pastor, kecuali Smits) | Nico Verhoeven | 1945–1947 |
Dirk Kouw | 1947–1949 | |
Tjot Neijens | 1949–1961 | |
Jan de Jong | 1961–1968 | |
Tjot Neijens | 1968–1981 | |
Kees Hendriks | 1981–2000 | |
Arnold Smits | 2000–2003 | |
Piet van Mensvoort | 2003– |
Apa Artinya Semua Ini bagi Kita Hari Ini?
Mengenang masa emas MSC Belanda bukanlah nostalgia kosong. Kisah-kisah ini adalah cermin dan tantangan bagi kita, MSC Indonesia, yang kini menerima tongkat estafet misi dari tangan-tangan mereka.
Para pendahulu kita telah menunjukkan bahwa misi tidak pernah lahir dari kelimpahan, melainkan dari iman yang berani, kerja keras yang sabar, dan kreativitas yang tak pernah padam. Mereka membangun jaringan relawan, mencetak majalah dengan tangan sendiri, menyusun kiriman untuk misi hingga larut malam, mengetuk pintu-pintu sekolah dan rumah, menembus hutan dan lautan—bukan karena keadaan mudah, tetapi karena hati mereka terbakar oleh Injil dan devosi kepada Hati Kudus Yesus.
Mereka adalah bukti hidup bahwa misi bertumbuh karena kesetiaan, bukan karena kenyamanan.
Hari ini, medan misi kita berbeda:
dunia digital, perubahan sosial, sekularisasi, tuntutan pastoral baru, realitas komunitas yang mengecil, dan tantangan untuk menjaga api spiritualitas tetap menyala. Namun hakikat panggilan tetap sama:
menghadirkan kebaikan Hati Allah di tengah dunia yang haus akan belas kasih.
Dari mereka, kita belajar bahwa:
- misi memerlukan kreativitas tanpa batas,
- kerja kecil yang setia dapat membuka jalan bagi karya besar,
- komunitas kecil dapat memengaruhi dunia,
- dan setiap anggota—pater, bruder, suster, maupun awam—dapat menjadi jembatan kasih Allah.
Semangat MSC Belanda mengingatkan kita bahwa misi bukan hanya soal pergi jauh, tetapi menjadikan hati kita sendiri “tempat misi” di mana cinta Allah dialami oleh banyak orang.
Kini, giliran kita.
Kita tidak hanya mewarisi karya mereka, tetapi juga api yang menggerakkan mereka.
Tongkat estafet itu sekarang berada di tangan kita—MSC Indonesia—untuk meneruskan, menyesuaikan, dan menyalakan kembali misi Hati Kudus di zaman kita.
Semoga kisah mereka tidak hanya kita baca, tetapi juga kita hidupi.
Karena misi tidak pernah padam—ia hanya menunggu hati yang bersedia.
.
YW
Jakarta, 26 November 2025
Komentar
Posting Komentar