Ars sur-Formans adalah
sebuah desa kecil di Perancis yang sangat terkenal di seluruh
dunia. Sosok sederhana, yang merasa tidak mampu dalam bidang intelektual, pastor Jean-Marie
Vianney telah “menyulap” desa kecil yang sungguh terpencil menjadi
begitu agung. Tidak heran nama desa itu
dikaitkan dengan figur orang kudus ini. Nama lain orang kudus ini adalah
« pastor dari Ars » atau Cure d’Ars.
Imam muda Jean
Marie Vianney ketika pertama kali ke tempat itu baru berumur 32 tahun. Dia juga
tahu bahwa dia dikirim ke desa miskin, jauh dari jalur komunikasi utama,
ditandai oleh revolusi dan dechristianisasi.
Setelah berjalan kaki berjam-jam untuk tugas pertamanya di desa itu, dia bahkan
sulit menemukan desa itu, karena tertutup oleh pohon-pohon besar dan agak kabut.
Syukurlah bahwa di luar desa itu, dia akhirnya ketemu dengan seorang anak
kecil, seorang gembala yang sedang sibuk mengurus ternaknya.
Berpose di depan monumen Perjumpaan bersama dengan P. Hans Kwakman, MSC serta sorang novis MSC asal negara Benin-Afrika |
Saat itu
hari Jumat, 13 Februari 1818, pada akhir hari penuh kabut seperti yang sering
terjadi saat ini, Antoine muda berada di luar desa Ars (dia berumur 12 tahun). “Anda
telah menunjukkan saya jalan ke Ars, saya akan menunjukkan jalan ke Surga,” demikian kata Jean Marie
Vianney kepada gembala kecil itu.
Pastor James Espuerta, MSC asal Philipina dan saya berpose di monumen perjumpaan |
Di tempat perjumpaan itu saat ini
ada monumen perunggu yang dibuat pada tahun 1936 oleh Castex. Antoine muda
tentu saja tidak melihat ruang lingkup jawaban: seluruh misi Curé d'Ars di masa
depan ada di sana, untuk menunjukkan jalan Surga bagi masing-masing, yaitu untuk
memimpin mereka di jalan kehidupan bersama Tuhan, jalan kekudusan. Dalam
perjumpaan itu, Mr. Vianney membungkuk dan mencium tanah sebagai tanda cinta
untuk orang-orang yang tinggal di sana dan kepada siapa dia dikirim. Dikatakan
bahwa dia membuat pernyataan ini sambil melihat beberapa rumah yang tersembunyi
di balik lembah: "betapa kecilnya
desa itu! suatu hari wilayah ini tidak akan cukup besar untuk menyambut
kerumunan orang-orang yang akan datang ke sana "; dia tidak pernah
menentang pengamatan ini.
Antoine, si gembala kecil itu, hidup dalam bimbingan
Jean-Marie Vianney, sebagai petugas koster. Dia menikah, memiliki keluarga, dan
meninggal pada 9 Agustus 1859, lima hari setelah Saint Curé. Sampai akhirnya
yang satu ini akan menunjukkan padanya jalan ke Surga.
JULES CHEVALIER dan JEAN-MARIE VIANNEY ??
Pada
pertengahan Juli 1859, Pater Jules Chevalier pergi ke Ars, untuk berkonsultasi
dengan pastor Vianney. Panasnya
bulan Juli tidak melunturkan semangat Pater Jules Chevalier
untuk pergi jauh-jauh dari Issoudun ke Ars. Terlihat pemandangan di Ars, di
mana orang-orang yang menunggu giliran pengakuan ke pastor Jean-Marie Vianney keluar-masuk
gereja yang kecil untuk sedikit menghirup udara. Namun pastor
Jean Marie Vianney tidak keluar; dia tidak pernah meninggalkan “pos penderitaan
dan kemuliaan” alias ruang pengakuan yang sunggu panas pada musim panas. Seringkali
selama bulan Juli itu, sang pastor yang suci itu jatuh lemas; kemudian
"batuk akut, yang telah dideritanya selama dua puluh lima tahun, lebih
berkelanjutan dan lebih memilukan" daripada sebelumnya. Dalam keadaan
seperti itulah Pastor Chevalier muncul di Ars. Dia mencoba untuk bertemu dengan
pastor Vianney. Tetapi para misionaris, yang membantu pria tua yang mulia itu,
tetap berjaga-jaga, ingin menghindarkannya sebanyak mungkin dari banyaknya
orang yang hendak bertemu dengan pastor Vianney. Akhirnya, imam muda, Jules Chevalier
diizinkan berbicara kepada Jean Marie Vianney.
Orang suci
itu mendengarkan pater Jules Chevalier dengan
penuh antusias. Dia berkata kepada pastor Jules
Chevalier: "Surga
akan memberkati pekerjaanmu, tetapi setelah banyak cobaan, tetaplah ada keberanian dan kepercayaan diri.”
“Kapan Anda akan berada di Issoudun?” tanya pastor
Jean Marie Vianney kepada Jules Chevalier. 26 Juli, jawab pater
Jules Chevalier. « Nah, pada 26 Juli, kita akan
memulai novena. Bergabunglah dengan konfrater Anda, dan Hati Kudus Yesus akan
melindungi Anda,” katanya lagi kepada pater Jules Chevalier.
"Beberapa hari
kemudian," surat kabar mengumumkan
kematian pastor Jean-Marie-Baptiste Vianney; yang membuat pastor Jules
Chevalier dan para pengikutnya berkeyakinan bahwa: "The Saint Curé d'Ars terus bernovena di surga untuk pekerjaan mereka;
Dia akan menjadi pelindung mereka.
Jadi novena ini dimulai di bumi, hamba Tuhan telah melengkapinya di surga. Pada malam Jumat, 29 Juli, karena kehabisan tenaga, pastor Jean-Marie Vianney pergi tidur untuk berhenti bangkit lagi; pada hari Rabu berikutnya, 4 Agustur 1859 sebelum fajar, dia memulihkan rohnya yang luar biasa kepada Tuhan.
Jadi novena ini dimulai di bumi, hamba Tuhan telah melengkapinya di surga. Pada malam Jumat, 29 Juli, karena kehabisan tenaga, pastor Jean-Marie Vianney pergi tidur untuk berhenti bangkit lagi; pada hari Rabu berikutnya, 4 Agustur 1859 sebelum fajar, dia memulihkan rohnya yang luar biasa kepada Tuhan.
Ad vitam Aeternam Santo Jean-Marie Vianney |
Setelah perjumpaan
dan nasihat yang meneguhkan dari pastor Marie Vianney, Pastor Chevalier hanya
harus berjalan, penuh keyakinan, menuju masa depan. Itu yang dia lakukan. Dia tidak
punya alasan untuk
menyerah. Memang benar bahwa ada begitu banyak cobaan yang tak
terhindarkan untuk kongreagsi yang masih muda, baru 4 tahun. Serangan,
penyitaan, penggusuran, semua yang diprediksi Cure d'Ars terjadi baginya. Syukurlah,
segala cobaan semuanya dilalui dengan penuh iman oleh pater Jules Chevalier. Yah “Keberhasilan dan hiburan akan
menanti”, seperti
yang telah oleh pastor Vianney kepadanya.
Saat ini,
karya-karya yang didirikan oleh pater Jules Chevalier telah dikenal di seluruh
dunia. Nama Bunda Hati Kudus telah dikenal
di seluruh dunia dan masih menabur keajaiban; misi jauh yang dipercayakan
kepada Misionaris MSC di New Guinea, New Pomerania, dan Kepulauan Gilbert
menghasilkan buah-buah pertobatan dan keselamatan yang mengagumkan. Bahkan salah seorang MSC
dipercayakan oleh paus Fransiskus untuk menjadi cardinal, yakni Cardinal John
Ribat, MSC, asal PNG. Di Indonesia, para MSC telah melibatkan diri
dalam karya parokial di Keuskupan-Keuskupan sebagai berikut:
·
Keuskupan Amboina
·
Keuskupan Manado
·
Keuskupan Agung Jakarta
·
Keuskupan Purwokerto
·
Keuskupan Agung Merauke
·
Keuskupan Agung Makassar
·
Keuskupan Jayapura
·
Keuskupan Tanjung Selor
·
Keuskupan Banjarmasin
·
Keuskupan Agung Pontianak
·
Keuskupan Palembang
Sedangkan para suster PBHK (Putri-Putri
Bunda Hati Kudus), Bekarya di Indonesia tersebar di 8 keuskupan yaitu :
1. Keuskupan
Jakarta, : Komunitas Kramat, Komunitas Grogol
2. Keuskupan Bogor, : Kota wisata
3. Keuskupan Purwokerto, :
Purworejo, Cilacap, Sidareja, Tegal, Slawi, Pemalang, Kapencar, Wonosobo.
4. Keuskupan Semarang : Parakan ,
Yogyakarta
5. Keuskupan Amboina : Ambon,
Langgur, Elat, Katlarat ,
Saumlaki, Arui Bab.
6. Keuskupan Merauke : Merauke,
Kelapa Lima, Tanah Merah,Bade, Kepi, Bupul.
7. Keuskupan Manado : Palu
8. Keuskupan Banjarmasin :
Asam-asam , Banjarmasin.
Tahun ini perayaan 200 tahun, Jean-Marie Vianney tiba di Ars
Tahun ini
Kardinal Christoph Schönborn, Uskup Agung Wina (Austria) memimpin
misa untuk ulang tahun
ke-200 tibanya orang suci, pastor Jean-Marie
Vianney di Ars. Pada hari yang cerah itu, dalam suasana
musim panas, pada tanggal 4 Agustus 2018 misa penuh khidmat pada pukul 10 pagi,
dipimpin oleh Kardinal yang ramah itu. Misa dihadiri juga oleh banyak religius serta peziarah dari
Perancis dan luar negeri di “Gereja Bunda Maria yang Berbelaskasihan.” Setelah
misa, para imam dan uskup berdiri di lapangan terbuka di sekitar tempat ziarah
itu dan membentuk figur “200” sebagai penghargaan untuk peringatan 200 tahun kedatangan
santo Curé ke Ars. Sekitar 2.000 orang umat beriman berpartisipasi dalam selebrasi yang indah dan penuh suka cita itu.
Saya masih sempat ketemu dengan
cardinal Christoph Schönborn, ketika saya ke Ars bersama para suster MSC asal
Korea serta Roland Dourchin pada tanggal 8 Agustus lalu. Kami
menginap satu malam di Ars, tepatnya di
“La Maison de la Providence », di mana di situ juga ardinal
Christoph
Schönborn dan para peziarah dari Austria menginap selama
hari-hari ziarah mereka di Ars.
Saya bersyukur
bisa mengalami aura spiritual di tempat kudus, Ars. Bahkan bisa tidur di La
maison de la providence, yang juga dalam sejarah
dibangun oleh Santo Jean Marie-Vianney. Rumah itu dibangun untuk anak yatim
piatu pada tahun 1824. Ada banyak kisah
mengenai rumah itu. Di mana ketika musim paceklik, anak-anak yatim piatu hampir
tidak bisa makan, karena kekurangan gandum, mujizat pun terjadi, di mana tiba-tiba
ada begitu banyak gandum (1843).
Sejak 1848 rumah itu ditangani oleh para
suster Santo Joseph. Pada zaman Jean-Marie Vianney, ruma itu juga sudah menjadi
tempat untuk menerima peziarah, selain untuk para yatim piatu. Hari ini rumah
itu melanjutkan misi untuk menerima siapa saja yang ingin berdoa, berefleksi di
sekolah kehidupan Saint Curé.
Yongki Wawo, MSC
Issoudun-France, 16 Agustus 2018
Komentar
Posting Komentar