Langsung ke konten utama

GAYA PAKAIAN PATER JULES CHEVALIER !!



Beberapa waktu lalu, pastor Markus Marlon, MSC menulis kisah mengenai « clothes make the man.” Tentu Pikiran itu muncul dalam tulisan-tulisan Babilonia kuno, dan kumpulan pepatah Erasmus (1523) merujuk pada fakta  pernyataan " clothes make the man."  Saya langsung teringat bagaimana gaya pakaian dari pendiri konggregasi kita, Pater Jules Chevalier. Pater pendiri sangat mengabaikan penampilan. Rambutnya hampir jarang disisir rapi, sepatunya tidak mengkilap dan pakaiannya sering kali perlu disikat.
Dikatakan bahwa ketika sebagai pastor muda di Saint-Cyr d'Issoudun, para peniten menemuinya sering kali dalam keadaan penampilan yang kurang diperhatikan. Mereka memutuskan untuk memberikan pelajaran kepada bapa pengakuan yang saleh itu. Suatu waktu, ketika memasuki ruang pengakuan, betapa terkejutnya dia menemukan sisir untuk rambutnya, kuas untuk pakaiannya, disertai sekotak semir sepatu dan kuas untuk sepatu di tempat ruang pengakuan. Umat rupanya suka memberi pelajaran tentang penampilan, tetapi Pater Jules Chevalier tidak memanfaatkannya. Penampilan lahiriahnya tidak diperhatian dengan baik sampai kematiannya.
Salah seorang rekan imamnya, Pastor Claude Hériault  pernah memberikan kesaksian mengenai penampilan lahiriah pastor Jules Chevalier. Dikatakan bahwa saat itu, tahun 1873, selama ziarah nasional di Issoudun untuk menghormati Bunda Maria Hati Kudus (yang telah menarik bagi Issoudun sekitar lima puluh ribu peziarah, lima belas kardinal, uskup, abbas dan wali gereja dan hampir 600 imam)... selama Misa, seorang pria yang sangat terhormat bertanya kepada Yang Mulia Imam dari Bourges: "Di mana Pastor Chevalier berada di tengah-tengah semua wali gereja ini?  Saya ingin menemuinya. Dia pasti adalah pria yang luar biasa untuk melakukan hal-hal hebat seperti itu. "Aku tidak melihatnya bersama wali gereja," jawab imam dari Bourges yang baik itu. Ternyata pastor Jules Chevalier sedang berada di antara kerumunan besar yang memenuhi seluruh tempat area ziarah yang dipimpin oleh Monseigneur de la Tour d’Auvergne, Uskup Agung Bourges. Imam asal Bourges itu berkata kepada pria itu: "Lihat, pastor Chevalier yang berdiri di sana itu. – “Ah! kata orang itu, pastor ini adalah Pastor Chevalier! Memang cocok jadi pastor kampung!! – “Baik! Jika Anda dapat berbicara dengannya untuk beberapa saat, Anda akan segera menemukan bahwa Anda tidak boleh menilai pria berdasarkan penampilan luarnya. Karena, dalam penampilan yang sederhana ini, Pastor Chevalier tersembunyi kualitas seorang suci dan seorang genius, kata pastor dari Bourges itu kepada lawan bicaranya. Sifat ini menggambarkan dengan sangat baik Pastor Chevalier. “ (Imam dari Bourges yang berbicara dengan pria  itu adalah M. Gay d'Aubilly.)
Memang benar bahwa Pater Jules Chevalier tidak suka embel-embel. Penampilannya sederhana. Dia tidak suka kehormatan. Monseigneur de la Tour d'Auvergne menyarankan kepadanya untuk menjadi kanon katedral, terutama karena semua imam agung memiliki gelar dan kehormatan ini. Tetapi Pastor Chevalier menolak kehormatan ini. Dia mengatakan kepada Monseigneur de la Tour d'Auvergne bahwa seorang biarawan yang telah berkaul kemiskinan harus meninggalkan semua martabat dan kehormatan. Monseigneur pada gilirannya berkata kepadanya, "Hai imamku yang terkasih, Anda juga telah mengikrarkan kaul ketaatan.  Oleh karena itu aku memerintahkanmu untuk menerima mozette. Anda akan menyenangkan Uskup Agung Anda dan semua orang akan senang. Imam agung yang baik harus taat."
Pater Jules Chevalier menjadi imam kanon pada tahun 1879, tak lama sebelum kematian Uskup Agung yang terhormat, yang telah memberinya begitu banyak tanda simpati. Tangan yang taat dan penuh pengabdian menyulam ratchet yang luar biasa. Tapi pater Jules Chevalier tidak sering memakainya, tidak lebih dari mozette. Pater Jules Chevalier memakainya hanya ketika dia harus membantu Uskup Agung saat memberikan sakramen Krisma atau untuk memimpin beberapa pesta atau ziarah di Basilika Bunda Hati Kudus Issoudun.

Untuk direnungkan:
Pakaian adalah salah satu kebutuhan dasar kehidupan (1 Timotius 6: 8). Yesus mengajar para pengikut-Nya, agar mereka mencari pertama kerajaan-Nya, tidak perlu khawatir tentang memiliki pakaian untuk dikenakan (Matius 6: 28-33). Standar universal untuk pakaian manusia adalah kerendahan hati. “Demikian juga hendaknya perempuan. Hendaklah ia berdandan dengan pantas, dengan sopan dan sederhana, rambutnya jangan berkepang-kepang, jangan memakai emas atau mutiara ataupun pakaian yang mahal-mahal, tetapi hendaklah ia berdandan dengan perbuatan baik, seperti yang layak bagi perempuan yang beribadah. (1 Timotius 2: 9–10). Jauh lebih berharga daripada pakaian mahal dan merek terkenal adalah karya baik yang mengalir dari kehidupan yang berkomitmen kepada Tuhan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TANDA-TANDA KEHADIRAN ALLAH DALAM HIDUP: SEBUAH PERMENUNGAN!

Saya yakin bahwa tidak seorang pun dari kita yang pernah melihat Tuhan. Ketika seseorang berkata, " Saya percaya kepada Tuhan ," dia tidak mengatakan bahwa dia memiliki bukti keberadaan Tuhan, tetapi bahwa dia memiliki iman kepadaNya. Kata " iman " berarti "percaya." Orang-orang yang percaya adalah orang-orang yang bersatu dengan Tuhan. Mereka mengalami kehadiranNya dalam hidup mereka. Mereka tidak percaya pada transendensi sederhana, atau energi, kekuatan yang tak terlihat ... tetapi mereka percaya kepada SESEORANG yang berbicara kepada mereka secara pribadi, melalui peristiwa-peristiwa hidup mereka, dalam pengalaman batin mereka. Tuhan sering dilambangkan dengan cahaya. Seperti matahari, yang tidak bisa saya tatap secara langsung, tetapi yang menerangi apa yang mengelilingi saya, Tuhan, yang tidak saya lihat, menerangi keberadaan saya dengan memberi saya "tanda-tanda" kehadiran-Nya.  Sejak awal, Tuhan berbicara kepada manusia

MENGENAL TAREKAT RGS-ANGERS

Pada hari ini, 15 Desember 2016, kami makan siang di rumah biara tempat lahirnya tarekat Kongregasi Bunda Pengasih Gembala Baik ( juga dikenal sebagai Good Shepherd Sisters – RGS ). Letaknya tidak jauh dari pastoran Santo Yoseph Angers. Pastor Gilles Crand, Pr mengantar P. Sebastian, P. Martin dan saya untuk makan siang di rumah biara yang besar itu . Komunitas itu hanya dihuni oleh 12 orang suster dari berbagai negara, yakni: India, Irlandia, Swiss, Peru, Costarika, Colombia, dan Perancis. Walaupun di biara pusatnya itu hanya dihuni oleh 12 suster, namun tarekat yang lahir di kota Angers itu, sudah menyebar di berbagai negara di dunia. Saya bertanya kepada salah satu suster asal India yang bertugas di situ mengenai jumlah anggota di seluruh dunia.   Dia mengatakan bahwa   kongregasi internasional dalam Gereja Katolik Roma itu, dulu anggotanya hampir 10,000 orang di dunia. Saat ini kira-kira hampir 4.000 hadir di 72 negara di lima benua, termasuk di Indonesia. Kongregasi

SEORANG DUDA BISA MENJADI IMAM?

P. de Vaugelas adalah seorang pastor projo keuskupan agung Bourges-Perancis Tengah.   Dia sebelumnya adalah seorang bapa keluarga yang memiliki pekerjaan top di salah satu bank Amerika di Paris. Selama masa kerja dia sudah berkeliling dunia, termasuk Indonesia. Waktu luang pun dia pernah habiskan untuk masuk dalam sekolah special di Chateroux untuk menjadi pilot. Dia jalankan itu dengan baik, dan mampu menjadi pilot dalam masa belajar hanya dalam satu tahun saja. “Saya kalau mengemudi mobil, tangan selalu siap sedia di bagiaan rem tangan, dll. Itu semua karena saya terbiasa menjadi pilot,” katanya kepadaku saat kami kembali dari l’abbey Fontgombault pada awal bulan April 2017. Yang menarik buat saya adalah sejak istrinya meninggal dia banyak berefleksi untuk menjadi imam. Dalam usianya yang tidak lagi muda (69 tahun), dia tetap rendah hati untuk meminta bimbingan rohani, termasuk meminta bimbingan rohani kepada salah satu konfrater MSC di Issoudun, Alfred Bours, MSC. Dia jug