Langsung ke konten utama

HIDUP: BUKAN SEPERTI STASION KERETA API!!!


Turun dari kereta musim dingin di Belanda 

pada bulan Desember 2018

Tak dapat dipungkiri bahwa masing-masing kita memiliki pengalaman menarik dan tak terlupahkan mengenai perjalanan, entah jauh maupun dekat. Yang menarik dari sebuah perjalanan adalah mengenai sarana transportasinya. Terlepas dari mobil, kapal laut, dan pesawat, ada juga yang lebih suka mengadakan perjalanan lewat kereta api.

Saya sendiri baru lihat pertama kali kereta api pada tahun 2006. Saat itu bersama 30 konfrater lainnya, kami sama-sama naik kereta api dari Surabaya ke Karangangyer-Kebumen. Semua begitu antusias, walaupun harus berdesak-desakan dengan para penumpang lain. Maklum kelas ekonomi.
Pater Jules Chevalier juga dalam masa hidupnya banyak melakukan perjalanan. Dia biasanya ke Roma dan juga ke daerah lainnya di Perancis. Untuk pelayanan pastoral di Issoudun, tentu dia berjalan kaki. Yang agak jauh seperti ke Chezal Benoit, dia terbiasa dengan berkuda.  Jaraknya kira-kira 18 km dari Issoudun. Itulah komunitas MSC pertama di luar Issoudun dan merupakan tempat pembinaan dan pendidikan bagi para calon MSC. Maklum saat itu hampir tidak ada mobil. bayangkan mobil uap pertama dibuat pada tahun 1875.
Pastor Hans dan Pastor Bern Tethool berjalan dengan latar belakang bekas seminari kecil MSC diChezal-Benoît
Untuk pergi ke Paris atau ke Roma, pater Jules Chevalier menggunakan kereta api. Yah waktu itu  kereta api telah berkembang dengan begitu cepat di Perancis. Pada tahun 1867, muncul lokomotif Forquenot, yang disebut "Cantal" yang merupakan kereta api Prancis pertama yang dilengkapi dengan 5 as roda, di jalur Paris-Orléans. Issoudun telah memiliki rel kereta api waktu itu. Namun untuk pergi ke Paris misalnya, membutuhkan kurang lebih 6 setengah jam. Bdk. Surat yang ditulis oleh P. Jules Chevalier pada tanggal 28 sept.-1886.
Pater Jules Chevalier menulis : » Untuk perjalanan kesembilanku  ke Roma, saya meninggalkan stasiun Issoudun pada hari Minggu, jam 1 jam 44 sore. Saya berganti kereta di Paris pada jam 8 malam, dan pada hari Selasa jam 1:30 saya tiba di Roma. » (L 18780306).
Pengalaman yang tak terlupakan oleh Pater Jules Chevalier mengenai perjalanan adalah saat hendak ke Hyères.[1] Saat itu dia ketinggalan kereta api di Vierzon. “Saya tidak bisa menjelaskan kegilaan ini. Mata saya terbuka lebar dan telinga saya tegang.Tidak sampai tengah malam saya menyadari kemalangan saya. Rasa malu saya mencapai puncaknya. Saya tinggal di stasiun kereta sampai jam 8 pagi keesokan harinya. Saya tiba di Lyon pada jam 10 malam. “(L 18660121).
Di balik pengalaman ini Pater Jules Chevalier juga melihat nilia positif di baliknya:"
Dieu a permis ce contretemps, je n’ai pas à m’en plaindre." Tuhan punya rencana di balik pengalaman ini, saya tidak perlu mengeluh mengenai keterlambatan ini. (L 18660121)
Untuk direnungkan :
« Notre vie est un voyage constant, de la naissance à la mort. Le paysage change, les gens changent, les besoins se transforment, mais le train continue. La vie, c'est le train, ce n'est pas la gare. » Paulo Coelho
« Hidup kita adalah perjalanan yang konstan, dari lahir hingga mati. Pemandangan berubah, orang-orang yang kita jumpai berganti-ganti, kebutuhan berubah, tetapi kereta terus berlanjut. Hidup itu ibarat kereta, bukan stasiun kereta. " Paulo Coelho
 




[1] Hyères adalah komune di departemen Var di Provence-Alpes-Côte d'Azur. Kota ini terletak di pantai Laut Mediterania 16 km sebelah timur kota Toulon.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TANDA-TANDA KEHADIRAN ALLAH DALAM HIDUP: SEBUAH PERMENUNGAN!

Saya yakin bahwa tidak seorang pun dari kita yang pernah melihat Tuhan. Ketika seseorang berkata, " Saya percaya kepada Tuhan ," dia tidak mengatakan bahwa dia memiliki bukti keberadaan Tuhan, tetapi bahwa dia memiliki iman kepadaNya. Kata " iman " berarti "percaya." Orang-orang yang percaya adalah orang-orang yang bersatu dengan Tuhan. Mereka mengalami kehadiranNya dalam hidup mereka. Mereka tidak percaya pada transendensi sederhana, atau energi, kekuatan yang tak terlihat ... tetapi mereka percaya kepada SESEORANG yang berbicara kepada mereka secara pribadi, melalui peristiwa-peristiwa hidup mereka, dalam pengalaman batin mereka. Tuhan sering dilambangkan dengan cahaya. Seperti matahari, yang tidak bisa saya tatap secara langsung, tetapi yang menerangi apa yang mengelilingi saya, Tuhan, yang tidak saya lihat, menerangi keberadaan saya dengan memberi saya "tanda-tanda" kehadiran-Nya.  Sejak awal, Tuhan berbicara kepada manusia

MENGENAL TAREKAT RGS-ANGERS

Pada hari ini, 15 Desember 2016, kami makan siang di rumah biara tempat lahirnya tarekat Kongregasi Bunda Pengasih Gembala Baik ( juga dikenal sebagai Good Shepherd Sisters – RGS ). Letaknya tidak jauh dari pastoran Santo Yoseph Angers. Pastor Gilles Crand, Pr mengantar P. Sebastian, P. Martin dan saya untuk makan siang di rumah biara yang besar itu . Komunitas itu hanya dihuni oleh 12 orang suster dari berbagai negara, yakni: India, Irlandia, Swiss, Peru, Costarika, Colombia, dan Perancis. Walaupun di biara pusatnya itu hanya dihuni oleh 12 suster, namun tarekat yang lahir di kota Angers itu, sudah menyebar di berbagai negara di dunia. Saya bertanya kepada salah satu suster asal India yang bertugas di situ mengenai jumlah anggota di seluruh dunia.   Dia mengatakan bahwa   kongregasi internasional dalam Gereja Katolik Roma itu, dulu anggotanya hampir 10,000 orang di dunia. Saat ini kira-kira hampir 4.000 hadir di 72 negara di lima benua, termasuk di Indonesia. Kongregasi

SEORANG DUDA BISA MENJADI IMAM?

P. de Vaugelas adalah seorang pastor projo keuskupan agung Bourges-Perancis Tengah.   Dia sebelumnya adalah seorang bapa keluarga yang memiliki pekerjaan top di salah satu bank Amerika di Paris. Selama masa kerja dia sudah berkeliling dunia, termasuk Indonesia. Waktu luang pun dia pernah habiskan untuk masuk dalam sekolah special di Chateroux untuk menjadi pilot. Dia jalankan itu dengan baik, dan mampu menjadi pilot dalam masa belajar hanya dalam satu tahun saja. “Saya kalau mengemudi mobil, tangan selalu siap sedia di bagiaan rem tangan, dll. Itu semua karena saya terbiasa menjadi pilot,” katanya kepadaku saat kami kembali dari l’abbey Fontgombault pada awal bulan April 2017. Yang menarik buat saya adalah sejak istrinya meninggal dia banyak berefleksi untuk menjadi imam. Dalam usianya yang tidak lagi muda (69 tahun), dia tetap rendah hati untuk meminta bimbingan rohani, termasuk meminta bimbingan rohani kepada salah satu konfrater MSC di Issoudun, Alfred Bours, MSC. Dia jug