Langsung ke konten utama

PENGETAHUAN TANPA CINTA-KETIDAKTERATURAN


Selama sepekan ini saya mendapat giliran untuk memimpin doa di komunitas MSC Issoudun, negara Perancis. Biasanya yang mendapat giliran doa selama sepekan: memimpin doa pagi atau laudes di Crypte Jules Chevalier (dinyanyikan), membacakan Daily Readings Jules Cehvalier atau Florilege Chevalier, serta memimpin doa sebelum dan setelah makan.
Bagi saya kebiasaan untuk membaca Daily Readings Jules Chevalier memang amat penting, secara khusus untuk selalu sadar akan sejarah. Yah dengan sadar akan sejarah perjuangan awal tarekat kita yang tertera dalam buku “Daily Readings Jules Chevalier” setidaknya kita dapat belejar dari sejarah untuk terus membakar semangat misi kita. Kita dapat belajar dari para pendahulu MSC yang sudah berjuang menyebarkan spiritualitas Hati dalam situasi yang amat sulit. Misalnya saja, kemarin (8 November) kita memiliki data sejarah lewat Daily Reading Jules Chevalier mengenai Pater Piperon yang meninggalkan Perancis bersama dengan para seminarist menuju Belanda pada tahun 1880. Lewat data ini misalnya kita dapat bermenung betapa mereka berada dalam situasi sulit karena masalah politik. Ini hanya sebuah contoh kecil bagaimana perjuangan para MSC pada masa lalu.
Terlepas dari data sejarah, kita juga dapat bermenung mengenai spiritualitas hati yang menjadi kekhasan kita. Dalam buku Daily Readings Jules Chevalier kita dapat menemukan teks-teks yang pantas dan perlu kita renungkan sebagai Misionaris Hati Kudus. Misalnya pada hari ini, 9 November, kita bisa merenungkan sebuah penggalan renungan yang berasal dari tulisan P. Jules Chevalier “SacrĂ©-CĹ“ur de JĂ©sus” halaman 330 mengenai « Point de connaissance sans amour » atau mengenai pengatahuan tanpa cinta.
Pada halaman tersebut saya mencoba menemukan benang merah dan ringkasannya:
Bagi Pater Jules Chevalier, betapa sayangnya ketika pengetahuan tidak terjelma dalam panggilan untuk mencintai ! Teladan dalam cinta adalah Allah sendiri. Ada ikatan cinta dalam Trinitas. Cinta tanpa pengetahuan itu tidak mungkin. Pengetahuna tanpa cinta, adalah sebuah ketidakteraturan. Ketika pengetahuan tidak terjelma dalam cinta, maka pengetahuan itu gagal. Itu semacam bunga tanpa buah, tidak teratur bahkan lebih parah karena ia menyentuh sisi bagian paling intim dari keberadaan kita, dalam ciri paling esensial dari kemiripan atau keserupaan kita dengan Tuhan.
Atau lebih tepatnya, Cinta kepada Tuhanlah yang seharusnya menjadi hasil nyata dari sebuah pengetahuan. Yang dimaksudnkan dengan pengetahuan oleh P. Jules Chevalier adalah semua pengetahuan yang ada di muka bumi ini, bahkan yang paling asing sekalipun. Karena toh, pengetahuan tidak lain adalah pengenalan akan penyebab dari segalanya, iya kan? Dala iman kita percaya bahwa « Tuhanlah penyebab dari semuanya yang ada di alam semesta ini (la cause par excelence). » Siapa yang menciptakan semuanya ? Jawabannya adalah Tuhan.

KOMBINASI SEIMBANG :  CINTA DAN PENGETAHUAN
Saudaraku, dalam refleksiku saya merasa bahwa apa yang dikatakan oleh pater Pendiri harus kita perhatikan dengan sungguh-sungguh untuk hidup kita dan orang lain. Tujuan hidup kita di dunia ini adalah kebahagiaan sejati. Tanpa cinta, pengetahuan kita tidak berkontribusi pada kebahagiaan kita. Apa gunanya memiliki pengetahuan yang hebat jika itu tidak berkontribusi untuk kebahagiaan Anda atau orang-orang di sekitar Anda? Kebahagiaan sejati terletak pada kemauan dan kemampuan kita untuk mencintai. Tentu saja, membaca  buku sungguh sangat berguna, yakni untuk menambah pengetahuan kita. Ada ungkapan “Buku adalah jendela dunia.” Tetapi tetaplah sadar bahwa pengetahuan yang ada harus membawa kita untuk semakin dekat dengan Tuhan. Dialah tujuan dan sumber kebahagiaan sejati kita.

Akhirnya, semoga kita tetap ingat bahwa akumulasi pengetahuan, tanpa cinta, tidak akan membuat kita bahagia. Yang ideal adalah kombinasi keduanya yang seimbang. 

Mari kita renungkan kata-kata dari Denis St-Pierre ini: "Pengetahuan spiritual dan filosofis kita tidak berguna jika itu tidak meningkatkan kemauan dan kemampuan kita untuk mencintai.  « Nos connaissances spirituelles et philosophiques sont inutiles si elles n’amĂ©liorent pas notre volontĂ© et notre capacitĂ© d’aimer"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TANDA-TANDA KEHADIRAN ALLAH DALAM HIDUP: SEBUAH PERMENUNGAN!

Saya yakin bahwa tidak seorang pun dari kita yang pernah melihat Tuhan. Ketika seseorang berkata, " Saya percaya kepada Tuhan ," dia tidak mengatakan bahwa dia memiliki bukti keberadaan Tuhan, tetapi bahwa dia memiliki iman kepadaNya. Kata " iman " berarti "percaya." Orang-orang yang percaya adalah orang-orang yang bersatu dengan Tuhan. Mereka mengalami kehadiranNya dalam hidup mereka. Mereka tidak percaya pada transendensi sederhana, atau energi, kekuatan yang tak terlihat ... tetapi mereka percaya kepada SESEORANG yang berbicara kepada mereka secara pribadi, melalui peristiwa-peristiwa hidup mereka, dalam pengalaman batin mereka. Tuhan sering dilambangkan dengan cahaya. Seperti matahari, yang tidak bisa saya tatap secara langsung, tetapi yang menerangi apa yang mengelilingi saya, Tuhan, yang tidak saya lihat, menerangi keberadaan saya dengan memberi saya "tanda-tanda" kehadiran-Nya.  Sejak awal, Tuhan berbicara kepada manusia

MENGENAL TAREKAT RGS-ANGERS

Pada hari ini, 15 Desember 2016, kami makan siang di rumah biara tempat lahirnya tarekat Kongregasi Bunda Pengasih Gembala Baik ( juga dikenal sebagai Good Shepherd Sisters – RGS ). Letaknya tidak jauh dari pastoran Santo Yoseph Angers. Pastor Gilles Crand, Pr mengantar P. Sebastian, P. Martin dan saya untuk makan siang di rumah biara yang besar itu . Komunitas itu hanya dihuni oleh 12 orang suster dari berbagai negara, yakni: India, Irlandia, Swiss, Peru, Costarika, Colombia, dan Perancis. Walaupun di biara pusatnya itu hanya dihuni oleh 12 suster, namun tarekat yang lahir di kota Angers itu, sudah menyebar di berbagai negara di dunia. Saya bertanya kepada salah satu suster asal India yang bertugas di situ mengenai jumlah anggota di seluruh dunia.   Dia mengatakan bahwa   kongregasi internasional dalam Gereja Katolik Roma itu, dulu anggotanya hampir 10,000 orang di dunia. Saat ini kira-kira hampir 4.000 hadir di 72 negara di lima benua, termasuk di Indonesia. Kongregasi

SEORANG DUDA BISA MENJADI IMAM?

P. de Vaugelas adalah seorang pastor projo keuskupan agung Bourges-Perancis Tengah.   Dia sebelumnya adalah seorang bapa keluarga yang memiliki pekerjaan top di salah satu bank Amerika di Paris. Selama masa kerja dia sudah berkeliling dunia, termasuk Indonesia. Waktu luang pun dia pernah habiskan untuk masuk dalam sekolah special di Chateroux untuk menjadi pilot. Dia jalankan itu dengan baik, dan mampu menjadi pilot dalam masa belajar hanya dalam satu tahun saja. “Saya kalau mengemudi mobil, tangan selalu siap sedia di bagiaan rem tangan, dll. Itu semua karena saya terbiasa menjadi pilot,” katanya kepadaku saat kami kembali dari l’abbey Fontgombault pada awal bulan April 2017. Yang menarik buat saya adalah sejak istrinya meninggal dia banyak berefleksi untuk menjadi imam. Dalam usianya yang tidak lagi muda (69 tahun), dia tetap rendah hati untuk meminta bimbingan rohani, termasuk meminta bimbingan rohani kepada salah satu konfrater MSC di Issoudun, Alfred Bours, MSC. Dia jug