Langsung ke konten utama

KESEMPURNAAN HIDUP MENURUT PATER JULES CHEVALIER-BAGIAN II

Tulisan berikut ini terinspirasi dari buku Pater Jules Chevalier yang berjudul « L’ecole du Sacre-Cœur Bagi P. Jules Chevalier, ajaran Yesus tidak lain adalah Ajaran Hati-Nya. Ketika Yesus sebagaimana tertulis dalam dalam Injil Matius, 11, 29 berkata:“Belajarlah dari pada-Ku” tentu yang yang dimaksudkan adalah belajar dari Hati-Nya. Sekolah-Nya terbuka untuk semua orang yang berkehendak baik. Itulah jalan menuju kesempurnaan.


Mari kita mengawali permenungan kita pada bagian kedua ini dengan terlebih dahulu membaca Kitab Suci, secara khusus pada Injil Matius 19: 20. Saudara dan saudariku yang terkasih, kutipan Injil ini dipilih oleh pater Jules Chevalier agar kita semakin sadar akan inti panggilan kita masing-masing. Ayat biblis yang terdapat dalam injil Matius 19: 20  tidak lain adalah “ajaran Hati Kudus Yesus” sendiri kepada kita. “Jika Engkau ingin sempurna, pergilah dan jualah segala yang Anda miliki” (setidaknya dalam spirit menjauhkan diri dari hal duniawi, lepas bebas terhadap hal-hal duniawi), “Pikulah salibmu” untuk mengikuti jalan lepas bebas, dan Allah akan memberikan gancaran seratus kali lipat dalam hidup saat ini dan kelak.
Tampak bahwa, Tuhan Yesus meminta kita untuk berani katakan “selamat tinggal” kepada hal-hal yang membuat kita semakin menjauhkan diri dari-Nya. Untuk memeluk “hidup yang sempurna” dan untuk mempraktekan secara lebih serius kebajikan, kita harus memilih hal yang terbaik.  Menurut P. Jules Chevalier: “kita perlu menyelidiki kecenderungan hati kita dan membiarkan diri kita dipimpin oleh roh Allah.” "Roh Kudus berhembus kemana pun Dia mau" (Yohanes 3 : 8). Kita tahu itu semua. Dia menarik sebanyak mungkin jiwa untuk memperoleh kekudusan. Walaupun Surga adalah “tempat kemuliaan, yang sama” namun tidak semua jiwa mengambil jalan yang sama untuk memperolehnya. Yang satu lebih tertarik untuk kehidupan kontemplatif, doa dan penintensi. Yang lain lebih memilih jalan hidup aktif, di mana karya-karya yang dihasilkan dan pelayanan cinta kasih bersatu dalam hasil meditasi. Dua bentuk kehidupan yang berbeda ini adalah buah dari cinta Tuhan dan rahmat-Nya. Itu adalah jalan-jalan yang berbeda menuju tujuan yang sama, yakni kekudusan, surga, atau kehidupan yang sempurna.
Yang penting adalah setiap pribadi berjalan secara sungguh-sungguh sesuai dengan jalan panggilannya masing-masing. Tidak cukup mengatakan” saya ingin sempurna, ingin diselamatkan.” Itu kesalahan besar.  Jiwa-jiwa yang menghendaki kesempurnaan, tetapi mengabaikan jalan menuju kesempurnaan, tidak pernah akan meraihnya. Untuk itu perlu ketekunan, daya juang dan spirit kerendahan hati.
Setiap pribadi dipanggil untuk tetap setia dalam jalan yang Roh Kudus hembus atasnya. Jika menyimpang darinya, maka yang terjadi adalah kita akan lebih memusatkan hidup pada keinginan dan kecenderungan pribadi untuk memuaskan dahaga duniawi.
Mari kita hening sejenak. Kita berdoa:  
Ya Tuhan, semoga aku setia di jalan-Mu. Tuntunlah aku pada jalan menuju kesempurnaan. Apa yang Engkau katakan, aku siap mentaatinya. Itulah keinginan yang paling besar yang ada di dalam diriku. Aku tidak ingin hal lain, selain melaksakanan kehendak-Mu.


Jalan kekudusan itu, tentu bukanlah “hal sepele.”  Ini berhubungan dengan “keputusan yang besar.” Maka P. Jules Chevalier menganjurkan kepada kita untuk pertama-tama harus menghindari diri dari keributan sebisa mungkin dan berdoa. Jika hati benar-benar merasa damai, kita diajak untuk mulai memeriksa batin kita dengan sungguh-sungguh dalam cahaya iman, dan membiarkan diri kita bermenung tentang “kematian dan kehidupan kekal.” Kemudian kita berbicara kepada pembimbing rohani kita. Coba ikuti nasihat-nasihat spiritualnya.
Ketika di dalam kedalaman diri (jiwa) kita benar-benar yakin akan panggilan Roh Kudus untuk kehidupan atau panggilan apa pun, kita harus segera patuh dan tunduk pada rahmat yang dibawanya, jika tidak, perlawanannya mungkin memiliki konsekuensi serius. Hidup sempurna yang sesuai dengan “ajaran Hati Kudus Yesus” jika sudah bertumbuh, jangan pernah menyombongkan diri dan berpikir seakan-akan membuat hal yang mengagumkan. Perlu tetap ada preferensi untuk hidup sempurna dibandingkan dengan hal-hal lain. 
Kita juga harus sadar bahwa “Panggilan untuk kesempurnaan dan kekudusan hidup itu” itu ditujukan untuk semua orang. Tidak ada yang lebih special. Panggilan Hati Kudus Yesus kepada semua orang:” Jika Engkau ingin sempurna….ikutilah Aku” (Matius 19, 20). Namun sayangnya tidak semua orang menjawab panggilan mulia itu.
Saat hening sambil membaca lagi kata-kata ini:
Anak-Ku, kata-kata cinta-Ku ini tidak hanya diperdengarkan kepada Anda seperti kepada orang lain, tetapi lebih-lebih Anda dipilih untuk profesi atau panggilan yang suci. Untuk itu Engkau harus menjauhkan diri dari perhatian pada hal duniawi, sehingga Engkau berpikir dengan lebih bebas dan bekerja secara lebih efektif dalam kebajikan.”
Kata-kata dari Hati-Nya membuat kita bebas dari segala keraguan dan ketidakpastian dalam hidup. Untuk itu kita perlu bersyukur. Kita dikarunia dengan rahmat-Nya yang berlimpah untuk menjawab panggilan-Nya. Dan tentulah jangalah kita berpuas diri ketika kita sudah memilih dan berada dalam jalan panggilan kita masing-masing. Kita jangan pernah berpikir bahwa dengan jalan panggilan yang sedang kita jalani, kita akan selamat secara otomatis. Jangan tegesa-gesa untuk berpikir demikian, karena toh dalam jalan itu kita akan selalu berhadapan dengan pertempuran melawan diri sendiri (kecenderungan pribadi-duniawi) dan setan.

Jika dalam perjalanan panggilan, semangat kita pudar dan menjadi dingin dan kita tidak lagi menaruh perhatian serius pada godaan dan tantangan, kita akan semakin jauh dari tujuan yang diberikan kepada kita oleh Tuhan. Bukankah Roh Kudus lewat mulut para nabi berkata bahwa “mereka yang tidak setia dengan kewajibannya akan berakhir dengan kecemasan dan akan bingung di antara para pendosa.”
Akhirnya untuk menutup permenungan kita pada bagian ini P. Jules Chevalier mengingatkan kita sekali lagi: jika kita ingin tetap berada di jalan panggilan kita masing-masing (entah hidup membiara atau pun hidup berkeluarga), mari kita bersama-sama berefleksi lebih lanjut anjuran dari Santo Petrus:” Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung.” (2 Petrus 1, 10). 

Issoudun, 28 Maret 2020
Yongki Wawo, mSC

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TANDA-TANDA KEHADIRAN ALLAH DALAM HIDUP: SEBUAH PERMENUNGAN!

Saya yakin bahwa tidak seorang pun dari kita yang pernah melihat Tuhan. Ketika seseorang berkata, " Saya percaya kepada Tuhan ," dia tidak mengatakan bahwa dia memiliki bukti keberadaan Tuhan, tetapi bahwa dia memiliki iman kepadaNya. Kata " iman " berarti "percaya." Orang-orang yang percaya adalah orang-orang yang bersatu dengan Tuhan. Mereka mengalami kehadiranNya dalam hidup mereka. Mereka tidak percaya pada transendensi sederhana, atau energi, kekuatan yang tak terlihat ... tetapi mereka percaya kepada SESEORANG yang berbicara kepada mereka secara pribadi, melalui peristiwa-peristiwa hidup mereka, dalam pengalaman batin mereka. Tuhan sering dilambangkan dengan cahaya. Seperti matahari, yang tidak bisa saya tatap secara langsung, tetapi yang menerangi apa yang mengelilingi saya, Tuhan, yang tidak saya lihat, menerangi keberadaan saya dengan memberi saya "tanda-tanda" kehadiran-Nya.  Sejak awal, Tuhan berbicara kepada manusia

MENGENAL TAREKAT RGS-ANGERS

Pada hari ini, 15 Desember 2016, kami makan siang di rumah biara tempat lahirnya tarekat Kongregasi Bunda Pengasih Gembala Baik ( juga dikenal sebagai Good Shepherd Sisters – RGS ). Letaknya tidak jauh dari pastoran Santo Yoseph Angers. Pastor Gilles Crand, Pr mengantar P. Sebastian, P. Martin dan saya untuk makan siang di rumah biara yang besar itu . Komunitas itu hanya dihuni oleh 12 orang suster dari berbagai negara, yakni: India, Irlandia, Swiss, Peru, Costarika, Colombia, dan Perancis. Walaupun di biara pusatnya itu hanya dihuni oleh 12 suster, namun tarekat yang lahir di kota Angers itu, sudah menyebar di berbagai negara di dunia. Saya bertanya kepada salah satu suster asal India yang bertugas di situ mengenai jumlah anggota di seluruh dunia.   Dia mengatakan bahwa   kongregasi internasional dalam Gereja Katolik Roma itu, dulu anggotanya hampir 10,000 orang di dunia. Saat ini kira-kira hampir 4.000 hadir di 72 negara di lima benua, termasuk di Indonesia. Kongregasi

SEORANG DUDA BISA MENJADI IMAM?

P. de Vaugelas adalah seorang pastor projo keuskupan agung Bourges-Perancis Tengah.   Dia sebelumnya adalah seorang bapa keluarga yang memiliki pekerjaan top di salah satu bank Amerika di Paris. Selama masa kerja dia sudah berkeliling dunia, termasuk Indonesia. Waktu luang pun dia pernah habiskan untuk masuk dalam sekolah special di Chateroux untuk menjadi pilot. Dia jalankan itu dengan baik, dan mampu menjadi pilot dalam masa belajar hanya dalam satu tahun saja. “Saya kalau mengemudi mobil, tangan selalu siap sedia di bagiaan rem tangan, dll. Itu semua karena saya terbiasa menjadi pilot,” katanya kepadaku saat kami kembali dari l’abbey Fontgombault pada awal bulan April 2017. Yang menarik buat saya adalah sejak istrinya meninggal dia banyak berefleksi untuk menjadi imam. Dalam usianya yang tidak lagi muda (69 tahun), dia tetap rendah hati untuk meminta bimbingan rohani, termasuk meminta bimbingan rohani kepada salah satu konfrater MSC di Issoudun, Alfred Bours, MSC. Dia jug