Angka 13 sering dikaitkan
dengan hal-hal sial. Namun tanggal 13 februari kemarin, saya mendapat “sesuatu”
yang tidak saya duga sebelumnya. Ceritanya begini. Kemarin pagi, Madam Ravo
yang biasa bekerja di biara Issoudun mengetuk kamar saya dan mengatakan bahwa
hari ini tanggal 13 februari adalah jatah pembersihan kamar saya. “Itu memakan waktu selama satu jam pastor,” katanya singkat.
Sejak hari sebelumnya saya
sudah berpikir mencari waktu untuk mengunting rambut saya. Yahh maklum sudah kelihatan tidak beraturan,
heheh. Minggu lalu tidak ada waktu karena ada kegiatan assemble provincial Perancis-Swiss
di Issoudun. Acara begitu padat (pagi sampai sore). Saya akhirnya memutuskan
untuk mengunting rambut saya pada pagi tanggal 13 februari, apalagi pagi itu saya tidak bertugas pagi
(memberi pengakuan atau melayani konsultasi umat. Saya
hanya bertugas pada sore hari saja, yakni memimpin ibadat rosario di crypte
Chevalier. Doa-doa sudah saya siapkan sebelumnya).
Saya bertanya kepada Madam
Ravo tempat gunting rambut yang buka pada hari senin pagi. Dengan
cekatan madam Ravo menuju tempat telepon di lorong biara, dan membuka alamat
salon-salon yang bisa
dihubungi. Dia akhirnya menelpon salah satu gerai salon di salah
satu supermarket yang tidak jauh dari biara MSC Issoudun. Dari seberang telepon terdengar , bahwa pagi pukul
09:30 ada lowong. Saya akhirnya memutuskan untuk pergi ke tempat gunting rambut
pada jam itu.
Selama madam Ravo membersikahkan
kamarku, saya berangkat ke arah supermarket. Wah tak di duga. Di dalam salon
itu ada seorang umat yang sedang tunggu temannya yang sedang gunting rambut. Dia
menyapa dan bicara beberapa saat dengan saya. Iya dia kenal saya, karena dia aktif berdoa di
basilica Issoudun. Dia juga sering mengungkapkan terima kasih kalau khotbah
yang saya bawakan menyentuh hatinya. Saya tidak lama bercakap-cakap dengan ibu
itu karena seorang nona yang akan mengunting rambut saya sudah memanggil nama
saya. Akhirnya saya gunting seperti biasanya.
Tibalah waktunya ibu itu
untuk pulang. Dia berbisik kepada saya:” pastor..saya sudah bayar untuk pastor.”
Wahhh…tidak sangka. Saya mengucapkan terima kasih kepadanya. Wah “20 euro”
dibayarkan. Yahhh kalau dirupiahkan
hampir 300 ribu. Eeee mahal eee. Begitulah di Perancis. Serba mahal.
Di atas semuanya saya
merasa bahwa ibu itu begitu tulus membayar untuk saya. Yahh…mungkin di
Indonesia hal itu biasa. Seorang umat membayar sesuatu untuk pastornya. Hal ini
sangat jarang di Perancis. Maklum negara sekular dengan semangat individualism-nya.
Ketika saya kembali ke komunitas, pada jam makan siang, Martin, pastor MSC asal
India bertanya kepada saya”berapa harga potong rambut” saya jawab “20 euro”. “wahhhh
mahal sekali, katanya. Yah begitulah karena kami masih berpikir perbandingan
dengan mata uang benua Asia. Saya bilang:”ada
seorang ibu yang membayar untuk saya.” Bruder Lionel dan Pastor Gabriel
langsung sambung:”wahhhh kau sudah terkenal
di Issoudun eeee”. Saya senyum-senyum dan menjawab:”bukan terkenal, tapi kebetulan bakudapa dengan orang yang saya kenal. Yahh
itu mungkin hadiah valentine untuk hari kasih sayang.” Heheheh.
Komentar
Posting Komentar