Tuhan begitu dekat dengan
kita, dalam keadaan apa pun diri kita. Baik dalam keadaan bahagian maupun dalam
penderitaan kita. Dalam
Injil hari ini,
seorang anak perempuan menderita karena kerasukan
setan.
Penderitaan itu membuat ibunya menderita bersamanya. Cinta luar biasa sang ibu membuat dia senasib
sepenanggung bersama putri terkasihnya. Iman ibunya itu membawa pada rahmat
kesembuhan sang putri. Itulah karunia keselamatan yang diwakili oleh penyembuhan
putrinya.
YANG MENARIK ADALAH BAHWA ibu
itu adalah seorang kafir, warga negara Syria-Fenisia, dan dia memintanya untuk
mengusir iblis dari putrinya" (Mrk 7,26). Rasa
sakit dan cinta membuatnya terus-menerus bertanya, tanpa mengkhawatirkan
penghinaan, penundaan, penghinaan yang dialaminya. Dan
dia mendapat berkat: "Dia pulang ke rumah, dan dia menemukan anak itu
terbaring di tempat tidur: setan itu telah keluar darinya." (Mrk 7.30). Wanita Siro-Fenisia ini
adalah ibu yang baik, dia meminta sesuatu yang baik ("mengusir setan dari
putrinya") dan dia meminta dengan cara yang baik baik ("dia datang
dan menyembah ke kakinya").
Lewat ulasan teks Injil pada
hari ini, Tuhan meminta kita untuk tekun menggunakan doa permohonan. Jelas
bahwa ada jenis doa lainnya - adorasi, pendamaian, doa syukur - namun Yesus
meminta kita agar doa doa harus
dipraktikkan dengan baik. Mengapa? Pasti
ada banyak alasan: karena kita membutuhkan pertolongan Tuhan untuk mencapai
tujuan kita, karena ini mengungkapkan harapan dan cinta, karena ini
memproklamasikan iman kita. Kekuatan
doa sungguh luar biasa!
Janganlah kita lalai dalam doa kepada Tuhan. Belajarlah dari Ibu yang datang kepada Yesus. Dia adalah seorang yang menunjukan iman luar biasa. Di dalamnya ada sikap rendah hati. Ketika tampaknya doanya tidak didengarkan Tuhan, tidak ada pemberontakan, tidak ada keluhan, tidak ada kebencian. Dia tetap teguh pada Kristus. Dia memelihara semangat kerendahan hati dan iman kepada dia yang memiliki kekuatan untuk membebaskan putrinya dari setan. Apakah saya mampu bertahan dalam doa saya bahkan ketika tampaknya Tuhan kita sedang mengalami “pendengaran yang tuli”?
Kalau saja kita bisa belajar
dari teladannya! Kita
perlu merenungkan cara-cara misterius dan bijaksana dari Tuhan kita saat kita
menderita lewat doa yang tulus. Kita
harus berpegang teguh pada kerendahan hati, sadar bahwa kita adalah makhluk
yang selalu dicintai oleh Kristus, Gembala Baik kita. Dia berjanji bahwa dia tidak
akan meninggalkan kita sebagai yatim piatu. Lalu mengapa iman kecil
seperti itu?
Komentar
Posting Komentar