Salju musim dingin Februari 2018 |
Saat itu, musim dingin, pada pada awal
bulan Februari 2018. Untuk hari
hidup bakti, les journées mondiales de la
vie consacrée 2018, Radio RCF en
Berry mewawancarai saya mengenai hidup bakti. Sebelumnya pater Gerard Blattmann
mengumumkan ke komunitas perihal rencana wawancara itu kepada salah seorang
anggota komunitas. Ternyata pada tanggal yang ditentukan semua anggota
komunitas « sibuk ». Saat itu kebetulan di agenda kerja saya, tidak
ada kegiatan untuk pelayanan di dalam basilika atau pun di paroki St. Vincent a la champage Berrichonne. Oleh karena
itu saya bersedia untuk diwawancarai.
“Menjadi imam dalam biara, apa yang unik ?”
Itu adalah salah satu pertanyaan nona Benedict ketika mewawancarai saya. Saya menjawab:” komunitas bagi saya
adalah tempat schola amoris. Di situ
saya bisa belajar dari para konfrater bagaimana mencintai Allah dan sesama tanpa
syarat. Di situ juga saya bisa belajar untuk hari demi hari bertumbuh kembang
dalam kemanusiaan saya. Saya ingat buku yang ditulis oleh Jean Vanier,
mengenai komunitas tempat « pesta » dan pengampunan. Saya berefleksi bahwa
di komunitas ada sukacita untuk merayakan hidup yang diharapkan oleh Tuhan,
yakni « the perfection of love,”
tetapi juga di situ juga ada juga kemungkinan konflik, di mana setiap anggota
diharapkan memiliki semangat kerendahan dan keterbukaan hati untuk saling
mengampuni.
Di samping itu, kata kunci ini tentu
menjadi bagian dari setiap misionaris dalam komunitas, yakni « the community is for mission.” Adanya
komunitas yang hidup yang di dalamnya para anggota benar-benar menghidupi
semangat injili, dalam arti tertentu sudah menjadi “misi.” Misi dalam arti ini
adalah “memberikan kesaksian hidup kepada dunia walau belum terjun untuk
pelayanan apostolic kepada di dunia. Dengan adanya komunitas yang hidup seperti
itu, bukan tidak mungkin para anggota merasa didukung dalam menjangkau kegiatan
misi di luar dengan penuh suka cita, sebagaimana didengungkan terus menerus
oleh paus Fransiskus « l’Eglise en sortie,
pour aller au peripheries, » alias gereja yang terus menerus keluar,
menjangkau umat manusia di pinggiran, terutama mereka yang paling malang, menderita. Spirit inilah
yang juga menjadi harapan dan cita-cita pater Jules Chevalier. Bagi Jules
Chevalier, kita perlu mengikuti spirit Yesus, Gembala yang Baik, yang tak
mengenal lelah mencari domba yang hilang dan tersesat. Itu semua bisa tercapai
kalau kita mengasah hati kita agar semakin hari semakin menyerupai Hati-Nya. Tidak
heran bagi Jules Chevalier, kisah injil tidak lain adalah injil HATI KUDUS,
karena cinta kepada mereka yang kecil dan menderita tidak lain adalah bersumber
dari HATI-Nya. Untuk mengasah hati agar semakin menyerupai hati Yesus, komunitas
adalah tempat bagi kita para missionaris untuk saling belajar satu sama lain,
di sanalah kita bisa « mengacu
kepada konfrater yang lebih » sebagaimana sering dikatakan oleh salah
seorang pembinaku di Skolastikat MSC Pineleng, ketika saya menjalankan masa
formasi di Manado. Yah memang
benar, komunitas adalah tempat « schola amoris !!!
Komentar
Posting Komentar