Langsung ke konten utama

MEMBUKA TAHUN 2018 DENGAN BANYAK KEJUTAN!!

Bersama kak Tin, Kak Ety, dan keponakan Rion



Awal tahun ini saya berada di kampung halaman, Flores NTT. Tanggal 1 Januari saya ke pusat paroki Hati Kudus Maunori. Dalam pikiran saya, mungkin saya hanya sebagai konselebran dalam misa tahun baru. Ternyata ketika sampai di pusat paroki, romo paroki memberi tugas agar saya memimpin misa di pusat paroki. Wahhh…ikut saja spiritualitas Petrus, “atas perintah-Mu akan kutebarkan jalah.” So, beta siap pimpin misa di gereja kesayangan ini, tempat di mana saya dibabtis, menerima pengakuan dosa pertama kali, menerima komuni pertama, krisma, dan tahbisan suci. 
Bersama teman seangkatan waktu SMP setelah selesai misa tahun baru 2018
Pada anggal 4 januari 2018 saya sempat merayakan perayaan ekaristi untuk mengenangkan 40 hari meninggalnya ayah terkasih, bapak Yohanes Pase. Banyak umat yang hadir. Hadir pula pastor paroki, Romo Tadeus Depa, pr serta Romo Yanto Songka, Pr, teman seangkatan saya waktu masih di seminari Mataloko pada 15 tahun silam. Saya sungguh merasa tersentuh dengan kehadiran begitu banyak orang yang ikut mendoakan untuk keselamatan arwah ayah terkasih.
Pada tanggal 7 Januari saya harus say good bye to semuanya untuk pergi ke tanah misi. Pagi-pagi buta saya bakar lilin di kubur ayah terkasih, opa oma serta adik. Setelah berdoa di kubur orang-orang yang aku kasihi, saya berangkat ke ende bersama mama, kakak Ety, Santi, Minyus, Egen, Ipin serta Rion. Maklum pesawat pagi, jadi dari rumah kami harus berangkat kira-kira jam 3 pagi. “Hati-hati om sopirrrr….”, ungkap Rion kepada Om kandungnya (Minyus) yang mengendarai mobil. Perjalanan berjalanan lancar. Tak lupa kakak Ety membawa bekal agar bisa makan. Ternyata yang disediakan kakak Ety adalah opor ayam..hmmm…Sayangnya saya tidak sempat makan karena pesawat berangkat pagi jam 08.00. Saya tiba di Denpasar kira-kira jam 10 pagi dengan menggunakan Wings Air. Cuaca cerah…tidak ada guncangan sama sekali, walau pesawat kecil. 
Keluarga antar ke Ende
 
Mama dan kak Ety saat antar ke Ende
Dari Denpasar saya menggunakan maskapai Lion Air. Di Bandara Bali saya sempat membeli oleh-oleh untuk dibawa ke Perancis. Penerbangan ke Jakarta hari itu, aman terkendali, walau perut terasa lapar karena tidak sempat makan pagi…apalagi tidak sempat makan opor ayam tuhh hehe…Tidak heran, setelah sampai di Jakarta, saya langsung mencari tempat makanan di bandara. Setelah makan saya mencari taxi yang terpercaya. Beberapa orang menawarkan taxi, tetapi saya memilih bluebird yang sudah sering saya gunakan kalau ke Jakarta. Perjanalan ke Jakarta Pusat dari bandara, lumayan lancar. Sesampai di biara, daerah Jakarta Pusat, bruder Jos memberi kunci untuk kamar di lantai bawah. Kamar itu biasa digunakan oleh para uskup. Wahh…bruder niee….
Sore itu, saya tidur saja di kamar sampai pukul 17.00. Bangun tidur saya siap-siap diri untuk mengikuti perayaan ekaristi di salah satu gereja di Jakarta Pusat. Setelah misa, saya kembali ke komunitas untuk makan malam. Saya merasa badan agak capai. Mungkin karena perjalanan jauh dari kampung halaman, dan kemudian naek pesawat tanpa makan terlebih dahulu. Oleh karena itu, setelah makan malam saya pun bergegas pergi tidur…hmmmm
Sebelum naek pesawat Lion dari Bali ke Jakarta
Besok harinya saya mengikuti kegiatan komunitas biara seperti biasanya. Ikut misa harian, dll. Tidak ada yang special. Ohhh hampir lupaaa.. saya sempat ke biara susteran JMJ di daerah Menteng untuk bertemu dengan kawan kelas Sr. Lusie, JMJ. Kami sempat kuliah sama-sama di Manado. Saya naek Bajaj ke Menteng dari daerah dekat Harmoni. Wahh lumayan jauh. Kasihan juga si tukang Bajaj. Ketemu dengan suster Lusie serta salah satu suster asal Toraja. Kami bercerita dan makan malam bersama. Suster mempersiapkan oleh-oleh untuk dibawa ke Perancis berupa kopi toraja serta kacang kawangkoan Manado. Wahhh…terima kasih…penuh plastik lagi…. !
Bertemu Sr. Lusie, JMJ
Hari Selasa, 09 Januari saatnya saya untuk mulai jalan-jalan di Jakarta. Sejak pagi, saya bertemu dengan umat-umat Jakarta yang baek. Tidak ada kata yang paling pas untuk melukiskan perasaan senasib dan sepenanggung yang saya alami ketika mengalami kehilangan ayah terkasih. Pada malam hari, saya sempat bertemu dengan saudara-saudari sepupu yang ganteng dan cantik-cantik di daerah BSD (Bumi Serpong Damai). Si Anis yang mengantar saya kembali ke daerah Jakarta Pusat.
Bersama sebuah keluarga, anggota FAMILY CHEVALIER Jakarta
Pada tanggal 10 Januari sebelum berangkat ke Bandara Jakarta, masih juga bertemu dengan sebuah keluarga. Mereka sempat ke Issoudun pada tahun lalu, bersama anak-anak mereka. Mereka menitipkan oleh-oleh Br. Lionel. Wah terima kasih atas kunjungan dan dukungan doa kepadaku. Setelah makan siang di biara, kira-kira pukul 14:30  bersama sopir dan (si Yuta yang ikut numpang mobil ke rumahnya di daerah Grogol), saya menuju bandara Soekarno Hata Jakarta. Maklum pukul 17:55 pesawat Emirates yang akan menuju Dubai lepas landas. Saya masih memiliki banyak waktu di bandara. Saya juga sudah chek on line dibantu oleh keluarga Sherly Mohidi di ruang kerja Br. Matias. Semuanya lancar. Untuk masuk boarding pun lancar. Saya sengaja masuk paling terakhir ke ruang tunggu, karena masih melihat-lihat boutik di dalam bandara. Di antaranya untuk membeli sambal pedasss dengan merk sambal gilaaaa…yang pernah saya beli pada penerbangan saya sebelumnya ke Paris. 
Bersama Pramugari Emirates
Ketika akses ke ruang tunggu, pada menit-menit terakhir, tiket saya diganti oleh petugas dan tiket saya di-upgrade dari kelas ekonomi ke kelas bisnis. Wahhhh seperti dalam mimpi saja. saya menerima tiket kelas bisnis. Jadilah saya naik pesawat kelas bisnis untuk pertama kalinya di pesawat Emirates Jakarta-Dubai..Wahhh ternyata di kelas bisnis begitu nyaman. Kelas ekonomi pesawat ke luar negeri rasanya sudah nyaman, apalagi kelas bisnis..hmmmmm….Terima kasih kepada maskapai penerbangan Emirates yang memberi gratis masuk bagian kelas bisnis dalam pernerbangan jauh selama 7 jam. Pelayanan para pramugari di kelas bisnis memang luar biasa…penerbangan yang lamanya 7 jam menjadi tidak terasa karena nyamannya dan pelayanan kelas professional. Saya tiba di Dubai pada tengah malam waktu Dubai. Saat transit di Dubai kira-kira selama 4 jam. Saya sempat jalan-jalan di dalam bandara yang besar itu. Kemudian saya mencari tempat untuk penerbangan pesawat Emirates yang akan ke Paris sesuai dengan nomor penerbangan pesawat dalam tiket. Penerbangan ke Paris dari Dubai juga memakan waktu kurang lebih 7 jam. Saya tiba di Paris pada tanggal 11 Januari pagi, kira-kira pukul 08 :30 pagi. Pemeriksaan surat-surat di bandara Charles de Gaulle berjalan lancar. Tidak ada kendala. 
Di kelas bisnis pesawat Emirates
Setelah mendapat barang bagasi, saya langsung mencari kereta untuk pergi ke stasion Austerlitz. Saya harus ganti metro di Gare du Nord sebelum sampai di Austerlitz. Setelah sampai di Austerlizt saya membeli tiket kereta untuk menuju ke Issoudun, seharga 32 euro. Siang itu juga saya sampai di Issoudun. Perjalanan ke Issoudun cukup lancar, walau saya harus ganti kareta di Vierzon. Di Issoudun, Pastor Sebastian dan Br. Lionel sudah tunggu di stasion Issoudun untuk menjemput saya. Sesampai di biara Issoudun, saya mandi sejenak dan tidur sampai pagi. Maklum saya merasa sungguh-sungguh jatlag luar biasa….
Besok paginya, tanggal 12 Januari saya baru bisa bertemu dengan para konfrater yang sedang menutup kegiatan hari-hari retret selama sepekan. Saya ikut serta dalam kegiatan penutupan retret. Saya saat itu sempat diminta untuk berbicara mengenai tanggung jawab sebagai “coordinator keluarga Chevalier” di hadapan para konfrater MSC provinsi Perancis-Swiss yang hadir dalam retret tahunan tersebut. maklum para peserta retret tidak semuanya tinggal dekat di Issoudun. Ada yang di Strasbourg, Orleans, dll. Jadi kesempatan itu dijadikan momen berbagai cerita. Setelah kegiatan retret mereka pergi ke tempat tugas masing-masing. 
Makanan pembuka di kelas bisnis pesawat Emirates
Yahh begitulah…ada pergantian suasana. Saat ini di Perancis masih musim dingin. Saya berangkat dari Flores dan Jakarta dalam kondisi udara panas. Saya harus menyesuaikan lagi dengan kenyataan lingkungan yang ada. Tidak ada hal besar yang dikerjakan selama satu minggu setelah tiba di Perancis. Hanya saja, pada tanggal 22 Januari pagi bersama pastor Sebastian, kami berangkat lagi ke Paris untuk mengikuti kegiatan kongres para rector tempat ziarah se-Perancis, beberarapa dari Libanon, Belgia, dan Portugis. Kami mengadakan kegiatan kongres selama tiga hari, sampai tanggal 24 Januari di MEP, dekat kapela miraculous rue du Bac serta tidak jauh juga dari rumah induk tarekat CM, di mana di situ juga ada mayat utuh St. Vincentius de Paul. Dalam agenda kongres, kami sempat merayakan misa di kapela St. Vincentius tersebut. Selama di Paris kami menginap di kawasan Montparnasse, hôtel Stanislas. Ada banyak pengalaman yang didapat selama kegiatan kongres. Selain mendapat banyak kenalan baru dari berbagai daerah dan negara, kami mendapat banyak inspirasi untuk kegiatan misi kami di Perancis. Terima kasih..
Pada akhir kongres, pastor Sebastian dan saya diajak oleh seorang calon imam asal India yang sudah tau seluk beluk restoran India di Paris. Kami ke arah Gare du Nord dengan menggunakan metro. Di sana ternyata ada kawasan orang India. Rasanya seperti berada di India kalau kita mampir di situ. Hal-hal yang berhubungan dengan India ada di situ. Kami makan malam di sebuah restoran di kawasan itu. Saya memilih makanan cita rasa Indonesia, yakni nasi briyani. Setelah makan malam saya memilih untuk kembali ke hotel, sedangkan pastor Sebastian dan temanya itu memilih untuk melihat-lihat sedikit la tour Eiffel dari dekat pada malam hari, yang terkenal dengan keindahan cahaya warna-warni pada malam hari. Saya tidak ingin lagi ke tour Eiffel pada malam itu, karena pada sore hari sebelum berangkat makan malam saya sudah sempat jalan-jalan sendiri ke arah tour Eiffel dan sempat melihat beberapa tourist asal Indonesia. Ketahuan dari Bahasa dan ribut-ribut di sekitar tour eiffel heheh… !
Kegiatan kongres ARS di Paris
Besok paginya pada tanggal 25 Januari kami kembali ke Issoudun dengan menggunakan kereta. Kami makan siang di Issoudun. Ada banyak pengalaman yang kami sharingkan untuk para konfrater di biara. Saya diminta oleh provincial msc perancis-swiss untuk menulis pengalaman selama kegiatan kongres untuk sebuah situs internet tarekat MSC Perancis-Swiss serta untuk warta antar kita.
Pada tanggal 29 Januari, seorang reporter radio RCF-en Berry datang ke Issoudun untuk mewawancari saya sehubungan dengan hidup bakti, yang akan dirayakan pada tanggal 2 Februari. Dia bertanya banyak topik kepada saya. Saya juga sempat bercerita kepadanya mengenai kegiatan sepekan silam di Paris. Semuanya dipublikasikan pada tanggal 2 Februari 2018 bertepatan dengan “la journée mondial de la vie consacrée. » Terima kasih atas banyaknya pengalaman selama bulan Januari 2018……
Jalan-jalan di Menara Eiffel setelah Kongres Ars di Paris
« Perjalanan beribu-ribu mil selalu dimulai dengan langkah awal. »

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TANDA-TANDA KEHADIRAN ALLAH DALAM HIDUP: SEBUAH PERMENUNGAN!

Saya yakin bahwa tidak seorang pun dari kita yang pernah melihat Tuhan. Ketika seseorang berkata, " Saya percaya kepada Tuhan ," dia tidak mengatakan bahwa dia memiliki bukti keberadaan Tuhan, tetapi bahwa dia memiliki iman kepadaNya. Kata " iman " berarti "percaya." Orang-orang yang percaya adalah orang-orang yang bersatu dengan Tuhan. Mereka mengalami kehadiranNya dalam hidup mereka. Mereka tidak percaya pada transendensi sederhana, atau energi, kekuatan yang tak terlihat ... tetapi mereka percaya kepada SESEORANG yang berbicara kepada mereka secara pribadi, melalui peristiwa-peristiwa hidup mereka, dalam pengalaman batin mereka. Tuhan sering dilambangkan dengan cahaya. Seperti matahari, yang tidak bisa saya tatap secara langsung, tetapi yang menerangi apa yang mengelilingi saya, Tuhan, yang tidak saya lihat, menerangi keberadaan saya dengan memberi saya "tanda-tanda" kehadiran-Nya.  Sejak awal, Tuhan berbicara kepada manusia

MENGENAL TAREKAT RGS-ANGERS

Pada hari ini, 15 Desember 2016, kami makan siang di rumah biara tempat lahirnya tarekat Kongregasi Bunda Pengasih Gembala Baik ( juga dikenal sebagai Good Shepherd Sisters – RGS ). Letaknya tidak jauh dari pastoran Santo Yoseph Angers. Pastor Gilles Crand, Pr mengantar P. Sebastian, P. Martin dan saya untuk makan siang di rumah biara yang besar itu . Komunitas itu hanya dihuni oleh 12 orang suster dari berbagai negara, yakni: India, Irlandia, Swiss, Peru, Costarika, Colombia, dan Perancis. Walaupun di biara pusatnya itu hanya dihuni oleh 12 suster, namun tarekat yang lahir di kota Angers itu, sudah menyebar di berbagai negara di dunia. Saya bertanya kepada salah satu suster asal India yang bertugas di situ mengenai jumlah anggota di seluruh dunia.   Dia mengatakan bahwa   kongregasi internasional dalam Gereja Katolik Roma itu, dulu anggotanya hampir 10,000 orang di dunia. Saat ini kira-kira hampir 4.000 hadir di 72 negara di lima benua, termasuk di Indonesia. Kongregasi

SEORANG DUDA BISA MENJADI IMAM?

P. de Vaugelas adalah seorang pastor projo keuskupan agung Bourges-Perancis Tengah.   Dia sebelumnya adalah seorang bapa keluarga yang memiliki pekerjaan top di salah satu bank Amerika di Paris. Selama masa kerja dia sudah berkeliling dunia, termasuk Indonesia. Waktu luang pun dia pernah habiskan untuk masuk dalam sekolah special di Chateroux untuk menjadi pilot. Dia jalankan itu dengan baik, dan mampu menjadi pilot dalam masa belajar hanya dalam satu tahun saja. “Saya kalau mengemudi mobil, tangan selalu siap sedia di bagiaan rem tangan, dll. Itu semua karena saya terbiasa menjadi pilot,” katanya kepadaku saat kami kembali dari l’abbey Fontgombault pada awal bulan April 2017. Yang menarik buat saya adalah sejak istrinya meninggal dia banyak berefleksi untuk menjadi imam. Dalam usianya yang tidak lagi muda (69 tahun), dia tetap rendah hati untuk meminta bimbingan rohani, termasuk meminta bimbingan rohani kepada salah satu konfrater MSC di Issoudun, Alfred Bours, MSC. Dia jug