Langsung ke konten utama

USB TOSHIBA....


 
Pertandingan bola kaki putri di desa Tembawang Bale-Darit-Kalbar

Pagi ini saya melanjutkan tulisan kisah napak tilas Jules Chevalier. Saya memfokuskan pada napak tilas di daerah Vatan-Perancis. Setelah selesai menulis, saya mencoba membuka file-file di dalam USB Toshiba milikku. Memang sudah lama saya tidak otak atik USB itu. Mata saya tertuju pada sebuah file dengan nama :”PELAYANAN DIAKONAL DI DARIT. » Saya pun membuka file itu. Isinya adalah foto-foto ketika saya sempat tinggal di Darit pada bulan Agustus sampai awal September 2015 lalu.
Memang saya bukan ditugaskan untuk menjalankan masa diakonat di Darit-Kalimantan Barat, tetapi di Issoudun-Perancis. Namun karena proses pembuatan visa Perancis membutuhkan waktu yang lama, maka saya pun meminta izin kepada pimpinan pada waktu itu untuk membantu P.
Marcel Subi, MSC
 di Darit-Kalbar. Permintaan saya disetujui. Dan saya pun ke Darit sambil membantu beberapa pelayanan kerohanian beberapa hari Minggu di stasi-stasi paroki St. Agustinus dan Matias Darit.
Berkat dokumentasi yang tersimpan di USB-ku, pagi ini saya bisa melihat lagi foto-foto kenangan di Darit. Salah satunya adalah ibadah di Stasi Songga-Darit pada suatu hari minggu bulan Agustus 2015 silam. Itu adalah stasi asal Fr.
Argo
MSC. Tentu ada suka cita yang besar, karena saya juga sering ke stasi itu pada masa TOP 2012 lalu. Hari itu saya bertemu lagi dengan orang-orang yang sudah saya kenal sebelumnya. Tentu ada perubahan-perubahan. Gereja mereka sedang dalam proses pengerjaan. Sehingga kami waktu itu menjalankan ibadah sabda di gereja yang belum ada dinding dan lantainya. Walau di tempat yang sederhana, namun itu tidak mengurangi rasa suka cita kami pada hari itu. Ada pancaran senyum lebar di wajah kami masing-masing. 
 
Kapela Seminari St. Yohanes dari Salib Bandol-Kalimantan Barat

 
Setelah ibadah Sabda, saya pergi ke rumah keluarga Fr.
Argo
. Di sana kami makan siang bersama. Setelah itu, saya pamit untuk pergi ke arah Seminari St. Yohanes dari Salib Bandol. Memang letaknya setelah stasi Songga. Jaraknya tidak terlalu jauh, namun jalannya berkelok-kelok. Tidak heran Alm. Franky Rengkung, MSC pada tahun 2012 silam pernah jatuh di jalan Bandol setelah mengunjungi keluarga P. Sisko Alexander, MSC di dusun Alam, Semade.
Mengingat jalan penuh belokan tajam, saya membawa motor dengan sangat hati-hati. Apalagi sudah lama saya tidak membawa motor. Saya sampai di seminari St. Yohanes dari Salib Bandol dengan selamat. Di sana saya disambut dengan hangat oleh beberapa frater dan romo CSE. Seminari itu didirikan untuk mendidik para calon imam CSE, sebuah konggregasi yang didirikan oleh Rm. Yohenes Indrakusuma, O’Carm. Saya banyak bercerita dengan para calon imam di tempat itu. Tentu dalam semangat untuk saling menguatkan sebagai saudara sesama panggilan sebagai "penjala manusia." Saya menghabiskan sepanjang sore di seminari yang luas itu. 
 
Bercanda dengan umat-umat Tembawang Bale-Kalimantan Barat

Jam di dinding biara itu menunjukkan pukul 17h00. Oleh karena itu saya pun pamit kepada para biarawan CSE untuk kembali lagi ke Darit, mengingat saya tidak suka membawa motor pada malam hari. Untuk kembali ke Darit saya melewati jalan yang sama. Dari arah Bandol ada satu stasi besar yang dulunya adalah bagian dari paroki Darit. Saat ini sudah masuk dalam paroki Bandol. Stasi itu adalah Tembawang Bale. Ketika melewati stasi itu, saya berhenti sejenak, karena saya melihat ada keramaian di lapangan sepak bola. Ternyata ada pertandingan bola kaki putri. Saya pun menghabiskan beberapa menit di situ, sambil bercanda dengan umat-umat yang sudah saya kenal pada tahun 2012 silam. Di sana ada Pak Sastro, ketua stasi pada masa lalu.
Kira-kira pukul 11: 10, ketika tengah asyik melihat foto-foto, telepon di kantorku berdering. Ternyata seorang suster PBHK memanggilku. “P. Yongki, hari ini kamu pimpin misa di biara PBHK.” Saya jawab:" tidak suster. Hari ini saya pimpin misa di biara MSC." Kemudian saya chek lagi jadual. Di sana terlihat ada pen-double-an nama saya, misa di basilika dan susteran. Tentu tidak mungkin karena dalam jam yang sama. Oleh karena itu, saya meminta P. Sebastian untuk memimpin misa di komunitas PBHK, sedangkan saya di komunitas MSC Issoudun. 
Setelah Ibadah Sabda di Stasi Songga-Kalimantan Barat

 
 
Setelah misa harian, kegiatan berlangsung seperti biasanya. Tentu sambil merenungkan pesan injil hari ini (Matius, 21: 28-32):
• Kristus mengingatkan kita pada hari ini bahwa yang penting dalam hidup ini bukanya hanya perkataan yang baik tetapi harus diwujudkan dalam tindakan. St Paulus berkata dalam suratnya kepada orang Roma: "Bukan mereka yang mendengar firman yang benar di hadapan Tuhan, tetapi mereka yang mempraktekkan firman ini" (Rom 2, 13).
• Iman Kristen kita seharusnya tidak hanya menjadi iman akan kata-kata saja, tetapi iman yang aktif yang mempengaruhi semua aspek kehidupan kita: keluarga, pekerjaan, waktu luang, hubungan dengan orang lain… Kekristenan mengarahkan kita pada tanggung jawab kita sehari-hari . Ini tentang "melakukan" dan bukan "mengatakan".
• Yesus tidak membutuhkan kata-kata yang manis, janji-janji yang baik, atau praktik keagamaan yang tidak terlihat, Dia menginginkan cinta yang hidup, cinta yang terwujud dalam tindakan nyata.
Semoga kita semua menjadi orang-orang Kristiani yang selalu penuh dengan suka cita iman, yang selalu berusaha untuk mengamalkan kata-kata dalam tindakan kasih bagi sesama, teristimewa kepada meraka yang sangat membutuhkan. S Amin
ISSOUDUN, PERANCIS, 15 DESEMBER 2020
P. Yongki Wawo, MSC


Komentar

Postingan populer dari blog ini

TANDA-TANDA KEHADIRAN ALLAH DALAM HIDUP: SEBUAH PERMENUNGAN!

Saya yakin bahwa tidak seorang pun dari kita yang pernah melihat Tuhan. Ketika seseorang berkata, " Saya percaya kepada Tuhan ," dia tidak mengatakan bahwa dia memiliki bukti keberadaan Tuhan, tetapi bahwa dia memiliki iman kepadaNya. Kata " iman " berarti "percaya." Orang-orang yang percaya adalah orang-orang yang bersatu dengan Tuhan. Mereka mengalami kehadiranNya dalam hidup mereka. Mereka tidak percaya pada transendensi sederhana, atau energi, kekuatan yang tak terlihat ... tetapi mereka percaya kepada SESEORANG yang berbicara kepada mereka secara pribadi, melalui peristiwa-peristiwa hidup mereka, dalam pengalaman batin mereka. Tuhan sering dilambangkan dengan cahaya. Seperti matahari, yang tidak bisa saya tatap secara langsung, tetapi yang menerangi apa yang mengelilingi saya, Tuhan, yang tidak saya lihat, menerangi keberadaan saya dengan memberi saya "tanda-tanda" kehadiran-Nya.  Sejak awal, Tuhan berbicara kepada manusia

MENGENAL TAREKAT RGS-ANGERS

Pada hari ini, 15 Desember 2016, kami makan siang di rumah biara tempat lahirnya tarekat Kongregasi Bunda Pengasih Gembala Baik ( juga dikenal sebagai Good Shepherd Sisters – RGS ). Letaknya tidak jauh dari pastoran Santo Yoseph Angers. Pastor Gilles Crand, Pr mengantar P. Sebastian, P. Martin dan saya untuk makan siang di rumah biara yang besar itu . Komunitas itu hanya dihuni oleh 12 orang suster dari berbagai negara, yakni: India, Irlandia, Swiss, Peru, Costarika, Colombia, dan Perancis. Walaupun di biara pusatnya itu hanya dihuni oleh 12 suster, namun tarekat yang lahir di kota Angers itu, sudah menyebar di berbagai negara di dunia. Saya bertanya kepada salah satu suster asal India yang bertugas di situ mengenai jumlah anggota di seluruh dunia.   Dia mengatakan bahwa   kongregasi internasional dalam Gereja Katolik Roma itu, dulu anggotanya hampir 10,000 orang di dunia. Saat ini kira-kira hampir 4.000 hadir di 72 negara di lima benua, termasuk di Indonesia. Kongregasi

SEORANG DUDA BISA MENJADI IMAM?

P. de Vaugelas adalah seorang pastor projo keuskupan agung Bourges-Perancis Tengah.   Dia sebelumnya adalah seorang bapa keluarga yang memiliki pekerjaan top di salah satu bank Amerika di Paris. Selama masa kerja dia sudah berkeliling dunia, termasuk Indonesia. Waktu luang pun dia pernah habiskan untuk masuk dalam sekolah special di Chateroux untuk menjadi pilot. Dia jalankan itu dengan baik, dan mampu menjadi pilot dalam masa belajar hanya dalam satu tahun saja. “Saya kalau mengemudi mobil, tangan selalu siap sedia di bagiaan rem tangan, dll. Itu semua karena saya terbiasa menjadi pilot,” katanya kepadaku saat kami kembali dari l’abbey Fontgombault pada awal bulan April 2017. Yang menarik buat saya adalah sejak istrinya meninggal dia banyak berefleksi untuk menjadi imam. Dalam usianya yang tidak lagi muda (69 tahun), dia tetap rendah hati untuk meminta bimbingan rohani, termasuk meminta bimbingan rohani kepada salah satu konfrater MSC di Issoudun, Alfred Bours, MSC. Dia jug