Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2017

Evangile selon St Marc, chapitre 6, 1-6

Inévitablement il est vrai que les humains ont un besoin fondamental d’appartenance. Tout comme nous avons besoin de nourriture et d’eau pour vivre, nous avons également besoin de relations positives et durables. Tout le monde voudrait être aimé, accepté, respecté. C’est pourquoi   le rejet social peut influer sur nos émotions et même sur notre santé physique. Il favorise la colère, l’anxiété, la dépression, la jalousie, la tristesse et diminue aussi les performances sur nos tâches intellectuelles difficiles. Dans le passage de l'Evangile d'aujourd'hui, Jésus a été refusé par les gens de son pays natal. Il a enseigné   avec sagesse et autorité. Au début, ils ont été surpris quand ils ont entendu son enseignement sur le sabbat, dans la synagogue, mais ils sont mis en colère en apprenant que Jésus est seulement un de leur compatriote. Pourquoi sont-ils si difficiles, à accepter Jésus? C’est qu’ils ne sont pas en mesure d’accéder à l'expérience de la foi en Jésus,

Menjadi Pribadi yang Apresiatif

Menjadi Pribadi yang Apresiatif Pribadi yang apresitif berawal dari cara pikir yang positif terhadap orang lain. Dengan berpikir positif terhadap orang lain, Sahabat Muda pasti mampu menjalin relasi dengan baik dengan orang-orang lain. Ada istilah “ Pygmalion Effect ” yang menggambarkan bahwa apa yang kita pikirkan mengenai orang lain, itulah yang jadi buat kita. Terhadap kenyataan yang sama bisa dilihat secara berbeda oleh dua orang Sahabat Muda. Misalnya Sahabat Muda A berkomentar:” Si guru C itu orangnya suka marah-marah .” Si Sahabat Muda B berkomentar:” Si guru C itu orangnya sangat mendidik. Dia tidak membiarkan para siswa-siswi bertindak semaunya. Dia sangat prinsipil dan benar-benar mau jadi guru yang sejati. ” Tampak sekali cara berpikir Sahabat Muda B begitu apresiatif sehingga ketika menghadapi guru C, dia begitu nyaman dan tidak menghindar. Beda sekali dengan Sahabat Muda A yang selalu berusaha menghindar dan takut berjumpa dengan si guru C. Begitulah Sahabat Muda, t

MENONTON BERSAMA FILM “KEHIDUPAN BIARA BENEDIKTIN” NOTRE DAME DE FONTGOMBAULT”

Hari ini setelah menonton berita malam, yang pada umumnya memuat peristiwa actual politik Perancis, Amerika serta serangan di salah satu masjid di Kanada, komunitas Issoudun-Perancis menonton film biara Benediktin Notre Dame de Fontgombault. Ketika mendengar kata biara rahib benediktin pasti asosiasi pertama yang muncul dalam pikiran kita adalah mengenai kata “ora et labora”/ berdoa dan bekerja. Yah memang benar. Dalam film itu terlukis dengan indah kehidupan biara yang sangat mencintai “keheningan” tersebut. Biara itu persis berada di daerah keuskupan Bourges. Tadi siang, ada pertemuan para pemimpin biara yang bekerja di keuskupan Bourges bersama dengan uskup Armand di Issoudun. Hadir juga kepala rahib biara/ Abbas benediktin Notre Dame de Fontgombault. Dia memberikan kaset film kehidupan biara yang menjaga regula santo Benediktus tersebut ke pastor Daniel, rektor Basilika Issoudun, yang juga menjabat sebagai vikaris episkopal untuk kehidupan membiara keuskupan Bourges.      

DONALD TRUMP Versus PAUS FRANSISKUS 2017

Hari ini, Donald Trump akhirnya resmi menjadi presiden ke-45 Amerika Serikat. Menjadi presiden di negara super power seperti Amerika adalah hal yang luar biasa. Saya yakin perhatian banyak orang pada hari ini tertuju ke negara Amerika Serikat. Setidaknya lewat media massa dan internet, kita bisa mengikuti apa yang terjadi di Amerika pada hari ini. Dalam beberapa siaran tv di Perancis, tayangan gambar Donald Trump dan istrinya begitu jelas. Demikian juga para mantan presiden yang sempat hadir dalam acara pelantikan pres iden yang 45 Amerika tersebut. Yang menarik hati saya adalah: soal sumpa jabatan . Tampak jelas seorang pendeta membacakan kata-kata yang diikuti oleh Donald Trump. Hal itu sangat biasa di Indonesia . Berb eda dengan ne gara Perancis . Negara tour ei fel itu begitu sekular dan sangat sensitive ketika seorang politisi berbicara mengenai agama. Ada pemisahan antara ruang public dan ruang privat. Agama termasuk dalam masalah privat. Seorang pejabat publ