Langsung ke konten utama

DONALD TRUMP Versus PAUS FRANSISKUS 2017




Hari ini, Donald Trump akhirnya resmi menjadi presiden ke-45 Amerika Serikat. Menjadi presiden di negara super power seperti Amerika adalah hal yang luar biasa. Saya yakin perhatian banyak orang pada hari ini tertuju ke negara Amerika Serikat. Setidaknya lewat media massa dan internet, kita bisa mengikuti apa yang terjadi di Amerika pada hari ini.

Dalam beberapa siaran tv di Perancis, tayangan gambar Donald Trump dan istrinya begitu jelas. Demikian juga para mantan presiden yang sempat hadir dalam acara pelantikan presiden yang 45 Amerika tersebut. Yang menarik hati saya adalah: soal sumpa jabatan. Tampak jelas seorang pendeta membacakan kata-kata yang diikuti oleh Donald Trump. Hal itu sangat biasa di Indonesia. Berbeda dengan negara Perancis. Negara tour eifel itu begitu sekular dan sangat sensitive ketika seorang politisi berbicara mengenai agama. Ada pemisahan antara ruang public dan ruang privat. Agama termasuk dalam masalah privat. Seorang pejabat public sama sekali dilarang menggunakan atribut apa pun mengenai agama dan tidak boleh menyebut identitas agamanya di hadapan publik. Dalam debat politik tentang imigran atau kemiskinan, suara gereja memang menonjol, namun di daerah lain gereja sangat hati-hati karena hirarki tahu bahwa banyak orang percaya tidak setuju dengan sikap politik mereka. Pada tahun ini negara Perancis akan mengadakan pemilihan umum memilih presiden yang baru. Untuk generasi tua Katolik, François Fillon ada dalam hati mereka. Baru-baru ini gaya kekatolikan Fillon telah digunakan oleh lawan-lawan politiknya sebagai sarana untuk menyerangnya. Mantan Perdana Menteri Manuel Valls, saat berkampanye untuk menjadi kandidat Sosialis, mengatakan: 'Untuk pertama kalinya politisi telah mendefinisikan proyek sebagai seorang Katolik ... kita adalah negara dengan akar Kristen, dengan salah satu komunitas Yahudi tertua dan di mana Islam adalah agama kedua, tapi kita juga adalah negara sekuler. Untuk memenuhi syarat proyek sebagai seorang Katolik bertentangan dengan identitas negara kita dan dengan demikian itu akan meningkatkan sektarianisme.” Keyakinan Fillon dalam pentingnya nilai-nilai konservatif sebenarnya mungkin untuk menarik pemilih dari Yahudi dan Muslim masyarakat, pria dan wanita yang memiliki pandangan yang sama. Terlebih lagi, mereka lebih cenderung untuk menghormati dan karenanya memilih seorang pria yang beriman,  apapun agamanya.
Hal lain yang menarik hati saya adalah soal kata-kata pidato Donald Trump. Dia menggunakan kata-kata inti:”America the First”. Yah memang benar bahwa negara itu memang super power. Mungkin kita masih ingat kata-kata Donald Trump saat berbicara kepada pendukungnya pada perayaan kemenangannya sebagai presiden di New York Hilton Midtown, New York City pada 9 November 2016. Kata-kata kuncinya adalah:” We expect to have great relationships.  No dream is too big. No challenge is too great. “ Saat itu dengan sangat optimist dia berkata :”kita akan memperbaiki pusat kota kita dan membangun kembali kami jalan raya, jembatan, terowongan, bandara, sekolah, rumah sakit. Kita akan membangun kembali infrastruktur serta menempatkan jutaan orang untuk bekerja. Di samping itu katanya: “kita memiliki rencana ekonomi yang besar. Kita akan melipatgandakan pertumbuhan ekonomi dan menjadikannya sebagai yang terkuat di dunia. Pada saat yang sama membangun relasi dengan negara-negara lain.”
Kita lihat saja ke depan apa yang terjadi dengan Amerika yang akhirnya toh dipimpin oleh Trump yang tanpa latar belakang politik dan juga memilih para “pembantunya” yang juga “awam” politik, tetapi kuat secara financial. Kita tentu masih ingat juga kata-katanya saat kampanye mengenai  dinding atau tembok perbatasan Selatan, larangan sementara imigran Muslim, dan oposisi yang kuat untuk trade deals, di antara poin-poin bombastis lainnya. Seorang warga Amerika tampak tertangkap kamera video salah satu tv Perancis. Di belakang pundak orang itu tertulis “REALLY?” Mungkin dia mempertanyakan, apakah segala yang dikampanyekan dan janji-janji politisnya benar terlaksana?

Paus Fransiskus memberikan selamat kepada Donald Trump
            Paus Francis telah mengirim selamat dan harapan kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang diresmikan dalam sebuah upacara di US Capitol Building. Beberapa poin penting yang diutarakan oleh paus Fransiskus "Pada saat ini umat manusia dilanda krisis kemanusiaan yang parah yang menuntut pandangan yang jauh dan tanggapan-tanggapan integrative politis.  Saya berdoa bahwa keputusan Anda akan dipandu oleh kekayaan nilai-nilai spiritual dan etis yang telah membentuk sejarah orang-orang Amerika dan komitmen bangsa Anda untuk kemajuan martabat manusia dan kebebasan di seluruh dunia, "- Pesan yang dibacakan -" di bawah kepemimpinan Anda, semoga Amerika terus menjadi tolak ukur atas semua kepedulian terhadap orang miskin, terbuang dan mereka yang membutuhkan, seperti Lazarus, berdiri balik pintu kita. "
Itulah doa Paus Fransiskus untuk Donal Trump. Pada masa kampanye PHILIP PULLELLA, Reuters, pernah mewawancari Paus Fransiskus, katanya "Salah satu kandidat untuk Gedung Putih, Republik Donald Trump, menyatakan dalam sebuah wawancara baru-baru ini bahwa paus adalah politikus dan bahkan mungkin pion, alat bagi pemerintah Meksiko untuk kebijakan imigrasi. Dia mengatakan bahwa jika terpilih, ia ingin membangun dinding lebih dari 1.550 mil panjang di sepanjang perbatasan. Dia ingin mendeportasi 11 juta imigran ilegal, memisahkan keluarga, dll. Kemudian saya pertama kali akan menanyakan apa yang Anda pikirkan tentang tuduhan ini terhadap dirinya dan jika orang Katolik Amerika dapat memilih orang seperti itu?'"

Jawab Paus Fransiskus pada saat itu: "Yah, terima kasih Tuhan bahwa ia berkata," Saya orang politik, 'karena Aristoteles mendefinisikan manusia sebagai' binatang politik: 'jadi setidaknya, saya manusia . Dan  saya pion? ...' juga! , mungkin, aku tidak tahu ... aku akan meninggalkan  penilaian orang-orang ... Namun, seseorang yang hanya berpikir tentang membangun dinding, di manapun mereka berada, dan tidak fokus pada pembangunan jembatan bukan orang Kristen. Ini bukan Injil. Dalam hal suara dan tidak memilih, saya tidak akan terlibat. Aku hanya mengatakan bahwa seorang pria yang mengatakan ini bukan seorang Kristen, jika ia telah benar-benar mengatakan semua hal ini.
            Yah, mari kita berdoa bersama dengan Paus Fransiskus agar pemimpin baru Amerika Serikat bisa menahkodai negara super power itu dengan keputusan-keputusan yang dipandu oleh kekayaan nilai-nilai spiritual dan etis, teristimewa memperhatikan kaum miskin dan orang-orang yang tebuang. AMIN 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TANDA-TANDA KEHADIRAN ALLAH DALAM HIDUP: SEBUAH PERMENUNGAN!

Saya yakin bahwa tidak seorang pun dari kita yang pernah melihat Tuhan. Ketika seseorang berkata, " Saya percaya kepada Tuhan ," dia tidak mengatakan bahwa dia memiliki bukti keberadaan Tuhan, tetapi bahwa dia memiliki iman kepadaNya. Kata " iman " berarti "percaya." Orang-orang yang percaya adalah orang-orang yang bersatu dengan Tuhan. Mereka mengalami kehadiranNya dalam hidup mereka. Mereka tidak percaya pada transendensi sederhana, atau energi, kekuatan yang tak terlihat ... tetapi mereka percaya kepada SESEORANG yang berbicara kepada mereka secara pribadi, melalui peristiwa-peristiwa hidup mereka, dalam pengalaman batin mereka. Tuhan sering dilambangkan dengan cahaya. Seperti matahari, yang tidak bisa saya tatap secara langsung, tetapi yang menerangi apa yang mengelilingi saya, Tuhan, yang tidak saya lihat, menerangi keberadaan saya dengan memberi saya "tanda-tanda" kehadiran-Nya.  Sejak awal, Tuhan berbicara kepada manusia

MENGENAL TAREKAT RGS-ANGERS

Pada hari ini, 15 Desember 2016, kami makan siang di rumah biara tempat lahirnya tarekat Kongregasi Bunda Pengasih Gembala Baik ( juga dikenal sebagai Good Shepherd Sisters – RGS ). Letaknya tidak jauh dari pastoran Santo Yoseph Angers. Pastor Gilles Crand, Pr mengantar P. Sebastian, P. Martin dan saya untuk makan siang di rumah biara yang besar itu . Komunitas itu hanya dihuni oleh 12 orang suster dari berbagai negara, yakni: India, Irlandia, Swiss, Peru, Costarika, Colombia, dan Perancis. Walaupun di biara pusatnya itu hanya dihuni oleh 12 suster, namun tarekat yang lahir di kota Angers itu, sudah menyebar di berbagai negara di dunia. Saya bertanya kepada salah satu suster asal India yang bertugas di situ mengenai jumlah anggota di seluruh dunia.   Dia mengatakan bahwa   kongregasi internasional dalam Gereja Katolik Roma itu, dulu anggotanya hampir 10,000 orang di dunia. Saat ini kira-kira hampir 4.000 hadir di 72 negara di lima benua, termasuk di Indonesia. Kongregasi

SEORANG DUDA BISA MENJADI IMAM?

P. de Vaugelas adalah seorang pastor projo keuskupan agung Bourges-Perancis Tengah.   Dia sebelumnya adalah seorang bapa keluarga yang memiliki pekerjaan top di salah satu bank Amerika di Paris. Selama masa kerja dia sudah berkeliling dunia, termasuk Indonesia. Waktu luang pun dia pernah habiskan untuk masuk dalam sekolah special di Chateroux untuk menjadi pilot. Dia jalankan itu dengan baik, dan mampu menjadi pilot dalam masa belajar hanya dalam satu tahun saja. “Saya kalau mengemudi mobil, tangan selalu siap sedia di bagiaan rem tangan, dll. Itu semua karena saya terbiasa menjadi pilot,” katanya kepadaku saat kami kembali dari l’abbey Fontgombault pada awal bulan April 2017. Yang menarik buat saya adalah sejak istrinya meninggal dia banyak berefleksi untuk menjadi imam. Dalam usianya yang tidak lagi muda (69 tahun), dia tetap rendah hati untuk meminta bimbingan rohani, termasuk meminta bimbingan rohani kepada salah satu konfrater MSC di Issoudun, Alfred Bours, MSC. Dia jug