Langsung ke konten utama

SAYA MERASA TERLAHIR KEMBALI!!


Ziarah ke Lourdes sungguh merupakan sebuah berkat bagiku. Tak pernah terbayangkan bahwa suatu waktu saya akan berada di tempat suci itu. Yah pada masa kecilku sering sekali aku lantunkan lagu Maria “di Lourdes di gua sunyi terpencil” setiap bulan Rosario dan bulan Maria di desaku yang tepencil, Flores. Saking seringnya kami menyanyi lagu itu, sampai-sampai orang-orang di daerahku tidak perlu memakai teks saat menyanyikan lagu nan merdu itu.



Lagu yang sering aku nyanyikan pada masa kecilku itu, kini secara langsung aku dengar dan nyanyikan di Lourdes pada tanggal 2-7 agustus 2017 bersama kelompok d’hospitalier ou hospitalière, orang sakit, lansia serta peziarah lainnya dari keuskupan agung Bourges yang berjumlah 450 orang, termasuk uskup agung Bourges, Mgr. Armand Maillard dan predicateur ziarah, P. Daniel Auguie, msc (provincial msc Perancis-Swiss. Secara pribadi saya ikut serta dalam “peziarahan rohani” yang intens dalam semangat doa, pujian, serta refleksi yang dipandu dengan baik oleh pastor Daniel, msc. Saya mensyukuri rahmat tak terhingga ini, terlebih lagi karena ketika baru saja saya merayakan satu tahun hidup imamat (31 juli lalu), saya langsung mendapat kesempatan untuk berziarah ke Lourdes.



“Haloo Yongki, setelah berada di Lourdes satu dua hari ini, apa yang anda temukan di sini?” demikian kata sang Uskup Agung Bourges ketika bertemu dengan saya di salah satu bagian tempat ziarah di Lourdes pada hari kedua kami berada di sana. “Banyak hal Monseignor,” jawabku sambil bercerita kepadanya. Saya ingin membagikan “banyak hal” itu dalam tulisan ini sebagaimana telah saya sharingkan beberapa kesempatan bersama uskup, rekan pastor yang ikut serta dalam ziarah, serta para peserta ziarah lainnya dari keuskupan agung Bourges.

1. Suasana spiritual di Lourdes


Hal yang luar biasa adalah bahwa kawasan tempat ziarah Lourdes bernuansa spiritual yang kental. Di situ bisa dijumpai berbagai situs tempat ziarah penting, seperti The Grotto dari Massabielle. Itulah sebuah situs ziarah Katolik yang terletak di Lourdes, Perancis (Hautes-Pyrenees), di mana santa Bernadette Soubirous telah melihat 18 penampakan Perawan Maria pada tahun 1858 dan di mana, lewat petunjuk Maria, dia menemukan sumber mata air ajaib yang terkenal dengan “air Lourdes” itu. Saat ini kita bisa saksikan ribuan orang setiap hari melewati tempat itu dan disiarakan secara langsung lewat tv Lourdes. Para peziarah secara teratur berantrian mendaraskan doa-doa secara intens dan menyentuh tempat penampakan itu. Saya secara pribadi sungguh merasakan aura spiritual di tempat itu, terlebih lagi saya datang ke tempat itu sambil merenungkan pesan-pesan Bunda Maria kepada santa Bernadetta. Saya berdoa untuk berbagai intensi, secara khusus juga ingat akan mereka yang meminta doa. Perjalanan ziarah masing-masing peziarah lain tentu dalam kacamata pesan Bunda Maria kepada Bernadetta, sambil mengingat ujud-ujud doa gereja, pribadi dan keluarga yang meminta doa kepada mereka. Tidak heran semua orang dengan sungguh-sungguh secara penuh intim berdoa di tempat suci itu.


2. Aspek Universalitas Gereja


Umat beriman dari segala penjuru dunia berziarah di Lourdes. Mereka menyanyikan lagu “di lourdes di gua” dalam bahasa mereka masing-masing. Pendarasan doa “Salam Maria” juga dalam berbagai bahasa. Sungguh pancaran universalitas gereja katolik yang tampak di tempat ziarah itu. Di dalam rumusan syahadat panjang dinyatakan ke empat sifat atau ciri Gereja Katolik : satu, kudus, Katolik dan apostolik. Gereja percaya akan kehendak Allah, sebagaimana tertulis dalam Kitab Suci, bahwa orang-orang beriman kepada Kristus hendaknya berhimpun menjadi Umat Allah (1Ptr 2:5-10) dan menjadi satu Tubuh (1Kor 12:12). Gereja Katolik percaya bahwa kesatuan itu menjadi begitu kokoh dan kuat karena secara historis bertolak dari penetapan Petrus sebagai penerima kunci Kerajaan Surga. Setelah Petrus menyatakan pengakuannya bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup, maka Yesuspun menyatakan akan mendirikan jemaat-Nya di atas batu karang yang alam maut tidak akan menguasainya (Mt 16:16-19). Keragaman para peziarah dengan latar belakang kultur, bahasa, dll memberi gambaran bahwa walaupun berbeda suku bangsa, tetapi kita satu dalam iman.


3. Iman para peziarah

Ada berbagai alasan orang datang ke Lourdes. Ada yang datang hanya sekedar ingin tahu. Ada yang secara tahu dan mau untuk menghidupi semangat doa yang intes « per mariam ad jesum ». Orang yang ketika pertama kali datang ke Lourdes hanya sebagai tourist, akhirnya ingin dan ingin lagi datang ke tempat kudus itu karena di tempat itu mereka menemukan harta tak ternilai, yakni iman yang teguh akan Yesus Kristus, sumber air hidup. Benarlah bahwa sesuatu yang positif selalu menular. “Semangat doa peziarah lain turut menjangkiti mereka yang datang ke Lourdes hanya sebagai tourist.” « Saya merasa dilahirkan kembali, sebagai sosok lain yang semakin bangga menjadi katolik, kata seorang peziarah kepadaku ketika menyaksikan betapa ada ribuan peziarah berbagai negara dengan bendera dan banner tulisan keuskupan mereka masing-masing. Dia mengatakan hal itu dengan penuh haru karena betapa sebelumnya dia merasa hanya sebagai katolik anonim, yang tidak menghayati iman dalam praktik hidup rohani. Doa-doa di Lourdes menggetarkan hatinya untuk membiarkan SANG SUMBER AIR HIDUP mengalir ke hatinya.

4. Suasana persaudaraan dan cinta kasih

Sebagaimana kebiasaan pada musim panas, diadakan ziarah untuk orang sakit ke Lourdes. Kita bisa saksikan orang-orang sakit dari berbagai negara datang ke tempat itu. Yang menarik adalah bahwa ada begitu banyak sukarelawan yang siap sedia dengan penuh cinta membantu para lansia dan orang sakit dalam peziarahan itu. Mereka mendorong kareta dorong orang sakit, dll selama kegiatan-kegiatan doa dan misa pada saat ziarah. Sungguh pemandangan yang menggetarkan dan mengesankan bagi orang yang melihat hal itu. Mereka bukan sanak keluarga, tetapi para sukarelawan. Kehangatan cinta yang mereka berikana membuat orang sakit juga merasa dicintai. "Orang sakit tidak segan bercerita kisah hidup mereka. Di sana ada kepercayaan, " kata seorang sukarelawan dalam sharingnya. Yang menarik adalah bahwa kebanyakan sukarelawan
(d’hospitalier ou hospitalière) adalah muda mudi. Mereka menemukan suka cita besar yang tidak mereka temukan di tempat lain ketika mereka menjalankan semua kegiatan itu dengan segenap kekuatan dan cinta.


5. Harapan Gereja Eropa

Pada tanggal 04 Agustus 2017, tepat saat gereja universal merayakan santo Yohanes Maria Vianney saya berada di jantung kehidupan gereja katolik Perancis. Santo itu adalah pelindung para pastor paroki seluruh dunia. Pastor Vianney dalam kerendahan hatinya, selalu menyadari ketidaksempurnaannya. Ia pernah menyatakan dua prinsip yang sebaiknya menjadi panduan seorang imam: (1) jangan pernah beranggapan bahwa tidak ada hasil berarti yang telah dicapai di paroki, betapapun nampaknya segala upaya yang telah dijalankan bertahun-tahun belum menunjukkan hasil yang diharapkan, dan (2) para imam jangan pernah beranggapan bahwa mereka telah melakukan usaha yang cukup, betapapun berartinya hasil yang telah berhasil mereka capai. Sambil bermenung akan kualitas hidup santo itu, saya berdoa bagi panggilan untuk menjadi imam dan suster di Eropa. Dengan menyaksikan adanya anak-anak muda yang begitu banyak di Lourdes, saya berkata dalam diri saya”wah masih ada harapan untuk gereja masa depan di Eropa.”Terlebih lagi saya melihat seminarist dan imam-imam muda eropa yang datang ke Lourdes bersama group ziarah keuskupan mereka.


YAH begitulah sahabat-sahabatku. Itu adalah goresan luapan hati di tempat suci Bernadette Soubirous mendapat penampakan Bunda Maria. Santa itu dikanonisasi menjadi orang kudus pada tanggal 8 Desember 1933 – Hari Raya Maria Dikandung Tanpa Dosa. Setiap tahun jutaan orang datang berdoa di tiga basilika Lourdes dan mengunjungi Gua Massabielle mengambil bagian dalam penyembuhan melalui sumber air, yang telah menyembuhkan begitu banyak orang dari penyakit fisik dan rohani. Santa Maria. Doakanlah kami. AMIN

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TANDA-TANDA KEHADIRAN ALLAH DALAM HIDUP: SEBUAH PERMENUNGAN!

Saya yakin bahwa tidak seorang pun dari kita yang pernah melihat Tuhan. Ketika seseorang berkata, " Saya percaya kepada Tuhan ," dia tidak mengatakan bahwa dia memiliki bukti keberadaan Tuhan, tetapi bahwa dia memiliki iman kepadaNya. Kata " iman " berarti "percaya." Orang-orang yang percaya adalah orang-orang yang bersatu dengan Tuhan. Mereka mengalami kehadiranNya dalam hidup mereka. Mereka tidak percaya pada transendensi sederhana, atau energi, kekuatan yang tak terlihat ... tetapi mereka percaya kepada SESEORANG yang berbicara kepada mereka secara pribadi, melalui peristiwa-peristiwa hidup mereka, dalam pengalaman batin mereka. Tuhan sering dilambangkan dengan cahaya. Seperti matahari, yang tidak bisa saya tatap secara langsung, tetapi yang menerangi apa yang mengelilingi saya, Tuhan, yang tidak saya lihat, menerangi keberadaan saya dengan memberi saya "tanda-tanda" kehadiran-Nya.  Sejak awal, Tuhan berbicara kepada manusia

MENGENAL TAREKAT RGS-ANGERS

Pada hari ini, 15 Desember 2016, kami makan siang di rumah biara tempat lahirnya tarekat Kongregasi Bunda Pengasih Gembala Baik ( juga dikenal sebagai Good Shepherd Sisters – RGS ). Letaknya tidak jauh dari pastoran Santo Yoseph Angers. Pastor Gilles Crand, Pr mengantar P. Sebastian, P. Martin dan saya untuk makan siang di rumah biara yang besar itu . Komunitas itu hanya dihuni oleh 12 orang suster dari berbagai negara, yakni: India, Irlandia, Swiss, Peru, Costarika, Colombia, dan Perancis. Walaupun di biara pusatnya itu hanya dihuni oleh 12 suster, namun tarekat yang lahir di kota Angers itu, sudah menyebar di berbagai negara di dunia. Saya bertanya kepada salah satu suster asal India yang bertugas di situ mengenai jumlah anggota di seluruh dunia.   Dia mengatakan bahwa   kongregasi internasional dalam Gereja Katolik Roma itu, dulu anggotanya hampir 10,000 orang di dunia. Saat ini kira-kira hampir 4.000 hadir di 72 negara di lima benua, termasuk di Indonesia. Kongregasi

SEORANG DUDA BISA MENJADI IMAM?

P. de Vaugelas adalah seorang pastor projo keuskupan agung Bourges-Perancis Tengah.   Dia sebelumnya adalah seorang bapa keluarga yang memiliki pekerjaan top di salah satu bank Amerika di Paris. Selama masa kerja dia sudah berkeliling dunia, termasuk Indonesia. Waktu luang pun dia pernah habiskan untuk masuk dalam sekolah special di Chateroux untuk menjadi pilot. Dia jalankan itu dengan baik, dan mampu menjadi pilot dalam masa belajar hanya dalam satu tahun saja. “Saya kalau mengemudi mobil, tangan selalu siap sedia di bagiaan rem tangan, dll. Itu semua karena saya terbiasa menjadi pilot,” katanya kepadaku saat kami kembali dari l’abbey Fontgombault pada awal bulan April 2017. Yang menarik buat saya adalah sejak istrinya meninggal dia banyak berefleksi untuk menjadi imam. Dalam usianya yang tidak lagi muda (69 tahun), dia tetap rendah hati untuk meminta bimbingan rohani, termasuk meminta bimbingan rohani kepada salah satu konfrater MSC di Issoudun, Alfred Bours, MSC. Dia jug