Langsung ke konten utama

DOA BAPA KAMI: KATEKESE

Yesus berkata:"Bapamu tahu apa yang kamu butuhkan bahkan sebelum kamu meminta." Kata-kata Kristus ini adalah sumber penghiburan dan harapan yang tidak ada habisnya karena itu mendorong kita untuk terus-menerus menyerahkan doa kepada Bapa kita. "Kesalehan sejati bukan pada banyaknya kata-kata yang terucap saat doa, tetapi pada cinta yang dengannya seorang Kristen berpaling kepada Bapa dalam semua peristiwa hari itu, besar atau kecil." Tetapi karena Bapa sudah mengetahui kebutuhan kita, mengapa kita harus menyampaikannya dalam doa kita? St Agustinus meyakinkan kita bahwa ketika kita berdoa, Tuhan membentuk hati dan jiwa kita sehingga kita siap untuk menerima hadiah atau anugerah yang Dia ingin berikan kepada kita sebagai jawaban atas doa-doa kita.
 

Seorang konfrater di Perancis berkata kepada saya bahwa doa Bapa Kami memang benar-benar sebuah Doa yang sempurna. St Agustinus mengatakan bahwa doa yang Kristus ajarkan kepada kita begitu sempurna. Doa itu adalah sebuah ringkasan dalam beberapa kata semua yang perlu manusia minta kepada Allah (lihat Khotbah 56). "Itu terdiri dari suatu pujian dan tujuh permintaan: tiga, untuk memuji Tuhan, dan empat untuk kebutuhan manusia. Dua permintaan pertama, agar namaNya dikuduskan dan bahwa KerajaanNya datang, hendaknya menyentuh kita sampai ke dasar jiwa. Kita dipanggil untuk menjadi rasul Kerajaan itu, untuk memperluas kasih Kristus di antara saudara-saudara kita. Semangat kerasulan kita harus meradang setiap kali kita mengucapkan kata-kata Doa Bapa Kami ini. Meminta agar kehendak Bapa terjadi di atas bumi berarti kita berusaha menyesuaikan diri dengan kehendak-Nya dalam semua pikiran dan tindakan kita. Hanya dengan cara ini kita dapat menemukan kebahagiaan sejati, menjalani tujuan yang Tuhan telah ciptakan bagi kita dari segala kekekalan.
 

Dalam doa Bapa Kami kami juga tampak ada Kebutuhan manusia disampaikan kepada Bapa. "Berilah kami rejeki pada hari ini." Meskipun kita bekerja untuk mendapatkan roti atau rejeki harian dengan keringat kita, itu juga merupakan hadiah atau karunia dari Tuhan. Kita hanya meminta apa yang kita butuhkan untuk setiap hari. "Jangan berikan aku kemiskinan atau kekayaan: beri aku hanya cukup untuk bertahan hidup. Karena dalam kelimpahan aku dapat menyangkalMU dengan mengatakan, "Tuhan tidak ada. Dan dalam kesengsaraan saya bisa menjadi pencuri, dan dengan demikian mencemarkan nama Allah saya. "(Amsal 30: 8). Para Bapa Gereja juga melihat dalam permintaan ini pencarian akan Ekaristi, Roti Kehidupan. Kita berusaha untuk hidup agar layak untuk menerima Ekaristi setiap hari. Kristus kemudian memberi tahu kita bahwa ketika kita meminta pengampunan kepada Tuhan, kita juga harus siap untuk mengampuni karena kita ingin diampuni oleh Bapa kita. Sebagai seorang murid Kristus, apakah saya mencoba mempraktikkan ajaran ini dalam hidup saya? Pada bagian akhir doa Bapa Kami, kita menyatakan iman kita kepada Bapa kita lebih kuat daripada semua godaan yang bisa dikuasai oleh si Jahat dan menang atas semua kejahatan. Marilah kita berusaha untuk sungguh-sungguh menghayati kepercayaan ini sebagai anak Allah!

TUhan,  tolonglah aku untuk selalu menjaga bibir dan hatiku dalam doa yang telah Engkau ajarkan kepada kami.Amin

 

Refleksi Pribadi: Waktu Hening 

Semakin saya berdoa doa Bapa Kami, semakin saya menyadari bahwa itu adalah ekspresi dari semua doa Kristen, sekolah doa yang sejati. Saya membacanya perlahan-lahan, dengan lembut memikirkan setiap kalimat, tanpa tergesa-gesa, berhenti di mana saya merasa terinspirasi atau dekat dengan Bapa.
     Saya memuji Tuhan, saya meminta kehendak-Nya dilakukan dan kerajaan-Nya datang. Saya meminta rejeki harian saya, yakin bahwa Dia tidak akan mengecewakan saya sehingga saya tidak perlu mengumpulkan cadangan. Saya meminta kemampuan untuk memaafkan dan menerima pengampunan dan juga membantu dan melindungi dalam kesulitan saya.
     Saya berdoa agar memiliki rahmat bahwa doa saya adalah doa seorang murid Yesus, putra Bapa yang sejati.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TANDA-TANDA KEHADIRAN ALLAH DALAM HIDUP: SEBUAH PERMENUNGAN!

Saya yakin bahwa tidak seorang pun dari kita yang pernah melihat Tuhan. Ketika seseorang berkata, " Saya percaya kepada Tuhan ," dia tidak mengatakan bahwa dia memiliki bukti keberadaan Tuhan, tetapi bahwa dia memiliki iman kepadaNya. Kata " iman " berarti "percaya." Orang-orang yang percaya adalah orang-orang yang bersatu dengan Tuhan. Mereka mengalami kehadiranNya dalam hidup mereka. Mereka tidak percaya pada transendensi sederhana, atau energi, kekuatan yang tak terlihat ... tetapi mereka percaya kepada SESEORANG yang berbicara kepada mereka secara pribadi, melalui peristiwa-peristiwa hidup mereka, dalam pengalaman batin mereka. Tuhan sering dilambangkan dengan cahaya. Seperti matahari, yang tidak bisa saya tatap secara langsung, tetapi yang menerangi apa yang mengelilingi saya, Tuhan, yang tidak saya lihat, menerangi keberadaan saya dengan memberi saya "tanda-tanda" kehadiran-Nya.  Sejak awal, Tuhan berbicara kepada manusia

MENGENAL TAREKAT RGS-ANGERS

Pada hari ini, 15 Desember 2016, kami makan siang di rumah biara tempat lahirnya tarekat Kongregasi Bunda Pengasih Gembala Baik ( juga dikenal sebagai Good Shepherd Sisters – RGS ). Letaknya tidak jauh dari pastoran Santo Yoseph Angers. Pastor Gilles Crand, Pr mengantar P. Sebastian, P. Martin dan saya untuk makan siang di rumah biara yang besar itu . Komunitas itu hanya dihuni oleh 12 orang suster dari berbagai negara, yakni: India, Irlandia, Swiss, Peru, Costarika, Colombia, dan Perancis. Walaupun di biara pusatnya itu hanya dihuni oleh 12 suster, namun tarekat yang lahir di kota Angers itu, sudah menyebar di berbagai negara di dunia. Saya bertanya kepada salah satu suster asal India yang bertugas di situ mengenai jumlah anggota di seluruh dunia.   Dia mengatakan bahwa   kongregasi internasional dalam Gereja Katolik Roma itu, dulu anggotanya hampir 10,000 orang di dunia. Saat ini kira-kira hampir 4.000 hadir di 72 negara di lima benua, termasuk di Indonesia. Kongregasi

SEORANG DUDA BISA MENJADI IMAM?

P. de Vaugelas adalah seorang pastor projo keuskupan agung Bourges-Perancis Tengah.   Dia sebelumnya adalah seorang bapa keluarga yang memiliki pekerjaan top di salah satu bank Amerika di Paris. Selama masa kerja dia sudah berkeliling dunia, termasuk Indonesia. Waktu luang pun dia pernah habiskan untuk masuk dalam sekolah special di Chateroux untuk menjadi pilot. Dia jalankan itu dengan baik, dan mampu menjadi pilot dalam masa belajar hanya dalam satu tahun saja. “Saya kalau mengemudi mobil, tangan selalu siap sedia di bagiaan rem tangan, dll. Itu semua karena saya terbiasa menjadi pilot,” katanya kepadaku saat kami kembali dari l’abbey Fontgombault pada awal bulan April 2017. Yang menarik buat saya adalah sejak istrinya meninggal dia banyak berefleksi untuk menjadi imam. Dalam usianya yang tidak lagi muda (69 tahun), dia tetap rendah hati untuk meminta bimbingan rohani, termasuk meminta bimbingan rohani kepada salah satu konfrater MSC di Issoudun, Alfred Bours, MSC. Dia jug