Langsung ke konten utama

KISAH PERTENGAHAN BULAN JUNI 2019 DI TANAH MISI

Sepanjang hari ini, 13 Juni 2019 saya menjalankan rutinitas di Basilika Bunda Hati Kudus Issoudun. Sejak pagi saya memberikan pengakuan kepada yang datang. ADA JUGA kesempatan bersama dengan bruder Simon, di mana kami membereskan bangku-bangku di Basilika yang sempat dipindahkan untuk meletakan lilin paskah pada masa Paskah. Hari ini kami meletakann semua bangku pada posisi semula. 

Memang lumayan lama untuk membereskan bangku-bangku itu. Namun itu juga bagus untuk menghangatkan suhu tubuh, karena beberapa hari ini temperatur agar dingin. 

Mdm. Claudine yang pada pagi hari bertugas menerima siapa saja yang hendak berdoa di Basilika Bunda Hati Kudus juga antusias melap debu-debu pada bangku. Wah ada awam yang mulai mau bekerja sama menghidupkan tempat ziarah yang indah ini...

Kira-kira 30 menit sebelum misa, pekerjaan kami selesai. Saya selanjutnya ke kamar mengambil buku untuk misa hari ini. Kebetulan hari ini saya yang memimpin misa, dihadiri juga umat serta dua konfrater lainnya, P. Gerard dan P. Daniel dan seorang seorang pastor projo dari negara Senegal yang sedang mengadakan perawatan paskah operasi pinggulnya. 

Setelah misa dilanjutkan dengan makan siang bersama para konfrater lainnya di ruang makan komunitas di dekat restoran Jules Chevalier. Kemudian, minum kopi di ruang rekreasi komunitas. Tepat 15 menit sebelum doa sore, ada orang yang membunyikan bell. Ternyata dia membutuhkan air berkat. Saya bergegas ke ruang tamu di basilika dan memberikan berkat air yang diminta. 

Setelah itu saya memimpin doa sore untuk para ziarah. Doa sore berakhir pada pukul 17:30. Setelah menyalami orang-orang yang ikut berdoa, saya bermain organ di basilika beberapa menit. Yah biasanya pada hari-hari minggu saya juga mengiring dalam musik organ dalam lagu-lagu bahasa Perancis. 

Beberapa saat kemudian, saya keluar dari basilika dan berjalan menuju arah kamar. Di lorong biara, saya berjumpa dengan seorang pemudi yang saya kenal sebelumnya di kota Chateroux dalam suatu sessi yang saya bawakan untuk para orang muda profesionel (groupe de jeunes professionnels catholiques ). Rupanya dia datang untuk pertemuan dengan para penanggung jawab Aumônerie de l'Enseignement Public de Bourges (AEPB)Lycéens keuskupan agung Bourges. Dia bertanya kepada saya mengenai ruangan nomor 4. Saya mengantarnya. Ternyata di sana sudah ada Elisabeth, yang juga sudah saya kenal sebelumnya. Setelah bincang-bincang sejenak, Elisabeth mengatakan bahwa pertemuan mereka dimaksudkan untuk persiapan ziarah tahun depan untuk anak-anak sekolah ke Roma dan Lourdes. Dia sempat menawarkan kepada saya, kalau ada waktu, bisa ikut serta mendampingi. Wah ada jalan baru untuk bisa ambil bagian dalam pendampingan kaum muda atau anak-anak remaja dalam ziarah. 


Setelah itu, saya keluar dari ruang pertemuan mereka. Saya ke kamar dan mengambil kunci mobil. Pada pukul 18h00 saya ke arah kampung kecil di sekitar Issoudun. Jaraknya hanya 8 km dari Issoudun, yakni desa Avail. Saya sebenarnya hanya untuk jalan sejenak beberapa saat. Di depan sebuah rumah yang pernah saya kunjungi saya memarkir mobil saya. Saya turun sejenak. Istilah orang Manado "hoba sediki" ...Ternyata ada orang di depan rumah itu. Bapa itu mempersilahkan saya untuk masuk...Saya tidak bermaksud untuk singgah dan hanya say hallo...tetapi mereka mempersilahkan masuk. Maklum keluarga itu sudah cukup mengenal saya. Saya mempersilahkan masuk ke rumah, tetapi saya mengatakan hanya beberapa menit saja..Ternyata setelah duduk2 di pelataran rumah, kami menghabiskan waktu cukup lama. Mereka memberikan minuman serta kue, ...Yah sharing yang mendalam....."Jangan sungkan datang kapan saja kalau lewat di Avail." 

Terima kasih atas hospitalitas dan keterbukaan hati untuk berbagi pengalaman ...

Sekembali dari Avail saya pergi ikut makan malam bersama dengan para konfrater. Kebetulan tidak lama sebelum saya parkir mobil, sebuah mobil lainnya datang. Ternyata itu adalah pastor Alfred yang baru saja pulang libur sebulan. Wah selamat datan P. Alfred....

Di ruang makan sudah ada beberapa konfrater dan juga tamu dari Canada, yakni Pastor Joel, MSC serta keponakan perempuan dari Pastor Emmerson yang sedang berlibur di Issoudun. Walau sudah selesai makan malam, pastor Joel berbagi banyak kisah kepada kami. Kebetulan yang bertahan untuk mendengar ceritanya adalah pastor Gabriel dari Kamerun, P. Ernest dari Senegal, Bruder Simon dari Swiss, keponakan P. Emerson dari Rep.  Dominikan dan saya sendiri. Salah satu di antara kami berkata:" kita semua yang ada di meja ini berasal dari negara-negara berbeda dan juga berasal dari 4 benua berbeda..." heheheh

Wah tapi berkat bahasa Perancis..kami semua bisa tertawa bersama...dengan penuh canda..apalagi bruder Simon suka sekali buat lucu...

Pastor Joel bercerita banyak hal mengenai misinya di Quebeque. Baginya misi di sana sungguh luar biasa indah...Di sana sangat ditekankan mengenai komunitas umat basis seperti kita di Indonesia...

Pastor Gabriel, aduhh kita tak terasa sudah lama  bercerita...ayo kita beranjak dari sini...alias pergi ke kamar masing-masing untuk melanjutkan kerjanya masing-masing.... 

Setiba di kamar, saya membuka hp dan saya melihat ada panggilan tak terjawab dari seorang teman di Paris. Dia adalah seorang kenalan. Kalau ke Paris saya biasanya nginap di rumahnya...Datang pesan suara "dia akan ke arah selatan Perancis besok.. Dia berencana singgah di Issoudun dan nginap di Issoudun. Tentu dengan senang hati saya membalas pesan suaranya.."Georges,...selamat datang ke Issoudun besok...Saya akan berada di Issoudun. Sampai jumpa besok."....

YAH pengalaman yang bagi saya cukup hidup sepanjang hari ini..............


Komentar

Postingan populer dari blog ini

TANDA-TANDA KEHADIRAN ALLAH DALAM HIDUP: SEBUAH PERMENUNGAN!

Saya yakin bahwa tidak seorang pun dari kita yang pernah melihat Tuhan. Ketika seseorang berkata, " Saya percaya kepada Tuhan ," dia tidak mengatakan bahwa dia memiliki bukti keberadaan Tuhan, tetapi bahwa dia memiliki iman kepadaNya. Kata " iman " berarti "percaya." Orang-orang yang percaya adalah orang-orang yang bersatu dengan Tuhan. Mereka mengalami kehadiranNya dalam hidup mereka. Mereka tidak percaya pada transendensi sederhana, atau energi, kekuatan yang tak terlihat ... tetapi mereka percaya kepada SESEORANG yang berbicara kepada mereka secara pribadi, melalui peristiwa-peristiwa hidup mereka, dalam pengalaman batin mereka. Tuhan sering dilambangkan dengan cahaya. Seperti matahari, yang tidak bisa saya tatap secara langsung, tetapi yang menerangi apa yang mengelilingi saya, Tuhan, yang tidak saya lihat, menerangi keberadaan saya dengan memberi saya "tanda-tanda" kehadiran-Nya.  Sejak awal, Tuhan berbicara kepada manusia

MENGENAL TAREKAT RGS-ANGERS

Pada hari ini, 15 Desember 2016, kami makan siang di rumah biara tempat lahirnya tarekat Kongregasi Bunda Pengasih Gembala Baik ( juga dikenal sebagai Good Shepherd Sisters – RGS ). Letaknya tidak jauh dari pastoran Santo Yoseph Angers. Pastor Gilles Crand, Pr mengantar P. Sebastian, P. Martin dan saya untuk makan siang di rumah biara yang besar itu . Komunitas itu hanya dihuni oleh 12 orang suster dari berbagai negara, yakni: India, Irlandia, Swiss, Peru, Costarika, Colombia, dan Perancis. Walaupun di biara pusatnya itu hanya dihuni oleh 12 suster, namun tarekat yang lahir di kota Angers itu, sudah menyebar di berbagai negara di dunia. Saya bertanya kepada salah satu suster asal India yang bertugas di situ mengenai jumlah anggota di seluruh dunia.   Dia mengatakan bahwa   kongregasi internasional dalam Gereja Katolik Roma itu, dulu anggotanya hampir 10,000 orang di dunia. Saat ini kira-kira hampir 4.000 hadir di 72 negara di lima benua, termasuk di Indonesia. Kongregasi

SEORANG DUDA BISA MENJADI IMAM?

P. de Vaugelas adalah seorang pastor projo keuskupan agung Bourges-Perancis Tengah.   Dia sebelumnya adalah seorang bapa keluarga yang memiliki pekerjaan top di salah satu bank Amerika di Paris. Selama masa kerja dia sudah berkeliling dunia, termasuk Indonesia. Waktu luang pun dia pernah habiskan untuk masuk dalam sekolah special di Chateroux untuk menjadi pilot. Dia jalankan itu dengan baik, dan mampu menjadi pilot dalam masa belajar hanya dalam satu tahun saja. “Saya kalau mengemudi mobil, tangan selalu siap sedia di bagiaan rem tangan, dll. Itu semua karena saya terbiasa menjadi pilot,” katanya kepadaku saat kami kembali dari l’abbey Fontgombault pada awal bulan April 2017. Yang menarik buat saya adalah sejak istrinya meninggal dia banyak berefleksi untuk menjadi imam. Dalam usianya yang tidak lagi muda (69 tahun), dia tetap rendah hati untuk meminta bimbingan rohani, termasuk meminta bimbingan rohani kepada salah satu konfrater MSC di Issoudun, Alfred Bours, MSC. Dia jug