Mengapa begitu banyak kekerasan dan
kejahatan? Ada rupa-rupa pendapat dalam pikiran kita berhadapan dengan kejahatan-kejahatan
yang terjadi. Dalam sebuah percakapan di
meja makan, saya bertanya kepada teman-teman: apa pendapat anda mengenai
kekerasan-kekerasan yang terjadi tanpa henti di dunia ini? Ada yang mengatakan
bahwa mereka yang melakukan tindakan kejahatan adalah orang yang tidak waras.“Pembunuhan tidak mungkin dilakukan oleh orang yang waras,” kata Emerson. Namun menurutnya, tidak semua pelaku kejahatan
ini memiliki gangguan mental. Di sisi lain,
banyak dari mereka mengalami kesulitan dalam menghadapi kehidupan. Menurut
spesialis, gangguan kepribadian dapat menyebabkan tindakan biadab. Beberapa
orang begitu terbebani oleh masalah apa pun yang mereka hadapi sehingga alasan
mereka terdistorsi dan terkadang mereka bertindak tidak masuk akal.
Teman lain beranggapan bahwa mereka yang jatuh dalam tindakan
kekerasan adalah mereka yang mendapat kurang kasih
sayang dan cinta dalam keluarga. Ini sebuah pandangan dari seorang sahabat yang lama
berkecimpung dalam Gerakan Non-Violence di Rwanda beberapa tahun silam. Menurutnya dan juga menurut banyak
kriminolog, tampaknya penjahat berbahaya sering tumbuh dalam keluarga di mana
ada kekerasan dan kesalahpahaman. Saat ini, banyak anak yang menjadi korban kehancuran
keluarga. Orang tua hanya memberikan sedikit perhatian
kepada mereka. Ribuan orang tumbuh tanpa arah moral dan orangtua yang
tepat. Dalam lingkungan seperti itu, anak-anak tidak belajar
membuat ikatan sosial. Akibatnya, mereka melakukan lebih mudah, dan seringkali
tanpa penyesalan, tindakan kriminal terhadap manusia lain.
Seorang teman lain yang suka menggali
data berujar:” “fakta menunjukkan bahwa kelompok atau sekte rasis sangat
memengaruhi para pelaku kejahatan tertentu. Di Indiana, di Amerika Serikat, pernah terjadi di mana seorang
pria kulit hitam berusia 19 tahun kembali ke rumah setelah berbelanja. Beberapa
saat kemudian, dia ditemukan terbaring di jalan, tertembak di kepala. Dia
dibunuh oleh seorang pemuda yang secara acak menargetkannya. Sekte juga terkadang
memberi pengaruh kuat pada pikiran. Contohnya termasuk serangan gas meteorologi
Metro Tokyo pada tahun 1995, bunuh diri massal Jonestown (Guyana), dan kematian
69 anggota Ordo Kuil Matahari di Swiss, Kanada, dan lain-lain.
Tentu masih banyak pendapat mengenai
latar belakang di balik tindakan kekerasan tanpa ujung di dunia saat ini. Anda yang
sedang membaca goresan keretas ini tentu memiliki pendapat juga. Menurut
beberapa orang, beberapa alat komunikasi modern mendorong tindakan agresif atau
kekerasan. Mengekspos kekerasan secara teratur ke televisi, film, video game,
dan internet akan membuat orang mengarah pada kekerasan mematikan. Daniel
Borenstein, Presiden American Psychiatric Association, mengatakan:
"Saat ini, lebih dari 1.000 penelitian berdasarkan lebih dari 30 tahun
penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan sebab-akibat antara kekerasan media
dan perilaku agresif beberapa anak. "Di hadapan komisi Senat AS, Bpk.
Borenstein mengatakan," Kami yakin bahwa paparan berulang terhadap
semua bentuk hiburan keras memiliki dampak signifikan pada kesehatan masyarakat.”
Ada juga yang melihat bahwa tindakan
kekerasan dan pembunuhan-pembunuhan adalah efek dari obat-obat terlarang. Di
Amerika Serikat misalnya, jumlah pembunuhan yang dilakukan oleh remaja meningkat tiga
kali lipat dalam delapan tahun. Menurut pihak berwenang, apa salah satu
penyebabnya? Geng, terutama mereka yang terlibat dalam perdagangan kokain. "Narkoba
terlibat dalam jumlah pembunuhan yang sangat tinggi. Jelas, narkoba memainkan
peran penting dalam tindakan kriminal mengerikan yang dilakukan.
Di samping itu, kita tidak boleh lupa
bahwa saat ini akses untuk memiliki senjatan tajam dan lain-lain begitu mudah. Banyak
yang menyimpulkan bahwa akses mudah ke senjata semacam itu juga berkontribusi
pada meningkatnya kekerasan mematikan. Menurut sebuah laporan, pada tahun 1995,
di Jepang, hanya 32 orang yang terbunuh, kebanyakan dari mereka adalah gangster
yang saling bunuh. Di Amerika Serikat, pembunuhan mencapai 15.000. Tampak ada
perbedaan. Mengapa? Karena Jepang memiliki undang-undang yang ketat tentang
kepemilikan senjata.
Dari uraian di atas, jelas bahwa
kekerasan mematikan disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor. Dalam buku “The
Desire to Kill: Understanding Foolish Murders,” James Fox dan Jack Levin
menjelaskan: "Beberapa orang lebih rentan terhadap kekerasan daripada
yang lain, tetapi mereka memiliki kehendak bebas. Keinginan untuk membunuh,
sambil mematuhi banyak kekuatan internal dan eksternal, selalu disertai dengan
pilihan atau keputusan, dan oleh karena itu tanggung jawab dan rasa bersalah.
"
AKTOR
PERDAMAIAN, BAGAIMANA KITA SEBAGAI ORANG KRISTIANI?
Bagaimana keluar dari kekerasan,
bagaimana mengubahnya? Bagi Jean Vanier, pendiri L'Arches di Perancis, yang
baru meninggal awal tahun ini berkata: “untuk bisa keluar dari kekerasan cara
yang harus ditempuh adalah lewat jalan spiritual, untuk maju langkah demi
langkah Mengikuti Yesus.”
“Saya tidak tahu apakah saya berhasil
mengubah kekerasan ini ... Dan saya selalu bisa bereaksi dengan kekerasan.
Tetapi saya percaya bahwa hari ini, saya mengenali tanda-tanda peringatan
dengan lebih baik. Misalnya, ketika seseorang menuduh saya tentang sesuatu,
saya menyadari bahwa satu-satunya jawaban adalah menerima dan mencintai yang
lain. Itu tidak mudah karena sistem pertahanan kita. Itu hanya mungkin dengan
Yesus. Atau dengan cara Gandhi, yang tahu bagaimana menyambut penghinaan. Ini
mengandaikan keinginan untuk menjadi lebih manusiawi.” Demikian kata Jean
Vanier.
Etty
Hillesum berkata, "Saya menemukan bahwa saya adalah sumur, dan di dasar
sumur, ada Tuhan." Tetapi ada tanah,
batu menghalangi sumur dan mencegah saya mencapai Tuhan. Penyumbatan ini adalah
ketakutan kita, penolakan kita untuk mencintai. Jangan membela diri sendiri,
janganlah melakukan kekerasan. Perlu menerima dipermalukan. Itu jalan. Dalam
Injil, itu adalah satu-satunya jawaban. »
Kebalikan dari
kekerasan bukanlah non-kekerasan, itu adalah kelembutan. Dan kelembutan adalah
cara mendengarkan, cara menjadi, menunjukkan rasa hormat yang besar kepada
orang lain, menunjukkan kepada mereka bahwa mereka penting. Ini adalah cara
mendekati manusia. Visi Tuhan adalah visi kelembutan. Dalam
kelembutan, ada ketakutan, TAKUT UNTUK merusak atau melukai orang lain. Sangat
dekat dengan apa yang dikatakan Santo Paulus tentang Cinta dalam surat kepada
jemaat di Korintus (13: 4): cinta adalah sabar; dia memaafkan dan menanggung
segalanya, ada kelembutan di dalamnya. Kelembutan adalah karunia Roh Kudus. Mari
mengalahkan kejahatan dengan kebaikan dan kelembutan mulai dari dalam diri dan keluarga
kita masing-masing. Amen
Komentar
Posting Komentar