Saya
bersyukur bisa menjalankan kegiatan le stage di paroki Le Blanc yang
pastor parokinya sungguh-sungguh mau berbagi pengalaman pastoralnya, termasuk
kisah-kisah gereja pada zaman silam di daerah itu. Di daerah Le Blanc saya
jumpai aneka kekayaan gereja. Dalam Tulisan
ini saya ingin membagikan pengalaman selama kurang lebih dua minggu di daerah
Le Blanc;
1. Di paroki itu ada biara-biara yang merupakan pusat
spiritualitas. Misalnya biara benediktin yang anggotanya masih sangat aktif
dalam menghidupi semangat “ora et labora” (L'Abbaye Notre Dame de fontgombault).
2.
Pendiri tarekat Congrégation des Filles de la Croix
(Santa Jeanne-Élisabeth Bichier des Ages) lahir di kota Le Blanc, pada 5
juillet 1773.
Pada hari yang sama, dia langsung dibabtis di gereja
St. Genitour. Tidak heran para suster dari tarekat ini menjadikan kota dan
gereja paroki Le Blanc sebagai tempat « ziarah » bagi tarekat mereka.
Saat ini, tarekat itu memiliki
600 anggota yang tersebar di berbagai negara: Argentina, Brazil,
Burkina Faso sejak tahun 1996, Kanada, Pantai Gading, Spanyol, Perancis,
Italia, Thailand sejak 2009, dan Uruguay.
3.
Di daerah teritorial paroki
Le Blanc juga bisa dijumpai komunitas L’Institut des petites sœurs Disciples de L’Agneau.
Komunitas para suster ini didirikan pada tahun 1985 dan diakui secara kanonik
pada tahun 1990 sebagai Association publique oleh uskup
agung Tours. Komunitas ini juga menetap atau Installée di Blanc sejak 1995 dan mengabdikan diri dalam
hidup kontemplatif. Yang menarik adalah bahwa komunitas suster ini menerima juga
panggilan bagi para wanita syndrome de Down atau berkebutuhan
khusus. Mereka mengikuti
"jalan kecil" St Teresa. Hidup sederhana mereka diliputi semangat doa,
kerja dan pengorbanan. Bersama-sama, para suster mengerjakan tugas-tugas manual
kecil bagi para suster berkebutuhan khusus demi perkembangan mereka, termasuk
Adoration dan Rosario disesuaikan dengan ritme dan kemampuan mereka.
4.
Tak
dapat dipungkiri juga bahwa di daerah Le Blanc secara khusus desa Ruffec,
misalnya bisa dijumpai juga dua komunitas integrist. Mereka
tidak mengakui konsili vatikan II. Adalah Mgr Lefebvre, setelah Vatikan II, mendirikan Perhimpunan Gembala St Pius X di
Keuskupan Freiburg pada tahun 1970. Ia juga mendirikan pada tahun 1971 seminari
untuk mendidik imam masa depan dalam tradisi katolik yang benar. Seminari
itu terletak di kanton Valais di Swiss. Saat ini biasa disebut seminari Ecône. Ajaran
Society of St Pius X adalah: Konsili Vatikan II tidak setia terhadap tradisi Gereja
dan meninggalkan aspek fundamental dari agama Katolik. Oposisi
mereka berfokus pada poin doktrin: kebebasan beragama, ekumenisme, konsep Tradisi,
hubungan gereja dan negara. Mereka juga menolak liturgi Paulus VI yang dianggap
sesat. Di
Perancis, Society of St Pius X memiliki 110 imam, 60 frater Perancis, 36
bruder, 20 Oblat, 80 suster, 35 prior, 170 Misa setiap hari Minggu dan
pusat-pusat dilayani 40.000 setia. Di
Jerman, hanya ada 10.000 dari 25 juta umat Katolik Jerman.
5.
Hal
lain yang saya jumpai di daerah ini adalah bahwa pada saat perayaan-perayaan
besar seperti paskah banyak umat yang hadir dalam misa. Daerah yang indah itu merupakan tempat
tujuan wisata domestic. Tidak heran, orang-orang yang bekerja di Paris biasa
menghabiskan masa liburan di daerah itu yang terkenal dengan keindahan alam dan
aliran sungai Creuse. SAYA sendiri diundang oleh beberapa keluarga yang
anak-anaknya tinggal di luar Le Blanc namun pada saat libur datang ke tempat
itu.
6.
Yang menggerakan
koor di paroki itu adalah keluarga aristoktrat. Saya tidak tahu sebelumnya. Saya
baru tahu setelah datang ke kastil-kastil mereka karena diundung untuk makan
malam atau pun siang.
7.
Secara
statistic, mereka yang diminta dipermandikan pada pada perayaan paskah tahun
ini untuk semua Perancis berjumlah 3000-an orang. Untuk
paroki Le Blanc, pada hari paskah ada permandian 4 bayi. Syukur kepada Allah bahwa masih ada yang mau minta
dipermandikan.
8.
Walaupun kesibukan
paskah berakhir, namun toh hari-hari biasa tetap ada kesibukan pastoral. Harapan
hidup orang Perancis begitu tinggi. Yang berumur 90-an tahun begitu banyak di
rumah-rumah jompo. Tidak heran orang meninggal dalam usia tersebut begitu
banyak. Di paroki le Blanc ada kurang lebih 5 buah rumah jompo. Oleh karena
itu, hampir setiap minggu ada orang meninggal. Kebanyakan ada ibadah untuk
orang meninggal di gereja. Itu semua butuh waktu. Misalnya persiapan ibadah
pelepasan jenasah bersama dengan keluarga yang meninggal. Gaya
pastoral di sini memang sangat lain. Di
sini kalau ada orang meninggal, biasanya keluarga orang yang meninggal itu
datang ke pastoran. Dibuat janji ketemu dan lain-lain. Kemudian menetapkan
bersama ibadah pelepasan jenasah. Semuanya dalam semangat komunikasi. Baru saja
satu keluarga datang ke pastoran untuk meminta ibadah penguburan besok untuk
ibu mereka. Pastor Patrik dan saya menerima mereka dan bersama bercerita
mengenai kisah ibu mereka yang meninggal serta bacaan-bacaan kitab suci yang
diminta.
9.
Akhirnya
saya ucapakan selamat menikmati masa-masa dalam oktaf paskah ini. Tuhan Yesus memberkati kita semua. AMIN
Ametur
Yongki
wawo, msc
Le
Blanc
Komentar
Posting Komentar