Langsung ke konten utama

SEMUANYA SERBA PERTAMA KALI DI LE BLANC


Kegiatan le stage di paroki St. Genitour Le Blanc selama bulan April 2017 hampir berakhir. Di paroki itu saya menjalankan kegiatan pastoral yang boleh dibilang serba « pertama ».

 

Saya memimpin misa selama pekan suci untuk pertama kalinya sebagai pastor. Pastor paroki Le Blanc mempercayakan kepada saya untuk memberikan khotbah pada malam paskah (dia yang memimpin misa). Pada hari raya Paskah saya diminta untuk memimpin misa dan yang memberikan khotbah adalah pastor Pierre.

 

Untuk pertama kali saya memberikan pengakuan dosa kepada mereka yang berkemampuan terbatas. Tidak semua orang yang meminta untuk mengaku dosa adalah mereka yang “normal” tetapi juga mereka yang berkemampuan terbatas. Ada beberapa kesempatan saya memberikan pengakuan dosa kepada orang-orang seperti itu.

 

Untuk pertama kali, saya memberikan sakramen pengurapan orang sakit yakni kepada seorang opa berumur 90-an tahun, Gilbert namanya. Kini dia sudah meninggal dunia. Hal itu terjadi di Rumah Sakit Le Blanc bersebelahan dengan pastoran paroki Le Blanc. 

 

Saya untuk pertama kalinya memimpin dan menghadiri misi di rumah jompo. Di Perancis ada begitu banyak rumah jompo yang disebtu « l’EPHAD » (Etablissement d'hébergement pour personnes âgées dépendantes). Disebut demikian karena opa oma yang menghuni rumah jompo sudah tidak mampu lagi mandiri atau tinggal sendiri di rumah mereka masing-masing. Anak cucu mereka tinggal di kota-kota lain yang jauh dari tempat tinggal mereka. Tidak heran ketika saya memberikan sakramen pengurapan orang sakit kepada Opa Gilbert dalam kondisi hampir meninggal pun dia hanya  ditemani oleh seorang cucunya, sedangkan anak-anaknya sedang dalam perjalanan karena tinggal di kota lain.

 

Saya mempersiapkan jalan salib dan renungannya untuk pusat paroki Le Blanc dengan stasi jalan salib yang dianjurkan oleh Paus Yohanes Paulus II. Sebelumnya sejak saya kecil dan sampai di Pineleng, saya sering mengikuti doa jalan salib dan juga mempersiapkannya bersama para konfrater renungan jalan salib dengan urutan biasa. Kali ini saya diminta oleh pastor paroki Le Blanc untuk memberikan renungan pada masing-masing stasi jalan salib dengan urutan yang diusulkan oleh Paus Yohanes Paulus II. Maklum stasi-stasi jalan salib di gereja paroki Le Blanc menggunakan urutan itu.

 

Saya diundang oleh keluarga-keluarga aristokrat untuk makan malam atau pun makan siang. Selama di Issoudun atau pun di Angers dan Vichy saya belum pernah alami itu. Daerah LE Blanc memang terkenal ada banyak isatana karena relief dan aliran sungai La Creuse yang cocok untuk dibangun kastil-kastil.

 

 

Saya juga untuk pertama kalinya memimpin misa khusus untuk anak-anak di Perancis. Hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi saya. Tapi sungguh indah. Saya diajak untuk menggunakan kata-kata dan ajaran sederhana yang bisa ditangkap oleh anak-anak dalam khotbah.

 

Di Le Blanc saya berkesempatan untuk memimpin misa di komunitas suster trisomik atau down syndrome. « Yongki, pimpin misa di tempat itu, anggap saja bicara di depan anak-anak. Mereka berkemampuan terbatas. Jadi kase khotbah yang sederhana saja », demikian pesan pastor paroki sebelum saya berangkat ke komunitas itu.

 

Di Le Blanc Saya dapat mengetahuai komunitas-komunitas integrist yang tidak mau mengakuai konsili vatikan II, karena di daerah itu ada beberapa komunitas itu, seperti di Ruffec. Sebelum  ke Le Blanc, saya tidak mengenal komuitas itu. Setelah berada di Le Blanc saya diajak untuk mendalami komunitas itu. Ada banyak informasi yang bisa didapatkan lewat internet atau om google mengenai komunitas yang satu itu.

 

Di Le Blanc juga untuk pertama kalinya saya memberikan sakremen permandian untuk pertama kali untuk dua orang anak « Alexis dan Zoe ». Bagi saya ini adalah pengalaman yang tak terlupahkan bahkan nama anak-anak itu. Karena nama kedua anak itu unik, yakni huruf pertama dan terakhir alfabet. “Ini bagi saya hal yang unik. Pada lilin paskah ada ukiran indah, alpha dan omega. Yesus adalah awal dan akhir,” demikian kataku kepada orang tua kedua anak itu. Untuk penerimaan sakreman babtis kepada Alexis dan Zoe saya harus membuat persiapan dengan orang tua kedua anak itu. Saya diberi nomor telepon kedua  orang tua anak itu oleh pastor paroki. Selanjutnya dibuat janji ketemu. Dalam pertemuan dengan mereka dijelaskan berbagai hal praktis selama penerimaan sakramen babtis. Begitulah gaya pastoral di Perancis.

Sebuah karya seorang anak untuk pastornya heehe

 

Saya memimpin ritual pemakaman khas orang Perancis untuk pertama kali. Untuk bisa memimpin pemakaman khas orang Perancis, dibutuhkan persiapan dan komunikasi dengan keluarga orang yang meninggal itu. Mulai dari cerita sejarah hidup orang yang meninggal, pilihan bacaaan liturgi, dan lain-lain. Semuanya dijalankan di pastoran dengan jam yang sudah ditentukan bersama.

 

 

Memaknai hari “istirahat” setiap Senin dengan kegiatan-kegiatan yang menghibur untuk rileks seperti memancing. Untuk pertama kalinya saya memancing di Perancis. Yah…memaknai hari istirahat memang sangat penting bagi para pastor di Perancis, karena selama hari-hari dalam sepekan, mereka sangat-sangat sibuk yang dipenuhi dengan “janji-janji ketemu dengan umat di pastoran” untuk berbagai urusan.

 

Terima kasih ya Tuhan atas kesempatan indah ini. Semoga saya mampu menjadi alat di tangan-Mu untuk menjalankan misi di tanah ini. AMIN

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

TANDA-TANDA KEHADIRAN ALLAH DALAM HIDUP: SEBUAH PERMENUNGAN!

Saya yakin bahwa tidak seorang pun dari kita yang pernah melihat Tuhan. Ketika seseorang berkata, " Saya percaya kepada Tuhan ," dia tidak mengatakan bahwa dia memiliki bukti keberadaan Tuhan, tetapi bahwa dia memiliki iman kepadaNya. Kata " iman " berarti "percaya." Orang-orang yang percaya adalah orang-orang yang bersatu dengan Tuhan. Mereka mengalami kehadiranNya dalam hidup mereka. Mereka tidak percaya pada transendensi sederhana, atau energi, kekuatan yang tak terlihat ... tetapi mereka percaya kepada SESEORANG yang berbicara kepada mereka secara pribadi, melalui peristiwa-peristiwa hidup mereka, dalam pengalaman batin mereka. Tuhan sering dilambangkan dengan cahaya. Seperti matahari, yang tidak bisa saya tatap secara langsung, tetapi yang menerangi apa yang mengelilingi saya, Tuhan, yang tidak saya lihat, menerangi keberadaan saya dengan memberi saya "tanda-tanda" kehadiran-Nya.  Sejak awal, Tuhan berbicara kepada manusia

MENGENAL TAREKAT RGS-ANGERS

Pada hari ini, 15 Desember 2016, kami makan siang di rumah biara tempat lahirnya tarekat Kongregasi Bunda Pengasih Gembala Baik ( juga dikenal sebagai Good Shepherd Sisters – RGS ). Letaknya tidak jauh dari pastoran Santo Yoseph Angers. Pastor Gilles Crand, Pr mengantar P. Sebastian, P. Martin dan saya untuk makan siang di rumah biara yang besar itu . Komunitas itu hanya dihuni oleh 12 orang suster dari berbagai negara, yakni: India, Irlandia, Swiss, Peru, Costarika, Colombia, dan Perancis. Walaupun di biara pusatnya itu hanya dihuni oleh 12 suster, namun tarekat yang lahir di kota Angers itu, sudah menyebar di berbagai negara di dunia. Saya bertanya kepada salah satu suster asal India yang bertugas di situ mengenai jumlah anggota di seluruh dunia.   Dia mengatakan bahwa   kongregasi internasional dalam Gereja Katolik Roma itu, dulu anggotanya hampir 10,000 orang di dunia. Saat ini kira-kira hampir 4.000 hadir di 72 negara di lima benua, termasuk di Indonesia. Kongregasi

SEORANG DUDA BISA MENJADI IMAM?

P. de Vaugelas adalah seorang pastor projo keuskupan agung Bourges-Perancis Tengah.   Dia sebelumnya adalah seorang bapa keluarga yang memiliki pekerjaan top di salah satu bank Amerika di Paris. Selama masa kerja dia sudah berkeliling dunia, termasuk Indonesia. Waktu luang pun dia pernah habiskan untuk masuk dalam sekolah special di Chateroux untuk menjadi pilot. Dia jalankan itu dengan baik, dan mampu menjadi pilot dalam masa belajar hanya dalam satu tahun saja. “Saya kalau mengemudi mobil, tangan selalu siap sedia di bagiaan rem tangan, dll. Itu semua karena saya terbiasa menjadi pilot,” katanya kepadaku saat kami kembali dari l’abbey Fontgombault pada awal bulan April 2017. Yang menarik buat saya adalah sejak istrinya meninggal dia banyak berefleksi untuk menjadi imam. Dalam usianya yang tidak lagi muda (69 tahun), dia tetap rendah hati untuk meminta bimbingan rohani, termasuk meminta bimbingan rohani kepada salah satu konfrater MSC di Issoudun, Alfred Bours, MSC. Dia jug