Hari ini, tanggal 25
April 2017, pada peringatan pesta St. Markus saya berkesempatan untuk memimpin
misa di sebuah komunitas religius para suster di kota Le Blanc. Nama komunitas
para suster adalah Petites Sœurs Disciples de l’Agneau. Menarik bahwa
kongregasi itu bermula dari
pertemuan dua wanita sederhana: suster Line (sekarang kepala biara
kongregais itu) dan Suster Veronica,
seorang gadis muda dengan sindrom Down, yang
pada saat ini adalah anggota konggregasi itu.
Suster Line melihat ada panggilan yang begitu kuat dalam diri Veronica. Dia tahu saudarinya Veronica membutuhkan bantuannya karena semua konggregasi lain di mana Veronica lamar tidak mau menerimanya. Tahun demi tahun, kongregasi itu diakui oleh gereja dan dipimpin oleh Roh Kudus – dengan predikat khusus para suster trisomik/ sindrom down, karena anggotanya kebanyakan adalah mereka yang berkebutuhan khusus. Konggregasi itu hampir 32 tahun, pada tahun 1985. Semua bermula dalam kesederhanaan, di Buxeuil, sebuah desa kecil di Keuskupan Tours.
Kharisma mereka didasarkan atas spiritualitas dua orang kudus: St. Theresia dari Anak Yesus
("jalan kecil" untuk melakukan segala sesuatu dalam semangat kasih
Kristus), dan St Benediktus,
("Ora et labora" - doa dan kerja). Mereka dikenal secara kakonik untuk public pada tahun 1990 oleh uskup Tours. Kemudian mereka pindah ke Le Blanc
dan diakui sebagai kongregasi kontemplatif pada tahun 1999 pada masa Uskup
Agung Bourges, Mgr Pierre Plateau. Pada tanggal 15 Desember 2011: Monseigneur
Maillard, Uskup Agung Bourges, secara definitif menyetujui Konstitusi
konggregasi tersebut. Dari berdirinya, kepala biara Benediktin Fontgombault,
Dom Antoine FORGEOT menjadi pastor spiritual yang nyata dan dukungan yang besar
untuk kongregasi yang baru berumur 32 tahun tersebut. Dengan demikian lahir
hubungan dengan biara Benediktin, di mana di dalam komunitas para suster itu
ada semangat kontemplatif, dan menawarkan gadis-gadis sindrom Down berkesempatan
untuk menyadari panggilan religius mereka. Pencapaian ini hanya mungkin karena
didukung oleh para suster yang lahir normal yang menanggapi panggilan untuk
mendedikasikan diri mereka kepada Allah dan saudari mereka yang berkebutuhan
khusus.
Dalam
bincang-bincang dengan pendiri biara tersebut, Sr. Line, keberadaan komunitas
para suster dimaksudkan untuk memungkinkan para saudari trisomik memberi
kesaksian mengenai Injil Kehidupan dalam hidup berkomunitas kontemplatif.
" Mereka mengikuti "jalan kecil" St Teresa. Hidup sederhana
mereka terdiri dari doa, kerja dan pengorbanan. Bersama-sama, para suster
mengajarkan tugas-tugas manual kecil dan
membantu para suster berkebutuhan khusus termasuk
Adoration dan Rosario disesuaikan dengan ritme dan kemampuan mereka.
"Doa adalah tatapan sederhana ke surga," kata St Theresa. “Kami seperti itu,” kata suster Line. Melihat saudari berkebutuhan khusus sepanjang hari, kami merenungkan Yesus tersembunyi di jantung setiap orang, yang kecil dan sederhana. Yesus telah menempatkan kami di sekolah cinta-Nya ini. Ini adalah sukacita yang besar, rahmat yang besar untuk menawarkan diri kepada Allah melalui saudari kami yang berkebutuhan khusus. Ini adalah bagaimana mereka dapat mengabdikan diri kepada Yesus dan menjadi istri-Nya, kecil dan dicintai, katanya kepadaku.
Pada
akhir percakapan kami setelah misa, suster Line bertanya kepada saya mengenai
panggilan menjadi suster di Indonesia. “Ada banyak sekali suster di Indonesia,”
jawabku kepadanya singkat. Saya yakin pertanyaannya ini
didorong oleh keinginannya untuk mencari panggilan. Dia mengharapakan agar
suatu waktu ada yang mau menjadi anggota konggregasi itu. « Kami sangat membutuhkan gadis-gadis
yang memiliki panggilan yang kuat
untuk membantu dan merawat para suster trisomik dalam kesaksian Injil Kehidupan. Bahkan dari benua lain,
mereka akan disambut dengan tangan terbuka!”
katanya menutup percakapan kami.
Komentar
Posting Komentar