Langsung ke konten utama

Mengenal Keluarga bangsa BENIN-Afrika di BLANC



Image illustrative de l'article Basilique Notre-Dame de la Paix
La basilique Notre-Dame de la Paix de Yamoussoukro

Keberadaanku di Blanc selama satu bulan meninggalkan banyak kesan. Saya bisa mengenal begitu banyak orang dari berbagai kalangan dan berbagai suku bangsa, termasuk pengetahuan mengenai Afrika.

Lewat Ibu Agata, yang berasal dari Benin-Afrika saya mendapat berbagai informasi mengenai Afrika. Suatu waktu ketika selesai merayakan ekaristi di gereja paroki Le Blanc, putri dari ibu Agata menghampiri saya di sakristi. “Pastor, mama saya mau bicara dengan pastor,” kata anak itu. Saya menghampiri ibu Agata dan dia pun memberikan sebuah kartu undangan untuk makan malam, lengkap dengan alamat rumah mereka. Dia memberikan dua kemungkinan tanggal, hari Jumat atau Sabtu. Saya memilih hari Sabtu, 22 April 2017. Oleh karena itu, setelah memimpin misa di Douadic la bretonne saya langsung kembali ke Le Blanc. Pastor Charles sudah siap-siap dengan mobilnya di depan pastoran Le Blanc untuk bersama-sama dengan saya pergi ke rumah ibu Agata orang Afrika itu, yang masih berada dalam kawasan kota Le Blanc.  

Sebagaimana orang Asia yang sangat hangat dengan pastor-pastor, demikian juga dengan orang Afrika. “Di keluarga kami ada sekitar 50-an orang yang jadi imam,” kata ibu Agata. Dia pun menunjukkan video di youtube saudaranya yang menjadi imam di Martinique. Lewat media televisi yang bisa akses youtube dan sebagainya, kami menjelajahi benua Asia dan Afrika. “Pastor, bagaimana Flores?” tanya anaknya kepadaku. Saya jelaskan mengenai Flores sambil melihat bersama video-video keadaan alam Flores lewat bantuan youtube.

Kami juga menjelajahi Afrika secara khusus mengenai basilica di salah satu daerah di Afrika yang menyerupai basilica St. Petrus Roma, yakni La basilique Notre-Dame de la Paix de Yamoussoukro. Basilika itu dibangun pada tahun 1986 dan diberkati oleh Paus Yohanes Paulus II pada tahun 10 Septembre 1990. Peletakan batu pertama basilica itu dilaksanakan pada  tanggal 10 Agustus 1985. Basilika ini dibangun di atas area seratus tiga puluh hektar, dengan volume 800.000 m3 pekerjaan tanah. Ada  156 beton kokoh dengan diameter masing-masing  1,10 m dan tiga puluh meter kedalaman rata-rata.

Yah begitulah..

Pastor, bawa kami ke Indonesia. Dan kami akan antar Pastor jalan-jalan ke Benin”, kata ibu keluarga itu dalam nada canda khas Afrika. Ibu Agata, demikian sapaan akrabnya, adalah anggota le conseille pastoral paroki Le Blanc. Semangat hidup menggereja dia jalankan di negara sekular bersama anak-anaknya. Anaknya juga aktif dalam kehidupan gereja. Suatu waktu, ketika saya kembali dari Concremiers pada hari Kamis Putih, pukul 23.00 saya berjumpa dengan keluarga ibu Agata sedang bersembah suduh dihadapan sakramen maha kudus di gereja paroki Le Blanc. Terima Kasih Tuhan. Engkau sudah mengutus orang-orang “menjadi garam dan terang dunia” di daerah yang sekular ini. AMIN

 

 

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

TANDA-TANDA KEHADIRAN ALLAH DALAM HIDUP: SEBUAH PERMENUNGAN!

Saya yakin bahwa tidak seorang pun dari kita yang pernah melihat Tuhan. Ketika seseorang berkata, " Saya percaya kepada Tuhan ," dia tidak mengatakan bahwa dia memiliki bukti keberadaan Tuhan, tetapi bahwa dia memiliki iman kepadaNya. Kata " iman " berarti "percaya." Orang-orang yang percaya adalah orang-orang yang bersatu dengan Tuhan. Mereka mengalami kehadiranNya dalam hidup mereka. Mereka tidak percaya pada transendensi sederhana, atau energi, kekuatan yang tak terlihat ... tetapi mereka percaya kepada SESEORANG yang berbicara kepada mereka secara pribadi, melalui peristiwa-peristiwa hidup mereka, dalam pengalaman batin mereka. Tuhan sering dilambangkan dengan cahaya. Seperti matahari, yang tidak bisa saya tatap secara langsung, tetapi yang menerangi apa yang mengelilingi saya, Tuhan, yang tidak saya lihat, menerangi keberadaan saya dengan memberi saya "tanda-tanda" kehadiran-Nya.  Sejak awal, Tuhan berbicara kepada manusia

MENGENAL TAREKAT RGS-ANGERS

Pada hari ini, 15 Desember 2016, kami makan siang di rumah biara tempat lahirnya tarekat Kongregasi Bunda Pengasih Gembala Baik ( juga dikenal sebagai Good Shepherd Sisters – RGS ). Letaknya tidak jauh dari pastoran Santo Yoseph Angers. Pastor Gilles Crand, Pr mengantar P. Sebastian, P. Martin dan saya untuk makan siang di rumah biara yang besar itu . Komunitas itu hanya dihuni oleh 12 orang suster dari berbagai negara, yakni: India, Irlandia, Swiss, Peru, Costarika, Colombia, dan Perancis. Walaupun di biara pusatnya itu hanya dihuni oleh 12 suster, namun tarekat yang lahir di kota Angers itu, sudah menyebar di berbagai negara di dunia. Saya bertanya kepada salah satu suster asal India yang bertugas di situ mengenai jumlah anggota di seluruh dunia.   Dia mengatakan bahwa   kongregasi internasional dalam Gereja Katolik Roma itu, dulu anggotanya hampir 10,000 orang di dunia. Saat ini kira-kira hampir 4.000 hadir di 72 negara di lima benua, termasuk di Indonesia. Kongregasi

SEORANG DUDA BISA MENJADI IMAM?

P. de Vaugelas adalah seorang pastor projo keuskupan agung Bourges-Perancis Tengah.   Dia sebelumnya adalah seorang bapa keluarga yang memiliki pekerjaan top di salah satu bank Amerika di Paris. Selama masa kerja dia sudah berkeliling dunia, termasuk Indonesia. Waktu luang pun dia pernah habiskan untuk masuk dalam sekolah special di Chateroux untuk menjadi pilot. Dia jalankan itu dengan baik, dan mampu menjadi pilot dalam masa belajar hanya dalam satu tahun saja. “Saya kalau mengemudi mobil, tangan selalu siap sedia di bagiaan rem tangan, dll. Itu semua karena saya terbiasa menjadi pilot,” katanya kepadaku saat kami kembali dari l’abbey Fontgombault pada awal bulan April 2017. Yang menarik buat saya adalah sejak istrinya meninggal dia banyak berefleksi untuk menjadi imam. Dalam usianya yang tidak lagi muda (69 tahun), dia tetap rendah hati untuk meminta bimbingan rohani, termasuk meminta bimbingan rohani kepada salah satu konfrater MSC di Issoudun, Alfred Bours, MSC. Dia jug