Langsung ke konten utama

Makan malam di Le château de Forges




Dalam bahasa Perancis kastil perang disebut « Un château fort ». Tadi malam sebuah keluarga yang mendiami sebuah kastil di daerah Perancis-Tengah mengundang pastor Patrick dan saya untuk makan malam bersama di kastil itu. Nama kastil itu adalah le chateaux de Forges-Concremiers. Yang tinggal di kastil itu adalah Tuan Hugues Tyrel de Poix dan istrinya Alexandra



Yah datang ke kastil itu ibarat berpetualangan ke abad pertengahan yang menakjubkan. Tuan Hugues Tyrel de Poix adalah keturunan langsung dari Jean Tyrel de Poix, yang oleh surat paten Charles VII, mendapat warisan Hostellerie pada abad ketiga belas.
Le château de Forges kini juga dijadikan semacam « hotel » bagi siapa saja yang ingin mengalami indahnya malam dan suasana dans la noble tradition familiale abad pertengahan.


Tadi malam ibu dari Tuan Hugues Tyrel de Poix juga ada di kastil itu. Dia baru datang dari Bordeaux. Memang luar biasa ramah keluarga itu. Ada suasana penuh keakaraban di antara kami. Biasanya cara makan di Perancis begitu formal, tetapi keluarga itu dengan semangat « bakusedu atau bergurau » meminta kalau susah potong daging pakai pisau, pakai tangan saja. Mereka yang memulai makan tangan saja.

Mereka adalah keluarga katolik yang aktif. Keluarga yang sudah berkunjung ke Indonesia itu, pada Minggu lalu, ketika selesai misa minggu palme,  mengundang saya untuk makan siang itu di kastil mereka, tetapi saya tidak bisa memenuhi undangan tersebut karena sudah ada janji dengan pastor Patrick untuk makan siang di pastoran. Tadi malam baru bisa terwujud makan malam bersama mereka.

Pada hari Selasa lalu mereka ikut serta dalam la messe chrismale di Issoudun, walaupun jarak daerah mereka dengan Issoudun begitu jauh. Alexandra dan suaminya aktif dalam koor paroki le Blanc. Bahkan Alexandra berperan sebagai dirigen dan pelatih.  Dalam percakapan dengan mereka, saya mendapat gambaran ternyata yang menangani koor di paroki le Blanc adalah umat yang aktif saja. Mereka adalah keluarga para aristokrat yang tersebar di berbagai daerah di sekitar paroki itu.

Terima kasih atas pengalaman indah ini. Tuhan memberkati kita semua. AMIN

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TANDA-TANDA KEHADIRAN ALLAH DALAM HIDUP: SEBUAH PERMENUNGAN!

Saya yakin bahwa tidak seorang pun dari kita yang pernah melihat Tuhan. Ketika seseorang berkata, " Saya percaya kepada Tuhan ," dia tidak mengatakan bahwa dia memiliki bukti keberadaan Tuhan, tetapi bahwa dia memiliki iman kepadaNya. Kata " iman " berarti "percaya." Orang-orang yang percaya adalah orang-orang yang bersatu dengan Tuhan. Mereka mengalami kehadiranNya dalam hidup mereka. Mereka tidak percaya pada transendensi sederhana, atau energi, kekuatan yang tak terlihat ... tetapi mereka percaya kepada SESEORANG yang berbicara kepada mereka secara pribadi, melalui peristiwa-peristiwa hidup mereka, dalam pengalaman batin mereka. Tuhan sering dilambangkan dengan cahaya. Seperti matahari, yang tidak bisa saya tatap secara langsung, tetapi yang menerangi apa yang mengelilingi saya, Tuhan, yang tidak saya lihat, menerangi keberadaan saya dengan memberi saya "tanda-tanda" kehadiran-Nya.  Sejak awal, Tuhan berbicara kepada manusia

MENGENAL TAREKAT RGS-ANGERS

Pada hari ini, 15 Desember 2016, kami makan siang di rumah biara tempat lahirnya tarekat Kongregasi Bunda Pengasih Gembala Baik ( juga dikenal sebagai Good Shepherd Sisters – RGS ). Letaknya tidak jauh dari pastoran Santo Yoseph Angers. Pastor Gilles Crand, Pr mengantar P. Sebastian, P. Martin dan saya untuk makan siang di rumah biara yang besar itu . Komunitas itu hanya dihuni oleh 12 orang suster dari berbagai negara, yakni: India, Irlandia, Swiss, Peru, Costarika, Colombia, dan Perancis. Walaupun di biara pusatnya itu hanya dihuni oleh 12 suster, namun tarekat yang lahir di kota Angers itu, sudah menyebar di berbagai negara di dunia. Saya bertanya kepada salah satu suster asal India yang bertugas di situ mengenai jumlah anggota di seluruh dunia.   Dia mengatakan bahwa   kongregasi internasional dalam Gereja Katolik Roma itu, dulu anggotanya hampir 10,000 orang di dunia. Saat ini kira-kira hampir 4.000 hadir di 72 negara di lima benua, termasuk di Indonesia. Kongregasi

SEORANG DUDA BISA MENJADI IMAM?

P. de Vaugelas adalah seorang pastor projo keuskupan agung Bourges-Perancis Tengah.   Dia sebelumnya adalah seorang bapa keluarga yang memiliki pekerjaan top di salah satu bank Amerika di Paris. Selama masa kerja dia sudah berkeliling dunia, termasuk Indonesia. Waktu luang pun dia pernah habiskan untuk masuk dalam sekolah special di Chateroux untuk menjadi pilot. Dia jalankan itu dengan baik, dan mampu menjadi pilot dalam masa belajar hanya dalam satu tahun saja. “Saya kalau mengemudi mobil, tangan selalu siap sedia di bagiaan rem tangan, dll. Itu semua karena saya terbiasa menjadi pilot,” katanya kepadaku saat kami kembali dari l’abbey Fontgombault pada awal bulan April 2017. Yang menarik buat saya adalah sejak istrinya meninggal dia banyak berefleksi untuk menjadi imam. Dalam usianya yang tidak lagi muda (69 tahun), dia tetap rendah hati untuk meminta bimbingan rohani, termasuk meminta bimbingan rohani kepada salah satu konfrater MSC di Issoudun, Alfred Bours, MSC. Dia jug