Langsung ke konten utama

ATRIBUT NATAL DI PERANCIS ADALAH BAGIAN DARI BUDAYA




SUASANA KOTA ANGERS
Kita memasuki bulan terakhir tahun 2016. Di Manado sudah pasti sudah sangat ramai dengan suasana natal, walaupun  umat Katolik masih dalam suasana masa Advent. Mungkin  pohon natal di kawasan Mega Mas sudah ditambah atribut lampu-lampu yang membuat suasana di sekitarnya tampak lebih semarak. Masih dalam masa advent tapi sudah dipasang atribut natal juga terjadi di Perancis. Provinsial MSC Perancis-Swiss berkomentar: »La ville d'Issoudun s'est mise au temps de l'Avent avec les décorations de Noël... Liturgiques ? Ou plutôt commerciales..? Chacun peut y voir selon son cÅ“ur. » Komentarnya ini dipicu oleh suasana kota Issoudun yang sudah terpasang dengan dekorasi natal pada masa advent. Apakah itu liturgis ? atau lebih ke arah komersial ? setiap orang dapat melihatnya sesuai dengan HATI-nya. Demikian komentar pastor Gérard Blatmann, MSC.
Saya juga menyaksikan atribut-atribut natal sudah terpasang di mana-mana di kota Angers dan sekitarnya. Di tempat-tempat publik dan jalan-jalan sudah terpasang berbagai hiasan natal. Toko-toko serta supermarket menawarkan berbagai paket khas natal. Semuanya tampak begitu eksotis. Padahal kenyataannya negara Perancis adalah negara sekular.
 Kalau atribut-atribut natal di Manado atau pun di tempat lain di Indonesia khususnya di tempat publik jelas menunjukkan aspek religious, tidak demikian halnya di Perancis. Kandang natal dll di Perancis khususnya di tempat public tidak tidak menunjuk aspek religius. Perancis adalah negara sekular. Artinya ada pemisahan antara negara dan hal privat, termasuk agama. Atribut-atribut dan pernak-pernik pohon natal di jalan-jalan atau tempat public dilihat oleh orang Perancis sebagai bagian dari budaya.  Teman dan guru bahasa Perancis saya, Alexandre Viniel tampak kecewa dengan putusan Pemerintah Perancis yang mengeluarkan kebijakan baru mengenai pembuatan kandang kandang natal di tempat public. Dia menulis:  Pukulan lain adat istiadat kita, satu lagi! (Encore un coup porté à nos us et coutumes, un de plus !) . Conseil d'Etat MELARANG pembuatan KANDANG NATAL "di gedung-gedung publik, kantor otoritas publik atau pelayanan publik" . Bagi Alexander itu adalah putusan yang mengerika (Ce verdict est EFFROYABLE).
Pernyataan dalam media facebook itu mengundang komentar dari teman-teman sesama orang Perancis. Misalnya ada yang menulis begini:” Saya tidak mempraktikkan agama apapun, anak-anak saya dan saya sendiri tidak dibaptis. Kakek saya, paling ateistik dan anti agama, sering membuat kandang natal besar dan indah dia bersenang-senang dan memolesnya lebih indah setiap tahun. Menyenangkan sekali ketika jalan-jalan ke kantor wali kota Avignon dan Marseilles  yang biasa terdapat kandang natal yang besar. Itu adalah bagian dari budaya kita.”
Yang lain berkomentar:” Saya tidak mengerti resolusi itu.
Apa alasan utama dari keputusan itu?
            Tentu para pengambil kebijakan berpijak pada Poin utama. Conseil d'Etat menegaskan implikasi dari laïcité (sekularisme). Berdasarkan prinsip ini, otoritas publik yang diperlukan menjamin kebebasan beragama, termasuk kebebasan beribadah. Untuk memastikan bahwa pejabat publik dan lembaga-lembaga publik tetap netral dalam urusan agama, terutama dengan menghindari pengakuan atau pendanaan dari agama tertentu.
Conseil d'Etat dengan merujuk pada hukum tahun 1905 mengenai pemisahan Gereja dan Negara, yang menempatkan prinsip netralitas agama, melarang tampilan apapun oleh otoritas publik dari tanda-tanda dan simbol-simbol yang menunjukkan pengakuan publik atau preferensi untuk agama tertentu.
            Adegan kelahiran dalam kandang natal memiliki berbagai makna: memiliki makna keagamaan tetapi juga elemen dekoratif selama akhir liburan tahun. Mengingat pluralitas maknanya, Conseil d'Etat menetapkan aturan bahwa tampilan adegan Nativity oleh otoritas publik dalam ruang publik adalah sah, hanya jika ia memiliki tujuan budaya, kesenian yang meriah, dan tidak mengungkapkan pengakuan publik atau preferensi untuk agama tertentu, yakni Katolik dan Protestant.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

TANDA-TANDA KEHADIRAN ALLAH DALAM HIDUP: SEBUAH PERMENUNGAN!

Saya yakin bahwa tidak seorang pun dari kita yang pernah melihat Tuhan. Ketika seseorang berkata, " Saya percaya kepada Tuhan ," dia tidak mengatakan bahwa dia memiliki bukti keberadaan Tuhan, tetapi bahwa dia memiliki iman kepadaNya. Kata " iman " berarti "percaya." Orang-orang yang percaya adalah orang-orang yang bersatu dengan Tuhan. Mereka mengalami kehadiranNya dalam hidup mereka. Mereka tidak percaya pada transendensi sederhana, atau energi, kekuatan yang tak terlihat ... tetapi mereka percaya kepada SESEORANG yang berbicara kepada mereka secara pribadi, melalui peristiwa-peristiwa hidup mereka, dalam pengalaman batin mereka. Tuhan sering dilambangkan dengan cahaya. Seperti matahari, yang tidak bisa saya tatap secara langsung, tetapi yang menerangi apa yang mengelilingi saya, Tuhan, yang tidak saya lihat, menerangi keberadaan saya dengan memberi saya "tanda-tanda" kehadiran-Nya.  Sejak awal, Tuhan berbicara kepada manusia

MENGENAL TAREKAT RGS-ANGERS

Pada hari ini, 15 Desember 2016, kami makan siang di rumah biara tempat lahirnya tarekat Kongregasi Bunda Pengasih Gembala Baik ( juga dikenal sebagai Good Shepherd Sisters – RGS ). Letaknya tidak jauh dari pastoran Santo Yoseph Angers. Pastor Gilles Crand, Pr mengantar P. Sebastian, P. Martin dan saya untuk makan siang di rumah biara yang besar itu . Komunitas itu hanya dihuni oleh 12 orang suster dari berbagai negara, yakni: India, Irlandia, Swiss, Peru, Costarika, Colombia, dan Perancis. Walaupun di biara pusatnya itu hanya dihuni oleh 12 suster, namun tarekat yang lahir di kota Angers itu, sudah menyebar di berbagai negara di dunia. Saya bertanya kepada salah satu suster asal India yang bertugas di situ mengenai jumlah anggota di seluruh dunia.   Dia mengatakan bahwa   kongregasi internasional dalam Gereja Katolik Roma itu, dulu anggotanya hampir 10,000 orang di dunia. Saat ini kira-kira hampir 4.000 hadir di 72 negara di lima benua, termasuk di Indonesia. Kongregasi

SEORANG DUDA BISA MENJADI IMAM?

P. de Vaugelas adalah seorang pastor projo keuskupan agung Bourges-Perancis Tengah.   Dia sebelumnya adalah seorang bapa keluarga yang memiliki pekerjaan top di salah satu bank Amerika di Paris. Selama masa kerja dia sudah berkeliling dunia, termasuk Indonesia. Waktu luang pun dia pernah habiskan untuk masuk dalam sekolah special di Chateroux untuk menjadi pilot. Dia jalankan itu dengan baik, dan mampu menjadi pilot dalam masa belajar hanya dalam satu tahun saja. “Saya kalau mengemudi mobil, tangan selalu siap sedia di bagiaan rem tangan, dll. Itu semua karena saya terbiasa menjadi pilot,” katanya kepadaku saat kami kembali dari l’abbey Fontgombault pada awal bulan April 2017. Yang menarik buat saya adalah sejak istrinya meninggal dia banyak berefleksi untuk menjadi imam. Dalam usianya yang tidak lagi muda (69 tahun), dia tetap rendah hati untuk meminta bimbingan rohani, termasuk meminta bimbingan rohani kepada salah satu konfrater MSC di Issoudun, Alfred Bours, MSC. Dia jug