Langsung ke konten utama

UDU LOO kalau TIdak Minum KOPI…




Udu loo eee…Itulah ekspresi orang-orang daerah KEO ketika merasa sakit dan pening pada bagian kepalanya. Ada berbagai kemungkinan alasan di balik kata-kata itu.
1.       Banyak urusan. Mereka yang memiliki banyak urusan biasanya secara natural mengungkapkan kata-kata itu.  Apalagi di daerahku banyak sekali kegiatan adat istiadat. Sehubungan dengan adat-istiadat, maka kegiatan “songgo-ade” atau pergi meminjam barang atau binatang orang lain menjadi hal yang sudah biasa terjadi. Sebelumnya orang harus jalan kaki berkilo-kilo untuk mendapat barang atau binatang yang hendak “dipinjam”itu. Untungnya, kebanyakan urusan”songgo ade” berjalan lancar, karena masih memegang prinsip” gotong royong”, “ndate wangg sama” alias berat sama dipikul.
2.       Sakit fisik. Hampir semua orang pernah mengeluarkan kata-kata itu, karena hampir semua orang pernah merasakan apa yang namanya:”udu lo” heheh.
3.       Tidak minum kopi. Minum kopi menjadi tradisi masyarakat di daerahku. Bahkan sejak kecil, anak-anak sudah terbiasa minum kopi. Maklum dalam suatu waktu tertentu di daerahku banyak dijumpai tanaman kopi. Pada masa kecilku, saya termasuk seorang yang doyan minum kopi. Biar tidak makan pagi, yang penting minum kopi. Kalau tidak minum pasti “udu lo”. Tidak heran ketika hendak masuk seminari, banyak orang di kampung mulai cemas dan ragu, apakah saya bisa bertahan di seminari menengah yang tidak minum kopi. Memang benar. Awal-awal keberadaan di seminari menengah Mataloko, saya mengalami “udu lo” karena tidak minum kopi. Saya sering pergi ke poliklinik pastor asal Jerman di seminari Mataloko, Pater Alfons Angels, SVD. Pada tahun pertama keberaadaku di seminari Mataloko, hampir setiap minggu saya ke poliklinik seminari. Syukurlah kecanduan minum kopi akhrinya sedikit demi sedikit hilang. Cita-citaku menjadi imam berjalan mulus walau tidak minum kopi dalam masa pembinaan. Kini ketika menjadi imam, saya terbiasa lagi meminum kopi. Maklum orang Perancis juga doyan minum kopi. Ketika minum kopi, imajinasiku jauh terbang ke Flores, ingat lagi masa kecil yang setiap hari meneguk kopi pagi sore, bahkan siang hari. heheheh

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TANDA-TANDA KEHADIRAN ALLAH DALAM HIDUP: SEBUAH PERMENUNGAN!

Saya yakin bahwa tidak seorang pun dari kita yang pernah melihat Tuhan. Ketika seseorang berkata, " Saya percaya kepada Tuhan ," dia tidak mengatakan bahwa dia memiliki bukti keberadaan Tuhan, tetapi bahwa dia memiliki iman kepadaNya. Kata " iman " berarti "percaya." Orang-orang yang percaya adalah orang-orang yang bersatu dengan Tuhan. Mereka mengalami kehadiranNya dalam hidup mereka. Mereka tidak percaya pada transendensi sederhana, atau energi, kekuatan yang tak terlihat ... tetapi mereka percaya kepada SESEORANG yang berbicara kepada mereka secara pribadi, melalui peristiwa-peristiwa hidup mereka, dalam pengalaman batin mereka. Tuhan sering dilambangkan dengan cahaya. Seperti matahari, yang tidak bisa saya tatap secara langsung, tetapi yang menerangi apa yang mengelilingi saya, Tuhan, yang tidak saya lihat, menerangi keberadaan saya dengan memberi saya "tanda-tanda" kehadiran-Nya.  Sejak awal, Tuhan berbicara kepada manusia

MENGENAL TAREKAT RGS-ANGERS

Pada hari ini, 15 Desember 2016, kami makan siang di rumah biara tempat lahirnya tarekat Kongregasi Bunda Pengasih Gembala Baik ( juga dikenal sebagai Good Shepherd Sisters – RGS ). Letaknya tidak jauh dari pastoran Santo Yoseph Angers. Pastor Gilles Crand, Pr mengantar P. Sebastian, P. Martin dan saya untuk makan siang di rumah biara yang besar itu . Komunitas itu hanya dihuni oleh 12 orang suster dari berbagai negara, yakni: India, Irlandia, Swiss, Peru, Costarika, Colombia, dan Perancis. Walaupun di biara pusatnya itu hanya dihuni oleh 12 suster, namun tarekat yang lahir di kota Angers itu, sudah menyebar di berbagai negara di dunia. Saya bertanya kepada salah satu suster asal India yang bertugas di situ mengenai jumlah anggota di seluruh dunia.   Dia mengatakan bahwa   kongregasi internasional dalam Gereja Katolik Roma itu, dulu anggotanya hampir 10,000 orang di dunia. Saat ini kira-kira hampir 4.000 hadir di 72 negara di lima benua, termasuk di Indonesia. Kongregasi

SEORANG DUDA BISA MENJADI IMAM?

P. de Vaugelas adalah seorang pastor projo keuskupan agung Bourges-Perancis Tengah.   Dia sebelumnya adalah seorang bapa keluarga yang memiliki pekerjaan top di salah satu bank Amerika di Paris. Selama masa kerja dia sudah berkeliling dunia, termasuk Indonesia. Waktu luang pun dia pernah habiskan untuk masuk dalam sekolah special di Chateroux untuk menjadi pilot. Dia jalankan itu dengan baik, dan mampu menjadi pilot dalam masa belajar hanya dalam satu tahun saja. “Saya kalau mengemudi mobil, tangan selalu siap sedia di bagiaan rem tangan, dll. Itu semua karena saya terbiasa menjadi pilot,” katanya kepadaku saat kami kembali dari l’abbey Fontgombault pada awal bulan April 2017. Yang menarik buat saya adalah sejak istrinya meninggal dia banyak berefleksi untuk menjadi imam. Dalam usianya yang tidak lagi muda (69 tahun), dia tetap rendah hati untuk meminta bimbingan rohani, termasuk meminta bimbingan rohani kepada salah satu konfrater MSC di Issoudun, Alfred Bours, MSC. Dia jug