Pada hari ini saya memimpin perayaan ekaristi di biara pusat Putri Bunda Hati Kudus Issoudun-Perancis. Pukul 11.00 siang saya mengayunkan langkah keluar dari kamar untuk pergi ke komunitas para suster PBHK. Hanya butuh waktu 5 menit jalan kaki untuk sampai ke tempat itu. Saya melewati depan Basilika Issoudun dalam suasana hujan rintik-rintik. Dengan toga dan buku tata perayaan ekaristi di tangan, dengan penuh semangat saya ke arah komunitas para suster yang sudah tua-tua itu. Perayaan ekaristi dimulai pada pukul 11:15.
Bacaan injil hari ini menyentuh hati saya, teristimewa mengenai peran seorang ibu. Maria, Ibu Yesus sungguh sosok yang luar biasa. Dia seorang yang tau bersyukur. Penginjil Lukas melukiskan kata-kata indah Ibu Yesus yang mengungkapkan maginifikatnya. Magnifikat itu tidak lain adalah bentuk ucapan syukur dan pujian kepada Allah Bapa."Aku mengagungkan Tuhan, hatiku bersukaria karena Allah, penyelamatku," demikian ungkapan pujian dan syukur Maria. Memang buah jatuh tidak jauh dari pohon kan?? Yesus juga adalah pribadi yang tau bersyukur. Dia pernah berkata:"“Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil." (Matius 11:25).
Pada sore hari, saya bertugas menerima konsultasi umat. Pada pukul 16:30 bel berbunyi. Saya bergegas ke arah ruang tamu di salah satu sudut di Basilika Issoudun. Ternyata ada seorang ibu yang hendak berkonsultasi. Ibu itu tinggal di luar kota Issoudun. Dia tinggal di Levroux (setalah Vatan). Di luar cerita konsultasi, kami bercerita mengenai hal-hal yang menarik. Hal yang menarik hati saya adalah kedekatan terhadap putranya. Anaknya yang adalah seorang dokter tidak mau membiarkan ibunya tinggal sendiri. Demikian juga ibu itu tidak mau membiarkan ibunya tinggal sendiri di rumah jompo. Dia masih bersemangat merawat ibunya yang sudah berumur 89 tahun. Hal begitu tidak biasa di Perancis. Biasanya orang Perancis, lebih suka membiarkan ibu-ibu yang tua tinggal di rumah jompo.
22 Desember adalah Hari Ibu di negaraku Indonesia. Lewat dunia maya, saya bisa saksikan anak-anak memajangkan foto-foto ibu mereka. Sungguh kata ibu, mama, bunda, ibunda menjadi bagian tak terpisahkan dari setiap insan manusia. Anak-anak yang mengungkapkan ucapan-ucapan selamat hari ibu juga sedang mengungkapkan syukur atas adanya ibu mereka.Seorang ibu yang selalu siap mendengarkan keluhan hati si anak, karena kadang sang anak "takut" berhadapan langsung dengan si ayah kalau hendak meminta uang. Si Bunda yang mengusap air mata ketika si anak dapat marah dari kakak, opa, oma, dll. Si Bunda yang tau apa yang si anak mau walaupun si anak tidak meminta. Intuisi seorang ibu memang tidak pakai logika atau perhitungan matematis.
Bacaan injil hari ini menyentuh hati saya, teristimewa mengenai peran seorang ibu. Maria, Ibu Yesus sungguh sosok yang luar biasa. Dia seorang yang tau bersyukur. Penginjil Lukas melukiskan kata-kata indah Ibu Yesus yang mengungkapkan maginifikatnya. Magnifikat itu tidak lain adalah bentuk ucapan syukur dan pujian kepada Allah Bapa."Aku mengagungkan Tuhan, hatiku bersukaria karena Allah, penyelamatku," demikian ungkapan pujian dan syukur Maria. Memang buah jatuh tidak jauh dari pohon kan?? Yesus juga adalah pribadi yang tau bersyukur. Dia pernah berkata:"“Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil." (Matius 11:25).
Pada sore hari, saya bertugas menerima konsultasi umat. Pada pukul 16:30 bel berbunyi. Saya bergegas ke arah ruang tamu di salah satu sudut di Basilika Issoudun. Ternyata ada seorang ibu yang hendak berkonsultasi. Ibu itu tinggal di luar kota Issoudun. Dia tinggal di Levroux (setalah Vatan). Di luar cerita konsultasi, kami bercerita mengenai hal-hal yang menarik. Hal yang menarik hati saya adalah kedekatan terhadap putranya. Anaknya yang adalah seorang dokter tidak mau membiarkan ibunya tinggal sendiri. Demikian juga ibu itu tidak mau membiarkan ibunya tinggal sendiri di rumah jompo. Dia masih bersemangat merawat ibunya yang sudah berumur 89 tahun. Hal begitu tidak biasa di Perancis. Biasanya orang Perancis, lebih suka membiarkan ibu-ibu yang tua tinggal di rumah jompo.
22 Desember adalah Hari Ibu di negaraku Indonesia. Lewat dunia maya, saya bisa saksikan anak-anak memajangkan foto-foto ibu mereka. Sungguh kata ibu, mama, bunda, ibunda menjadi bagian tak terpisahkan dari setiap insan manusia. Anak-anak yang mengungkapkan ucapan-ucapan selamat hari ibu juga sedang mengungkapkan syukur atas adanya ibu mereka.Seorang ibu yang selalu siap mendengarkan keluhan hati si anak, karena kadang sang anak "takut" berhadapan langsung dengan si ayah kalau hendak meminta uang. Si Bunda yang mengusap air mata ketika si anak dapat marah dari kakak, opa, oma, dll. Si Bunda yang tau apa yang si anak mau walaupun si anak tidak meminta. Intuisi seorang ibu memang tidak pakai logika atau perhitungan matematis.
Saya bersama mama dan saudari sepupu |
Karena ibu, mami, bundalah, maka anak-anak bisa tau apa artinya
kelembutan, peka dengan orang lain.
Bayangkan, ketika dirimu
masih bayi…
sang bunda tidak berani pergi jauh…
ketika dirimu menangis…si bunda langsung lari-lari kecil ke arah tempat
tidur
dia tinggalkan kesibukan memasak, menjahit, menulis, atau pun kegiatan lain…
itulah cinta…cinta yang tak terungkap dengan kata-kata
cinta yang lahir dari kedalaman hati
cinta tanpa embel-embel
cinta yang tulus
wahhhh………………….kalau begitu,
cintailah ibumu..
Caranya? Jadi anak yang baik
dan berguna bagi keluarga dan masyarakat, gereja, masjid, pura, dll….pokoknya
berguna deh…
jangan sampai jadi anak yang
tukang buat onar di jalan,
jangan sampai jadi anak yang
mudah dihasut untuk memukul orang,
jangan sampai jadi anak yang
mudah dicuci otak untuk menghabisi nyawa orang …..dll yang negative.
INTINYA buat saja yang
positif. Berpikir, berbicara, bertindak positif. Itu adalah kado yang terindah
buat ibu kita masing-masing. Ibu, mama, bunda kita akan merasa bangga ketika
kita buat yang baik-baik.
Anak-anak
saat ini memanggil nama ibu mereka dengan aneka cara. Ada
yang memanggil mami atau mama. Yang lain memanggil bu atau bunda, dll. Tak
terhitung banyaknya nilai-nilai yang ditanamkan oleh masing-masing ibu untuk
anak-anaknya.Saya
sendiri sejak kecil sampai sekarang memanggil ibu saya dengan kata:”MAMA”. Bagi
saya sosok mama adalah pahlawan. Luar biasa. Seorang yang optimist. Dia seorang
yang melihat kesempatan dalam setiap kesulitan. Dia tidak belajar psikologi.
Tetapi cara mendidik saya persis memperhatikan aspek psikologis. Dia tidak mau
saya menjadi orang yang gagal. Selalu ada kata pujian yang mengalir dari
mulutnya kepada saya. Kata pujian atau afirmasi memang sangat penting bagi
seorang anak. Itulah sebabnya saya mengatakan “keluargaku adalah pendidik
pertama dan utama”. Apalagi nasihat-nasihatnya tuh….wah….hebat….Tugas saya
adalah membuatnya bahagia. Mengamalkan nasihat-nasihatnya. Tentu berdoa baginya
agar tetap menjadi mama yang baik bagiku dan bagi orang lain.
(ISSOUDUN, FRANCE, 22 DESEMBER 2016)
(ISSOUDUN, FRANCE, 22 DESEMBER 2016)
Komentar
Posting Komentar