Langsung ke konten utama

KISAHKU Di Châteauroux dan Bourges Menjelang Natal 2016



Suhu pagi ini 5 derajat celcius. Waktu sudah menunjukkan pukul 07 :30. Namun di luar sana masih tampak gelap. Saya melangkahkan kaki ke refter komunitas biara MSC Issoudun dengan membawa serta berkas-berkas penting di tas kecilku. Tak lupa saya mengenakan jaket tebal dan topi dingin. Tidak sepertinya biasanya saya sarapan pagi lebih dahulu. Biasanya pada jam yang sama saya pergi ke crypt pater Jules Chevalier untuk memulai hari dengan doa pagi bersama para konfrater lain. Yahh hari ini saya dan Br. Lionel harus sarapan lebih dahulu karena hendak pergi ke Châteauroux untuk urusan perpanjangan kartu izin tinggal saya di Perancis. Walaupun jarak dari Issodun ke Châteauroux tidak terlalu jauh, hanya 30 menit, namun kami sengaja berangkat pagi-pagi untuk mendapat nomor urutan pertama di Prefektur L’Indre. Setelah sarapan pagi, kira-kira pukul 07 :45 kami langsung bergegas ke ibu kota Prefektur L’Indre itu.
Jam buka prefektur adalah pukul 09.00 pagi. Tapi kami sudah ada di pintu gerbang prefektur pada pukul 08 :20. Di sekitar pintu gerbang prefektur L’Indre tampak masih sangat sepi ketika kami tiba.  Beberapa saat kemudian orang-orang mulai berdatangan, baik para pegawai prefektur maupun mereka yang hendak mengurus berbagai keperluan di prefektur (SIM dll). Tepat pukul 09.00 pagi, pintu gerbang bagi mereka yang hendak mengurus surat-surat di prefektur dibuka. Ada seorang penjaga yang memerikasa kartu identitas kami masing-masing. Saya yang paling muka diperiksa terlebih dahulu. Tahun lalu, saya dua kali datang ke tempat itu, tapi tidak ada pemeriksaan tanda pengenal. Mungkin mereka mulai lebih waspada karena adanya terorist di mana-mana saat ini.
Saya masuk ke ruangan kantor prefektur, dan langsung mengambil nomor urut. Baru 2 menit duduk di ruang tunggu, terlihat dilayar nomor urut saya “300”.Saya pun pergi ke ruangan yang menangani orang luar negeri. Semua persyaratan untuk perpanjangan kartu izin tinggal di Perancis, beres. Saya sudah mempersiapkan foto pas untuk kartu identitas sebanyak 3 lembar (pada hari kemarin saya ambil gambar di salah satu supermarket di Issoudun), fotocopy passport, attestation dari superior, attestation tulisan tangan saya yang menerangkan bahwa saya di Issoudun dibiayai oleh tarekat MSC. Karena persyaratan sudah beres semuanya, maka hanya butuh waktu 15 menit. Saya hanya meletakan jari-jari di salah satu mesin untuk mengetahui sidik jari serta mengisi sebuah formulir dan mencantumkan nomor hp di kolom formulir itu. “Kami akan mengirim sms ke nomor anda jika urusan sudah beres dan siap menerima kartu yang baru”, kata pegawai yang bernama Dominique itu. Kami pun kembali ke Issoudun dengan hati gembira.
Pada pukul 11:30 bersama dengan para konfrater lainnya saya merayakan misa di crypt pater Jules Chevalier. Hari ini ada perayaan HUT dari P. Daniel, MSC (Rektor Basilika Issoudun). Sebelum masuk ke sakristi, saya ketemu dengan pater Daniel, dan saya mengucapakan selamat hut kepadanya. Dia pun bertanya mengenai proses urusan perpanjangan kartu izin tinggal di Perancis. Saya jawab, semua beres bos hehehe. Pada perayaan misa kali ini, ada pemandangan lain yang tidak seperti biasanya. Ada seorang anak muda yang begitu khusyuk mengikuti perayaan ekaristi. Dia duduk paling depan. Setelah misa, pastor provincial MSC Perancis Swiss, P. Gerard, MSC bertanya kepadanya. Mungkin dia penasaran dengan semangat anak muda itu. Saat naik tangga saya persis di belakang mereka. Anak muda itu berkata kepada pastor Gerard bahwa dirinya adalah seminarist tingkat 4 di Orleans. Dia adalah calon imam dari keuskupan Tours. Pierre namanya. Dia ke Issoudun untuk merayakan natal bersama saudarinya yang tinggal di Issoudun. Luar biasa. Semoga panggilan terus bertambah di negara sekular seperti ini.
Setelah misa kami langsung bergegas ke refter komunitas. Karena ada HUT pastor Daniel maka kami rayakan dengan cara special. Pastor Alfred membawa kado untu pastor Daniel atas nama komunitas. Kami minum anggur special dan lain-lain sebagaimana layaknya sebuah pesta. Setelah makan siang, pastor Daniel, pastor Martin, pastor Sebastian dan saya, pergi ke Bourges untuk beberapa tujuan. Ehh..di kota Bourges pastor Daniel memarkir mobil tepat di muka gedung besar Hôtel de préfecture du Cher. Saya langsung berkelakar kepada para konfreter itu. « Aduhai…saya hari ini pergi ke dua prefektur yang berbeda, Indre et Cher ».
 Di Bourges kami sempat ke salah satu toko buku katolik dan kami pun melewati pelataran besar katedral Bourges, di mana pater Jules Chevalier, pendiri MSC ditahbiskan menjadi imam pada tanggal 14 Juni 1851. Di sekitar katedral itu ada “Les Marchés de Noël ”atau pasar natal. Di pintu gerbang pasar itu tertulis : » La ville de Noël ». Memang tampak begitu menarik. Di semua toko di kota Bourges (tentu juga di kota lain di Perancis) diliputi oleh suasana natal. Tidak heran komersialisme perayaan Natal di Perancis sangat nampak. Semua hal di dalam supermarket dirancang dalam nuansa natal. Apalagi tradisi di Perancis identik dengan tukar menukar kado, jadi hampir semua orang yang keluar dari supermarket « membawa pulang » paket kado.
Ketika hendak pulang ke Issoudun, saya melihat sekelompok orang tua cacat dipandu oleh seorang anak muda melewati jalan raya dan hendak naik mobil yang dikemudikan oleh anak muda itu. Wah orang muda itu begitu sabar memandu mereka. Mereka kemudian naik ke dalam mobil satu persatu. Orang muda itu memastikan bahwa semua penumpang orang tua cacat itu berada di tempat duduknya dengan sabuk pengamanan sudah terpasang. Saya dan pastor Sebastian melihat « keindahan perbuatan baik si anak muda itu ».
Dalam perjalanan pulang ke Issoudun kami banyak berdiskusi. Dan yang lebih penting lagi, kami berdoa. Pada pukul 17.00 ketika komunitas Issoudun sedang berdoa rosario, kami berempat yang sedang dalam perjalanan pun berdoa. Doa dipimpin oleh pastor Daniel, dengan berbagai ujud (umat katolik di Indonesia, India, Perancis, Afrika dll). Semoga pengalaman indah dalam semangat konfraternitas ini tetap membekas dalam hati sanubariku dalam pelayanan selanjutnya, AMIN


Komentar

Postingan populer dari blog ini

TANDA-TANDA KEHADIRAN ALLAH DALAM HIDUP: SEBUAH PERMENUNGAN!

Saya yakin bahwa tidak seorang pun dari kita yang pernah melihat Tuhan. Ketika seseorang berkata, " Saya percaya kepada Tuhan ," dia tidak mengatakan bahwa dia memiliki bukti keberadaan Tuhan, tetapi bahwa dia memiliki iman kepadaNya. Kata " iman " berarti "percaya." Orang-orang yang percaya adalah orang-orang yang bersatu dengan Tuhan. Mereka mengalami kehadiranNya dalam hidup mereka. Mereka tidak percaya pada transendensi sederhana, atau energi, kekuatan yang tak terlihat ... tetapi mereka percaya kepada SESEORANG yang berbicara kepada mereka secara pribadi, melalui peristiwa-peristiwa hidup mereka, dalam pengalaman batin mereka. Tuhan sering dilambangkan dengan cahaya. Seperti matahari, yang tidak bisa saya tatap secara langsung, tetapi yang menerangi apa yang mengelilingi saya, Tuhan, yang tidak saya lihat, menerangi keberadaan saya dengan memberi saya "tanda-tanda" kehadiran-Nya.  Sejak awal, Tuhan berbicara kepada manusia

MENGENAL TAREKAT RGS-ANGERS

Pada hari ini, 15 Desember 2016, kami makan siang di rumah biara tempat lahirnya tarekat Kongregasi Bunda Pengasih Gembala Baik ( juga dikenal sebagai Good Shepherd Sisters – RGS ). Letaknya tidak jauh dari pastoran Santo Yoseph Angers. Pastor Gilles Crand, Pr mengantar P. Sebastian, P. Martin dan saya untuk makan siang di rumah biara yang besar itu . Komunitas itu hanya dihuni oleh 12 orang suster dari berbagai negara, yakni: India, Irlandia, Swiss, Peru, Costarika, Colombia, dan Perancis. Walaupun di biara pusatnya itu hanya dihuni oleh 12 suster, namun tarekat yang lahir di kota Angers itu, sudah menyebar di berbagai negara di dunia. Saya bertanya kepada salah satu suster asal India yang bertugas di situ mengenai jumlah anggota di seluruh dunia.   Dia mengatakan bahwa   kongregasi internasional dalam Gereja Katolik Roma itu, dulu anggotanya hampir 10,000 orang di dunia. Saat ini kira-kira hampir 4.000 hadir di 72 negara di lima benua, termasuk di Indonesia. Kongregasi

SEORANG DUDA BISA MENJADI IMAM?

P. de Vaugelas adalah seorang pastor projo keuskupan agung Bourges-Perancis Tengah.   Dia sebelumnya adalah seorang bapa keluarga yang memiliki pekerjaan top di salah satu bank Amerika di Paris. Selama masa kerja dia sudah berkeliling dunia, termasuk Indonesia. Waktu luang pun dia pernah habiskan untuk masuk dalam sekolah special di Chateroux untuk menjadi pilot. Dia jalankan itu dengan baik, dan mampu menjadi pilot dalam masa belajar hanya dalam satu tahun saja. “Saya kalau mengemudi mobil, tangan selalu siap sedia di bagiaan rem tangan, dll. Itu semua karena saya terbiasa menjadi pilot,” katanya kepadaku saat kami kembali dari l’abbey Fontgombault pada awal bulan April 2017. Yang menarik buat saya adalah sejak istrinya meninggal dia banyak berefleksi untuk menjadi imam. Dalam usianya yang tidak lagi muda (69 tahun), dia tetap rendah hati untuk meminta bimbingan rohani, termasuk meminta bimbingan rohani kepada salah satu konfrater MSC di Issoudun, Alfred Bours, MSC. Dia jug