Langsung ke konten utama

SELENDANG ADAT NAGEKEO DI PERANCIS



KAWASAN Champs Elysees PARIS

Dari jauh-jauh hari Pastor Gilles Crand, Pr mengajak pastor Martin, pastor Sebastian dan saya untuk menghabiskan salah satu weekend di kota Paris. Kami akhrinya memutuskan berweekend pada tanggal 2-4 Desember 2016 di kota  “cahaya” itu. Hari Jumat, 2 Desember siang kami ke kota Paris. Tentu kami membawa barang secukupnya saja. Karena musim gugur hampir berakhir dan memasuki musim dingin, maka kami pun memakai pakain yang tebal-tebal. Yang jelas kami memaki jeket berlapis-lapis plus syal di leher kami serta topi musim dingin. Walaupun ada syal lain yang lebih tebal, saya lebih memilih selendang adat Nagekeo-Flores untuk dijadikan syal.Wah....jadilah selendang adat Nagekeo exist di Perancis.
Dari pastoran St. Yoseph Anger ke  stasion Angers, kami diantar oleh pastor Charles, seorang pastor senior yang sudah pension, tetapi masih sangat aktif membantu pelayanan misa di gereja St. Yoseph Angers. Dia memang sangat gesit, maklum ayahnya adalah seorang tentara yang pernah bertugas di Syria. Dia pun lahir di negara ISIS itu. Ohh yah..letak pastoran paroki St. Yoseph Angers ke stasion kareta Angers tidak terlalu jauh, hanya kira-kira 800 meter saja. Namun pastor Gilles meminta pastor Charles untuk mengantar kami agar tidak ketinggalan kereta.
Perjalanan dari Angers-Paris (stasiun Montparnasse) memakan waktu 1,5 jam. Maklum menggunakan kereta cepat “ Train à Grande Vitesse (disingkat TGV). Kareta yang  dikembangkan oleh Alstom dan SNCF, dan dioperasikan oleh SNCF, Perusahaan Kereta Nasional Perancis menghubungkan kota-kota di Perancis termasuk dari Angers menuju Paris, dan juga negara-negara tetangga, seperti Belgia, Jerman, dan Swiss. Belum banyak negara di dunia yang memiliki TGV. Kereta semacarm itu beroperasi juga di Belanda, Spanyol, dan Britania Raya dan Amerika Serikat, Atau London. Di benua Asia hanya ada di Korea Selatan. Tentu TGV bukan kereta cepat pertama. Jepang, negara misi konfrater Frits Ponomban dan Kiky Kuntag juga ada kareta cepat jenis lain. Di jepang namanya Shinkansen. Kareta jenis itu menghubungkan Tokyo dan Osaka dan telah dibuka sejak 1 Oktober 1964.
Kembali ke inti cerita…heheh
Kami tiba di stasiun Montparnasse kira-kira pukul 15:30. Kami langsung turun ke dalam tanah menggunakan lift. Maklum metro adalah kareta bawah tanah di kota Paris. Pastor Gilles bilang: “stasiun metro di bawah tanah” adalah kota di bawah Paris. Memang benar. Sangat ramai dan banyak sekali orang. Dari stasion Montparnasse kami menuju line metro ke arah ligne metro Charles de Gaulle – Étoile. Tidak butuh waktu lama akhirnya kami sampai di stasiun yang terletak di bawah Place Charles de Gaulle dan terletak di perbatasan arondisement ke -8, 16 dan ke-17 kota Paris itu.
Kami harus menuju tempat itu karena selama dua malam di Paris kami menginap di Maison Eymard P̬res du Saint-Sacrement 23 avenue de Friedland 75008 Paris РFrance. Letaknya sangat strategis. Rumah itu tidak jauh dari The Arch of Triomphe atau sering hanya disebut Arc de Triomphe. Ketika tiba di rumah itu kami dibagi kunci kamar masing-masing oleh receptionist. Saya tidur di tingkat 4 bangunan unit B nomor 414. Kami memutuskan untuk istirihat sejenak di kamar kami masing-masing sebelum keluar melihat keindahan kota Paris
Pada pukul 17:00 kami memutuskan untuk keluar bersama-sama ke arah Arc de Triomphe. Bangunan yang dibangun atas perintah Kaisar Napoleon I itu menjadi primadona para turist. Konstrusi bangunan yang sangat terkenal itu dimulai pada tahun 1806 dan berakhir pada tahun 1836 di bawah Louis Philippe. Bangunan itu berdiri di tengah Place Charles de Gaulle (sebelumnya disebut Place de l'Étoile) di pusat dan ujung barat Champs Elysees, 2,2 kilometer dari tempat Concorde. Tinggi bangunan itu mencapai 49.54 m, 44,82 m dan lebar 22,21. Ketinggian lengkungan besar adalah 29,19 m dan lebar 14,62 m. Total biaya konstruksi adalah 9.651.116 F2. Arc de Triomphe sekarang merupakan bagian dari monumen nasional dengan nilai  sejarah yang sangat tinggi. Di kakinya adalah makam seorang tentara yang tak dikenal (Unknown Soldier) dari Perang Dunia II.
Penginapan kami juga tidak jauh dari Champs Elysees (atau hanya disebut Champs Elysees, bahkan Champs). Hanya butuh waktu 5 menit untuk jalan kaki ke tempat itu. Oleh karena itu pada malam hari, setelah jalan-jalan di Arc de Triomphe, kami menuju Champs. Ada apa di situ? Tentu itu adalah sebuah jalan besar dan terkenal di Paris. Banyak orang menganggapnya sebagai jalan paling indah di Paris, dan, menurut sebuah ekspresi yang biasa digunakan di Prancis “sebagai jalan paling indah di dunia” (la plus belle avenue du monde). Nama jalan itu diambil dari nama Elysian Fields, tempat Hades di mana jiwa-jiwa yang saleh tinggal dalam mitologi Yunani. Tempat itu juga  menjadi salah satu atraksi wisata utama ibukota. Jalan itu membentang dari Place de la Concorde ke Place Charles de Gaulle di distrik 8 dan merupakan bagian utama dari pusat bersejarah Paris.Lampu-lampu natal ada di mana-mana. Terdengar di mana-mana orang bercakap dalam berbagai bahasa. Maklum hampir semua yang lewat di situ adalah para turist. Saya jumpai juga para pengungsi dari negara Syria yang datang meminta-minta kepada para turist. 
Setelah menikmati  Champs Elysees, kami menuju museum Louvre. Di dalam museum itu terdapat banyak koleksi  seni dan barang antik. Ini adalah salah satu museum terbesar di dunia, dengan area pameran sebesar 60.600 m, dan memiliki koleksi yang meliputi hampir 460 000 karya. Museum itu merepresentasikan  seni Barat dari Abad Pertengahan ke 1848, juga karya seni peradaban kuno yang mendahului (Oriental, Mesir, Yunani, Etruscan dan Romawi), dan karya seni orang-orang Kristen awal dan Islam.
Malam itu kami tidak masuk ke dalam museum. Kami hanya menikmati pemandangan malam hari di luar museum itu. Mata kami terpanah dengan taman besar yang terletak di jantung kota Paris itu yakni,  Jardins du Carrousel et des Tuileries. Luasnya mencapai 23 hektar, dan terletak  antara Louvre dan Place de la Concorde, dan berbatasan dengan sungai Seine dan rue de Rivoli. Tentu banyak penjunjung juga termasuk pada malam hari. Dari tempat itu, kami menuju tempat penukaran uang yang juga tidak jauh dari museum Louvre, karena pastor Sebastian hendak menukar uang India-nya. Ehh ternyata tidak bisa. Mereka memberi saran untuk menukar di kedutaan INDIA DI Paris hehehe.. 
 Malam itu setelah menikmati beberapa tempat pada malam hari di kota Paris, kami makan malam di flunch (FLUNCH place de Clichy). Setelah itu kami kembali ke tempat penginapan dengan penuh suka cita.Ohh yahh....kemana-mana saya setia memakai syal adat Nagekeo di leherku. Sekalian promosi selendang adat Nagekeo di kota Paris. heheheh

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TANDA-TANDA KEHADIRAN ALLAH DALAM HIDUP: SEBUAH PERMENUNGAN!

Saya yakin bahwa tidak seorang pun dari kita yang pernah melihat Tuhan. Ketika seseorang berkata, " Saya percaya kepada Tuhan ," dia tidak mengatakan bahwa dia memiliki bukti keberadaan Tuhan, tetapi bahwa dia memiliki iman kepadaNya. Kata " iman " berarti "percaya." Orang-orang yang percaya adalah orang-orang yang bersatu dengan Tuhan. Mereka mengalami kehadiranNya dalam hidup mereka. Mereka tidak percaya pada transendensi sederhana, atau energi, kekuatan yang tak terlihat ... tetapi mereka percaya kepada SESEORANG yang berbicara kepada mereka secara pribadi, melalui peristiwa-peristiwa hidup mereka, dalam pengalaman batin mereka. Tuhan sering dilambangkan dengan cahaya. Seperti matahari, yang tidak bisa saya tatap secara langsung, tetapi yang menerangi apa yang mengelilingi saya, Tuhan, yang tidak saya lihat, menerangi keberadaan saya dengan memberi saya "tanda-tanda" kehadiran-Nya.  Sejak awal, Tuhan berbicara kepada manusia

MENGENAL TAREKAT RGS-ANGERS

Pada hari ini, 15 Desember 2016, kami makan siang di rumah biara tempat lahirnya tarekat Kongregasi Bunda Pengasih Gembala Baik ( juga dikenal sebagai Good Shepherd Sisters – RGS ). Letaknya tidak jauh dari pastoran Santo Yoseph Angers. Pastor Gilles Crand, Pr mengantar P. Sebastian, P. Martin dan saya untuk makan siang di rumah biara yang besar itu . Komunitas itu hanya dihuni oleh 12 orang suster dari berbagai negara, yakni: India, Irlandia, Swiss, Peru, Costarika, Colombia, dan Perancis. Walaupun di biara pusatnya itu hanya dihuni oleh 12 suster, namun tarekat yang lahir di kota Angers itu, sudah menyebar di berbagai negara di dunia. Saya bertanya kepada salah satu suster asal India yang bertugas di situ mengenai jumlah anggota di seluruh dunia.   Dia mengatakan bahwa   kongregasi internasional dalam Gereja Katolik Roma itu, dulu anggotanya hampir 10,000 orang di dunia. Saat ini kira-kira hampir 4.000 hadir di 72 negara di lima benua, termasuk di Indonesia. Kongregasi

SEORANG DUDA BISA MENJADI IMAM?

P. de Vaugelas adalah seorang pastor projo keuskupan agung Bourges-Perancis Tengah.   Dia sebelumnya adalah seorang bapa keluarga yang memiliki pekerjaan top di salah satu bank Amerika di Paris. Selama masa kerja dia sudah berkeliling dunia, termasuk Indonesia. Waktu luang pun dia pernah habiskan untuk masuk dalam sekolah special di Chateroux untuk menjadi pilot. Dia jalankan itu dengan baik, dan mampu menjadi pilot dalam masa belajar hanya dalam satu tahun saja. “Saya kalau mengemudi mobil, tangan selalu siap sedia di bagiaan rem tangan, dll. Itu semua karena saya terbiasa menjadi pilot,” katanya kepadaku saat kami kembali dari l’abbey Fontgombault pada awal bulan April 2017. Yang menarik buat saya adalah sejak istrinya meninggal dia banyak berefleksi untuk menjadi imam. Dalam usianya yang tidak lagi muda (69 tahun), dia tetap rendah hati untuk meminta bimbingan rohani, termasuk meminta bimbingan rohani kepada salah satu konfrater MSC di Issoudun, Alfred Bours, MSC. Dia jug