Pada hari ini,
15 Desember 2016, kami makan siang di rumah biara tempat lahirnya tarekat Kongregasi
Bunda Pengasih Gembala Baik ( juga dikenal sebagai Good Shepherd Sisters – RGS
). Letaknya tidak jauh dari pastoran Santo Yoseph Angers. Pastor Gilles Crand,
Pr mengantar P. Sebastian, P. Martin dan saya untuk makan siang di rumah biara
yang besar itu. Komunitas itu
hanya dihuni oleh 12 orang suster dari berbagai negara, yakni: India, Irlandia,
Swiss, Peru, Costarika, Colombia, dan Perancis. Walaupun di biara pusatnya itu
hanya dihuni oleh 12 suster, namun tarekat yang lahir di kota Angers itu, sudah
menyebar di berbagai negara di dunia. Saya bertanya kepada salah satu suster asal India yang
bertugas di situ mengenai jumlah anggota di seluruh dunia. Dia mengatakan bahwa kongregasi internasional dalam Gereja Katolik
Roma itu, dulu anggotanya hampir 10,000 orang di dunia. Saat ini kira-kira
hampir 4.000 hadir di 72 negara di lima benua, termasuk di Indonesia.
Kongregasi dengan misi mewartakan
CINTA BELAS KASIH yang mencari, mengampuni, memperdamaikan, menyelamatkan itu didirikan
oleh St Maria Euphrasia di keuskupan Angers-Perancis. Konggregasi itu didirikan pada tanggal 16
Januari 1835 dalam masa kepausan Gregorius XVI Pau situ juga yang mengesahakan
tarekat itu.
Karya pelayanan
tarekat itu awalnya adalah untuk mendampingi para gadis Perancis yang
bersamasalah. Tidak heran di komunitas itu masih tampak banyak bangunan karena
pada zaman suster pendiri, sangat banyak anak perempuan yang bermasalah.
Setelah makan siang kami berjalan keliling di taman komunitas yang sangat luas
itu. Di sana-sini ada bangunan megah. Karya yang sama dilanjutkan oleh para
pengikutnya hingga saat ini, yakni mendampingi perempuan dan anak-anak yang terluka oleh
keadaan hidup dan di pinggirkan dalam masyarakat.
Para suster itu
mengikrarkan kaul kemiskinan, kemurnian, dan ketaatan serta kaul semangat
merasul ( Zeal ) yaitu kaul untuk
bekerja bagi keselamatan sesama. Seperti Yesus Gembala Baik, dalam mewujudkan
cinta belas kasih Bapa para suster itu berusaha merengkuh dunia sesuai teladan
dan semangat pendiri, St. M. Euphrasia.
Kami sempat
diantar ke kapela, museum, kamar tidur dan ruang kerja, serta makam santa M.
Euphrasia oleh seorang suster India. Dia dengan semangat bercerita kepada kami. Di kamar tidur santa M.
Euphrasia, kami melihat tempat tidur yang kecil, baju-baju biaranya, rosario, salib serta barang-barang kudusnya.
Suster India itu menuturkan bahwa ketika di India dia mengalami sakit parah. Dia merasa tidak mampu lagi bekerja. Lama dia bekerja di Senegal. Kakinya bengkak-bengkak dan tidak bisa jalan lagi. Dalam kondisi semacam itu, suster pimpinannya mengusulkan agar datang ke Perancis, untuk menjalankan misi di Perancis. Atas dorang suara hati yang kuat, akhirnya dia datang juga ke Perancis. Dia merasa ada mukjizat. Ketika pertama kali datang, dia kunjung ke kamar tidur tempat di mana Santa M. Euphrasia tinggal semasa hidupnya. Dia duduk di kursi santa itu. Mukjizat terjadi. Dia tidak mengalami sakit lagi. Wah….dia pun dengan yakin mempersilahkan kami untuk duduk di kursi itu. Kami bertiga pun duduk di kursi itu, sambil berdoa dalam hati….. Santa M. Euphrasia, doakanlah kami. Amin
Suster India itu menuturkan bahwa ketika di India dia mengalami sakit parah. Dia merasa tidak mampu lagi bekerja. Lama dia bekerja di Senegal. Kakinya bengkak-bengkak dan tidak bisa jalan lagi. Dalam kondisi semacam itu, suster pimpinannya mengusulkan agar datang ke Perancis, untuk menjalankan misi di Perancis. Atas dorang suara hati yang kuat, akhirnya dia datang juga ke Perancis. Dia merasa ada mukjizat. Ketika pertama kali datang, dia kunjung ke kamar tidur tempat di mana Santa M. Euphrasia tinggal semasa hidupnya. Dia duduk di kursi santa itu. Mukjizat terjadi. Dia tidak mengalami sakit lagi. Wah….dia pun dengan yakin mempersilahkan kami untuk duduk di kursi itu. Kami bertiga pun duduk di kursi itu, sambil berdoa dalam hati….. Santa M. Euphrasia, doakanlah kami. Amin
Komentar
Posting Komentar