Langsung ke konten utama

GEREJA DI PERANCIS TETAP « HIDUP »



Koor di Paroki St. Joseph Angers




Selama menjalankan masa inkulturasi di Angers, saya bersyukur bisa tinggal di pastoran paroki St. Yoseph Angers. Di tempat itu saya belajar banyak hal, teristimewa spirit rohani orang Angers-Perancis. Paroki St. Yoseph Angers tampak begitu hidup. Setiap hari ada dua kali misa, yakni misa pagi pukul 10.00 dan misa pada malam hari pada pukul 19.00. Pada hari Minggu misa hanya satu kali pada pukul 11.00. Dalam misa harian, saya biasanya lebih memilih ikut misa pagi ketimbang misa malam hari.
PARTISIPASI AKTIF UMAT BERIMAN
Selama tinggal di Angers, hal yang menarik hati saya adalah adanya umat Allah yang terlibat sangat aktif dalam kegiatan gerejani. Mereka merasa memiliki gereja. Ada berbagai team paroki yang menangani rupa-rupa kegiatan pastoral. Gaya pastoral top-down sama sekali tidak ada di sini. Pastor paroki hadir sebagai teman, bukan sebagai orang yang “tau segala-galanya” dengan komando-komando. Semua kegiatan dijalankan oleh umat Allah. Dengan demikian, spirit Konsili Vatikan II begitu terasa di paroki itu.
Yang menarik juga adalah bahwa tidak hanya orang-orang yang sudah lanjut usia, tetapi ada juga keluarga muda. Sudah pasti dari keluarga-keluarga muda itu, mereka mengajak anak-anak mereka berpartisipasi dalam misa hari Minggu. Minimal dalam misa hari Minggu ada sekitar 45 anak kecil berumur 4-10 tahun. Mereka  biasanya didampingi oleh salah satu animator anak-anak saat bagian liturgy bacaan dan masuk kembali ke dalam gereja pada saat persembahan. Saya berkenalan dengan orang-orang yang aktif itu. Mereka tak jarang menjelaskan mengenai “Gereja di Perancis” kepada saya dan juga kepada dua konfrater MSC India (Sebastian dan Martin).

PENDIDIKAN IMAN DI SEKOLAH KATOLIK
Pada setiap hari kamis pagi, dalam masa advent berjubel anak-anak sekolah dasar Katolik di kapela paroki St. Joseph Angers. Kapela yang diberi nama « NOËL PINOT” itu dipadati anak-anak yang berumur 5-8 tahun pada misa pagi, pukul 10 pagi waktu Perancis. Mereka dipandu oleh guru-guru mereka. Biasanya di Perancis, kalau memasuki ruangan pasti ada tempat untuk menaruh jaket di gantungan-gantungan. Jaket-jaket anak-anak itu digantung di dekat pintu masuk kapela. Mereka begitu teratur. Saat keluar kapela mereka berdua-berdua saling berpegangan tangan untuk menjaga ketertiban di jalan raya. Biasanya ada satu guru di depan, dan guru lain di belakang. Pemandangan begitu tampak di mana-mana di Perancis, untuk usia anak Sekolah Dasar. Selalu ada guru yang mendampingi dengan jalan berbaris berpegang tangan berdua-dua.
Yang bertugas memimpin misa setiap hari kamis pagi dalam masa advent ini adalah Rm. Charles, Pr. Dia adalah imam projo keuskupan Angers yang sudah tinggal di rumah retret tetapi masih sangat aktif. Dia berusaha memimpin misa dengan memperhatikan kemampuan anak-anak dalam menyerap bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari yang bersangkutan.
Yang membuat saya begitu merasa berkesan adalah kemampuan anak-anak itu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh pastor Charles. Cara menjawab anak-anak di Perancis tidak « jawab gaya koor » alias bersamaan, tetapi dengan cara mengangkat tangan. Kalau dipersilahkan untuk menjawab barulah mereka menjawab. Kalau tidak, mereka hanya angkat tangan. Gaya disiplin begitu tampak.
Saya bertanya kepada pastor paroki, St. Joseph Angers, pada hari kamis minggu pertama masa advent “Mengapa ada banyak anak kecil masuk ikut misa hari kamis itu, tidak seperti biasanya?” Dia menjawab, dalam masa advent dan masa prapaskah ada kebiasaan anak sekolah dasar KATOLIK di sekitar paroki itu hadir dalam misa pagi pada setiap hari kamis. Bagi saya sangat inspiratif, apalagi di Perancis mereka yang disebut katolik praktik hanya 5 %.
Tadi siang pastor paroki St. Joseph Angers, Martin, Sebastian dan saya makan siang di rumah bapak Piere Bouvait (seorang bapak yang pernah ketemu saya di salah tempat dekat tempat brocante-Angers). Anak mantunya tinggal berdekatan dengan rumah mereka. Anak mantunya itu menangani kegiatan animasi untuk anak-anak kecil berumur 4-8 tahun. Tadi dia datang ke rumah bapak Piere Bouvait untuk memberi tahu kepada pastor Martin, Sebastian, dan saya agar kalau bisa memberi ajaran-ajaran praktis untuk anak-anak itu  pada tanggal 7 Januari 2017 nanti. Kami menyetujui permintaannya. Yah begitulah “Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah r  yang empunya Kerajaan Allah (Mark 10:4).
Saya berpikir dengan adanya tenaga-tenaga yang kreatif dan selalu siap sedia membagi waktu bagi anak-anak, sudah pasti gereja di Perancis tetap hidup. Semoga kelak, ketika di Issoudun, kami bisa menerapkan gaya yang sama di salah satu sekolah katolik persis di belakang biara MSC Issoudun. Semoga. AMIN

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TANDA-TANDA KEHADIRAN ALLAH DALAM HIDUP: SEBUAH PERMENUNGAN!

Saya yakin bahwa tidak seorang pun dari kita yang pernah melihat Tuhan. Ketika seseorang berkata, " Saya percaya kepada Tuhan ," dia tidak mengatakan bahwa dia memiliki bukti keberadaan Tuhan, tetapi bahwa dia memiliki iman kepadaNya. Kata " iman " berarti "percaya." Orang-orang yang percaya adalah orang-orang yang bersatu dengan Tuhan. Mereka mengalami kehadiranNya dalam hidup mereka. Mereka tidak percaya pada transendensi sederhana, atau energi, kekuatan yang tak terlihat ... tetapi mereka percaya kepada SESEORANG yang berbicara kepada mereka secara pribadi, melalui peristiwa-peristiwa hidup mereka, dalam pengalaman batin mereka. Tuhan sering dilambangkan dengan cahaya. Seperti matahari, yang tidak bisa saya tatap secara langsung, tetapi yang menerangi apa yang mengelilingi saya, Tuhan, yang tidak saya lihat, menerangi keberadaan saya dengan memberi saya "tanda-tanda" kehadiran-Nya.  Sejak awal, Tuhan berbicara kepada manusia

MENGENAL TAREKAT RGS-ANGERS

Pada hari ini, 15 Desember 2016, kami makan siang di rumah biara tempat lahirnya tarekat Kongregasi Bunda Pengasih Gembala Baik ( juga dikenal sebagai Good Shepherd Sisters – RGS ). Letaknya tidak jauh dari pastoran Santo Yoseph Angers. Pastor Gilles Crand, Pr mengantar P. Sebastian, P. Martin dan saya untuk makan siang di rumah biara yang besar itu . Komunitas itu hanya dihuni oleh 12 orang suster dari berbagai negara, yakni: India, Irlandia, Swiss, Peru, Costarika, Colombia, dan Perancis. Walaupun di biara pusatnya itu hanya dihuni oleh 12 suster, namun tarekat yang lahir di kota Angers itu, sudah menyebar di berbagai negara di dunia. Saya bertanya kepada salah satu suster asal India yang bertugas di situ mengenai jumlah anggota di seluruh dunia.   Dia mengatakan bahwa   kongregasi internasional dalam Gereja Katolik Roma itu, dulu anggotanya hampir 10,000 orang di dunia. Saat ini kira-kira hampir 4.000 hadir di 72 negara di lima benua, termasuk di Indonesia. Kongregasi

SEORANG DUDA BISA MENJADI IMAM?

P. de Vaugelas adalah seorang pastor projo keuskupan agung Bourges-Perancis Tengah.   Dia sebelumnya adalah seorang bapa keluarga yang memiliki pekerjaan top di salah satu bank Amerika di Paris. Selama masa kerja dia sudah berkeliling dunia, termasuk Indonesia. Waktu luang pun dia pernah habiskan untuk masuk dalam sekolah special di Chateroux untuk menjadi pilot. Dia jalankan itu dengan baik, dan mampu menjadi pilot dalam masa belajar hanya dalam satu tahun saja. “Saya kalau mengemudi mobil, tangan selalu siap sedia di bagiaan rem tangan, dll. Itu semua karena saya terbiasa menjadi pilot,” katanya kepadaku saat kami kembali dari l’abbey Fontgombault pada awal bulan April 2017. Yang menarik buat saya adalah sejak istrinya meninggal dia banyak berefleksi untuk menjadi imam. Dalam usianya yang tidak lagi muda (69 tahun), dia tetap rendah hati untuk meminta bimbingan rohani, termasuk meminta bimbingan rohani kepada salah satu konfrater MSC di Issoudun, Alfred Bours, MSC. Dia jug