Langsung ke konten utama

RAYAKAN HUT DENGAN BERZIARAH KE TEMPAT SUCI




Saya rayakan HUT saya di kota Paris. Sejak hari kemarin bersama dengan kedua konfrater MSC asal India serta pastor paroki St. Joseph Angers kami ke Paris.
Pada hari ini saya memulai hariku dengan doa dan meditasi. Suasana pagi yang masih hening dan dingin tidak mematahkan semangatku untuk bangun pagi serta bersemadi di hadapan Allah. Saya mensyukuri segalah rahmat yang saya terima selama satu tahun yang telah lewat. Dalam satu tahun yang telah lewat saya banyak menerima rahmat Tuhan. Tak terhitung banyaknya. Teristimewa saya boleh menerima rahmat tahbisan suci di kampung halamanku, Maunori.

Saya mensyukuri semuanya itu dalam doa-doaku. Pastor Paroki St. Joseph Angers yang sebelumnya pernah studi di kota Paris menjadi guide untuk kami pada hari ini. Sekitar jam 9:30 kami minum kopi pagi di  Le Balzac Café - Restaurant français - Foursquare, tidak jauh dari tempat tinggal kami yakni di Avenue de Friedland, 75008 Paris. Setelah itu kami langsung naik metro ke arah menara Eiffel. Kami menikmati pemandangan menara Eiffel selama kurang lebih dua jam.

Kemudian kami jalan kaki menuju ligne metro n°6, station « Bir-hakeim » untuk berangkat  ke komunitas Les Missions étrangères de Paris (MEP). Komunitas itu berada di kawasan  rue du Bac nomor 128 di kota Paris. Kami disambut oleh dua pastor projo yang tinggal di MEP yakni Rm. Kornelis Anjarsi, pr, asal keuskupan Tanjung Karang dan romo Rm. Predip, pr. yang berasal dari Srilangka.  Karena kami datang hampir jam makan siang, maka kami pun langsung diarahkan ke arah ruang makan komunitas itu. Yang tinggal di komunitas itu tidak hanya para anggota MEP tetapi juga para pastor projo benua Asia dan sekitarnya yang studi di Paris dan dibiayai oleh MEP. Senang rasanya saya berada di antara mereka semua. Saat makan siang kira-kira 90-an orang, termasuk ada satu pastor projo Amboina dan dua pastor projo dari keuskupan Purwokerto.

Hari ini adalah pesta bagi MEP. St. Fransiskus Xaverius bagi MEP adalah pelindung kongregasi mereka. Sebagaimana pesta pada umumnya di Perancis, acara makan lebih lama dan makanan lebih variasi dengan tahap-tahapnya.  Oh yah,,,seperti biasa kalau hendak makan siang di rumah atau komunitas lain, pasti butuh reserved atau pesan terlebih dahulu. Makan siang pastor Gilles, Martin, Sebastian, dan saya di komunitas MEP sudah dipesan sebelumnya. Pasti lebih gampang karena beberapa pastor projo Asia yang tinggal di komunitas itu sudah mengenal kami. Kami pernah sama-sama tinggal di komunitas CM “Maison du Missionaire Vichy” untuk studi bahasa Perancis di CAVILAM. Boleh dibilang kami adalah teman seperjuangan untuk mendalami bahasa Perancis.

Di ruang makan yang besar itu, kami duduk di meja yang sudah dipesan. Ada dua meja untuk kami. Martin dan saya duduk satu meja dengan romo Jimy asal Birmani, Rm. Toa asal Vietnam, serta Rm. Predip asal Srilangka. Sedangkan pastor Sebastian dan pastor Gilles duduk dengan para pastor lainnya di meja sebelah kami. Kami makan dalam suasana suka cita. Apalagi teman-teman projo asal Asia yang belajar bahasa Perancis dengan kami di Vichy tahu bahwa hari itu adalah hari ulang tahun saya. Mereka buat seolah-olah pesta “pelindung MEP” hari itu adalah pesta ulang tahunku. Sambil bercanda mereka berkata:”luar biasa Yongky hari ini….pesta ulang tahun banyak undangan dan banyak pastor….dan pesta internasional.” Mereka mulai hitung kewarganegaraan yang ada di ruang makan. Lebih dari 20 negara. Yahh begitulah teman-teman lama, begitu hangat dan ramah. Mereka mengenal saya saat saya masih diakon. Dan mereka ketemu lagi saya ketika saya sudah menjadi imam. Mereka meminta berkat dan doa, serta mengingat lagi kisah ketika saya masih menjadi diakon di Vichy. Saya selalu hadir sebagai diakon saat misa harian. Dengan lagu andalan diakon saat setelah berkat penutup:” Allez dans la paix du christ. » Dan mereka menjawab « Nous rendons grâce à Dieu. »

Setelah makan siang kami jalan-jalan di taman komunitas MEP. Taman itu adalah taman milik pribadi terbesar di Paris. Kami bersenda-gurau di taman itu. Sambil mengenang moment indah kebersamaan kami saat masih di Vichy. Saat itu di taman itu ada banyak anak sekolah yang bermain-main. Hampir tidak ada pohon yang memiliki daun. Semuanya sudah gugur. Maklum musim gugur hampir berlalu dan rasa dingin musim dingin semakin menusuk kulit. Tak heran kami semua membungkus tubuh kami dengan jaket tebal-tebal.

Setelah menikmati taman dalam indahnya musim gugur, kami masuk ke arah kapela MEP dan selanjutnya ke arah museum dan toko buku MEP. Seorang penjaga museum MEP berparas Asia berbicara sangat lancar bahasa Perancis. Saya mengira dia berasal dari Vietnam. Maklum di Perancis ada banyak orang Vietnam. Setelah berbicara beberapa saat dalam bahasa perancis, dia bertanya apakah saya berasal dari Madagaskar. Saya jawab berasal dari Indonesia. Dia pun langsung sambung pakai bahasa Indonesia. Dia mengatakan bahwa dirinya berasal dari Bandung. Ohhh wong Bandung toh….ohh orang Thionghoa Bandung. Makanya saya mengira dia berasal dari Vietnam. Kami pun bercerita beberapa saat dalam bahasa Indonesia. Yang menarik adalah bahwa di museum itu ada banyak relikwi para martir MEP yang wafat membela imam di daerah Asia teristimewa di Vietnam dan Korea serta China. Ada gambar-gambar bagaimana para martir itu dibunuh. Begitu sadis. Tapi itulah para martir. Berani wafat demi iman kepada Yesus Kristus. Saya bercanda kepada pastor-pastor asal Asia itu:” kawan-kawan, kamu semua tinggal di komunitas ini. Rajin-rajinlah kunjung ke museum ini. Biar terjangkit semangat kemartiran”. Mereka menyambut candaan saya dengan senyum dan ketawa-ketiwi.

Tibalah saatnya kami berpisah. Rm. Predip asal Srilangka memutuskan untuk mengantar kami ke arah La chapelle Notre-Dame de la Médaille miraculeuse, atau chapelle de la rue du Bac. Jaraknya hanya 40 meter dari komunitas MEP. Selalu ada para peziarah dari berbagai negara di seluruh dunia di kapela itu. Santa  Catherine LABOURÉ mengalami penampakan Bunda Maria dan mendapat révélation de la Médaille Miraculeuse di kapela tersebut. Catherine Laboure mengatakan bahwa pada malam tanggal 19 Juli 1830, peringatan St. Vincent, dia terbangun oleh seorang anak yang mengatakan, "Suster, semua orang tidur dengan nyenyak; datanglah ke kapel; Bunda Maria menunggumu. "Percaya akan mimpi itu, Catherine bangun, berpakaian dan mengikuti suara anak itu dengan sinar cahaya ke mana pun ia pergi. " Setibanya di kapel, Catherine mendengar segera suara gemerisik gaun sutra." Bunda Maria ada di sana, megah, dan berbicara dengan dia selama dua jam, dia percaya bahwa  Allah  memiliki misi yang sulit untuknya. Pada tanggal 27November 1830, Catherine mengatakan bahwa Santa Perawan datang selama meditasi malam. Bunda Maria berdiri di bola dunia, menginjak-injak ular dan mengenakan cincin warna yang berbeda dari yang sinar cahaya muncul di dunia. Muncul sekitarnya kata-kata "O Mary dikandung tanpa dosa, doakanlah kami yang meminta bantuan kepada engkau," dan Bunda Maria mengatakan: "Ini adalah gambar dari rahmat yang dia tuangkan bagi orang yang meminta kepadanya. Catherine kemudian mendengar Maria memintanya untuk membawa gambar-gambar ini untuk pengakuan dia, menyuruhnya untuk mengenakan medali itu karena "semua orang yang memakainya akan menerima rahmat ini."

Bersama para peziarah lainnya kami berdoa dalam suasana hening dalam kapela itu. Saya maju ke bagian depan dan di dekat jenasah Santa  Catherine LABOURÉ, saya  berdoa untuk segala ujud termasuk syukur atas hari ulang tahunku. Setelah itu kami  menuju kepala rumah induk kongregasi CM yang tidak jauh dari La chapelle Notre-Dame de la Médaille miraculeuse. Di kapela rumah induk CM ada jenasah utuh St. Vinsentius de Paul. Sebelum melihat jenasah dalam kaca dari santo tersebut, saya doa sejenak. Kemudian naik ke arah altar untuk melihat dari dekat jenasah utuh santo itu.

Setelah mengucapkan selamat berpisah dengan Rm. Predip kami naik metro ke arah  Basilika Hati Kudus (La basilique du Sacré-Cœur), di bukit Montmartre, di distrik Clignancourt 18 arondisemen Paris. Basilica itu dibangun pada tahun 1870. Dengan hampir sebelas juta peziarah dan pengunjung setiap tahun, basilika itu adalah monumen keagamaan Paris kedua yang paling banyak dikunjungi setelah la cathédrale Notre-Dame de Paris. Setelah beberapa lama di situ, kami menutup hari kedua kami di Paris dengan mengunjungi la cathédrale Notre-Dame de Paris. Selanjutnya  kami makan malam di restaurant  India, tidak jauh dari katedral itu. Saya memesan “briyani” alias nasi khas India.

Setelah makan malam kami kembali ke penginapan kami dalam suasana hati penuh suka cita. Terima kasih semuanya. Saya bersyukur, pada hari ulang tahunku saya diliputi suasana penuh cinta dan teristimewa boleh berziarah secara spiritual di tempat-tempat suci, untuk bermenung bersama para martir, santa Santa  Catherine LABOURÉ dan santo Vinsentius de Paul.

 

 

Top of Form

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TANDA-TANDA KEHADIRAN ALLAH DALAM HIDUP: SEBUAH PERMENUNGAN!

Saya yakin bahwa tidak seorang pun dari kita yang pernah melihat Tuhan. Ketika seseorang berkata, " Saya percaya kepada Tuhan ," dia tidak mengatakan bahwa dia memiliki bukti keberadaan Tuhan, tetapi bahwa dia memiliki iman kepadaNya. Kata " iman " berarti "percaya." Orang-orang yang percaya adalah orang-orang yang bersatu dengan Tuhan. Mereka mengalami kehadiranNya dalam hidup mereka. Mereka tidak percaya pada transendensi sederhana, atau energi, kekuatan yang tak terlihat ... tetapi mereka percaya kepada SESEORANG yang berbicara kepada mereka secara pribadi, melalui peristiwa-peristiwa hidup mereka, dalam pengalaman batin mereka. Tuhan sering dilambangkan dengan cahaya. Seperti matahari, yang tidak bisa saya tatap secara langsung, tetapi yang menerangi apa yang mengelilingi saya, Tuhan, yang tidak saya lihat, menerangi keberadaan saya dengan memberi saya "tanda-tanda" kehadiran-Nya.  Sejak awal, Tuhan berbicara kepada manusia

MENGENAL TAREKAT RGS-ANGERS

Pada hari ini, 15 Desember 2016, kami makan siang di rumah biara tempat lahirnya tarekat Kongregasi Bunda Pengasih Gembala Baik ( juga dikenal sebagai Good Shepherd Sisters – RGS ). Letaknya tidak jauh dari pastoran Santo Yoseph Angers. Pastor Gilles Crand, Pr mengantar P. Sebastian, P. Martin dan saya untuk makan siang di rumah biara yang besar itu . Komunitas itu hanya dihuni oleh 12 orang suster dari berbagai negara, yakni: India, Irlandia, Swiss, Peru, Costarika, Colombia, dan Perancis. Walaupun di biara pusatnya itu hanya dihuni oleh 12 suster, namun tarekat yang lahir di kota Angers itu, sudah menyebar di berbagai negara di dunia. Saya bertanya kepada salah satu suster asal India yang bertugas di situ mengenai jumlah anggota di seluruh dunia.   Dia mengatakan bahwa   kongregasi internasional dalam Gereja Katolik Roma itu, dulu anggotanya hampir 10,000 orang di dunia. Saat ini kira-kira hampir 4.000 hadir di 72 negara di lima benua, termasuk di Indonesia. Kongregasi

SEORANG DUDA BISA MENJADI IMAM?

P. de Vaugelas adalah seorang pastor projo keuskupan agung Bourges-Perancis Tengah.   Dia sebelumnya adalah seorang bapa keluarga yang memiliki pekerjaan top di salah satu bank Amerika di Paris. Selama masa kerja dia sudah berkeliling dunia, termasuk Indonesia. Waktu luang pun dia pernah habiskan untuk masuk dalam sekolah special di Chateroux untuk menjadi pilot. Dia jalankan itu dengan baik, dan mampu menjadi pilot dalam masa belajar hanya dalam satu tahun saja. “Saya kalau mengemudi mobil, tangan selalu siap sedia di bagiaan rem tangan, dll. Itu semua karena saya terbiasa menjadi pilot,” katanya kepadaku saat kami kembali dari l’abbey Fontgombault pada awal bulan April 2017. Yang menarik buat saya adalah sejak istrinya meninggal dia banyak berefleksi untuk menjadi imam. Dalam usianya yang tidak lagi muda (69 tahun), dia tetap rendah hati untuk meminta bimbingan rohani, termasuk meminta bimbingan rohani kepada salah satu konfrater MSC di Issoudun, Alfred Bours, MSC. Dia jug