Oma yang memanggilku "ANAKKU" |
Hari
ini secara resmi masuk dalam musim dingin, walaupun rasa dingin sudah mulai
terasa pada minggu-minggu terakhir musim gugur. Saya jalani
kegiatan harian seperti biasanya: mengikuti doa pagi di Crypt Jules Chevalier dan
selanjutnya pada siang hari mengikuti misa harian, dan pada sore hari mengikuti
doa Rosario bersama dengan para konfrater dan umat yang hadir.
Hal
yang menarik pada hari ini adalah mengenai undangan seorang oma kepadaku.
Setelah misa, seorang oma bertemu dengan saya dan mengundang saya serta
bebepara konfrater yang lain agar bisa ikut serta dalam makan siang bersama
keluarganya pada tanggal 28 Desember 2016 nanti. Namun saya berkata kepada oma itu
bahwa pada tanggal itu saya akan berada di Vichy untuk memimpin perayaan ekaristi
di “maison du missionnaire” untuk para
biarawan CM. Akhirnya kami bersepakat bahwa makan siang bersama dengan keluarga
itu dilaksanakan pada tanggal 29 Desember 2016.
Hari
Minggu advent ke-4 baru-baru oma itu bersama dengan suaminya serta cucu
perempuannya yang cantik datang menghadiri misa. Setelah misa dia datang menghampiri saya dan berkata:”c’est mon fils” (ini adalah putraku). Dia
berkata ini adalah putraku karena dia
melihat foto saya bersama dirinya dan suaminya di majalah Annales d’Issoudun edisi Desember 2016. Foto itu diambil pada
tanggal 5 September 2016 lalu ketika saya merayakan misa pertama saya di
Basilika Issoudun. Pada saat itu, selesai misa, kami
bersalam-salaman di halaman basilika Issoudun. Pastor Daniel dengan kameranya “mem-paparasi”
saya ketika saya bertemu dan berbicara dengan umat termasuk oma itu. Wah
ternyata foto itu begitu menyentuh hati oma itu. Yang menarik adalah bahwa oma
itu setiap hari rajin mengikuti misa harian bersama dengan suaminya. Itu
berarti setiap hari nanti kami akan selalu ketemu. Dan sudah pasti dia akan
selalu berdoa untuk saya dalam jalan panggilanku ini karena dia mengganggap
bahwa saya adalah “anaknya”.
Hari
ini juga bersama dengan dua konfrater MSC India (Martin dan Sebastian) serta
Pastor Daniel, kami membuat kandang natal persis di sebelah mimbar bacaan basilica
Issoudun. Sebelum kerja kandang itu, Pastor Daniel berkata”idenya adalah Sabda
menjadi daging dan tinggal di antara kita”. Jadi buat saja di dekat mimbar
bacaan. Kami membuat kandang itu
se-simple mungkin. Kandang itu dibaluti dengan kain negara Kameron.
Untuk menaruh patung St. Joseph dan St. Maria dll dialasi dengan kain yang
mirip dengan kain adat Batak. Sebelum meletakan kain adat itu, pastor Daniel
bertanya apakah itu berasal dari Indonesia. Saya jawab:” itu mungkin dari
Batak, Indonesia” heheh..Belum rasa yakin siee…soalanya saya orang Flores dan
belum pernah melihat secara langsung kain adat “Ulos” Batak. Hanya butuh waktu
1 jam untuk mengerjakan kandang natal itu, yakni pukul 15.00-14.00. Bruder
Simon pada akhir pengerjaan datang memberi apresiasi, katanya bagus. Dia akan
melengkapi kandan natal itu dengan lampu-lampu. Setiap tahun, biasa dialah yang
mengerjakan kandang natal. Kali ini dia memberi kebebasan dan kreatifitas bagi kami
anak-anak muda. wkwkwkw……….
.
Komentar
Posting Komentar