Langsung ke konten utama

CHANDELEUR - La fête de la Chandeleur.


Pada tanggal 2 Februari 2015, pukul 17.00 saya pergi ke Gereja St. Blaise Vichy untuk perayaan ekaristi. Pada hari itu ada dua moment penting, yakni hari raya Yesus dipersembahkan di Bait Allah dan Penutupan Tahun Hidup Bakti. Saya ikut serta dalam perayaan ekaristi di Gereja St. Blaise bersama dengan para imam lainnya (yang juga belajar bahasa Perancis, yakni 1 imam projo dari Srilangka, 2 imam projo India, 2 imam projo dari Argentina, 1 imam projo dari Madagascar, dan 1 imam Lazaris dari Polandia dan 2 imam msc asal India). Di samping itu ada bebepara imam asal Perancis yang bertugas di Gereja St. Blaise Vichy.



Pada hari itu saya  mengalami pertama kali tradisi katolik orang Perancis yang disebut dengan CHANDELEUR - La fête de la Chandeleur. Nama perayaan itu berasal dari kata des "chandelles" yang berarti " lilin ".  Dalam bahasa latin disebut" Festa candelarum". Dalam misa hari ini yakni pada saat perayaan masuk para imam, misdinar, diakon serta semua umat memegang lilin. Orang Perancis mengikuti tradisi yang jauh sebelumnya terjadi di Roma yakni sejak abad ketujuh di Roma ada prosesi tobat yang dimulai pada waktu fajar dengan cahaya lilin. Prosesi ini mewakili perjalanan Yusuf, Maria dan bayi untuk pergi ke Bait Allah di  Yerusalem. Cahaya lilin tidak lain juga mengingatkan kita akan "cahaya " yang dicurahkan oleh Kristus dan merupakan simbol pembaharuan iman. Di samping itu adalah simbol kemurnian Perawan Maria. Dalam liturgi katolik, Candlemas ditetapkan pada pada tanggal 2 Februari yaitu 40 hari setelah Natal 24 Desember. Tanggal tersebut dianggap mewakili episode Alkitab: Presentasi Yesus di Bait Allah.   

Sejak abad keempat, perayaan kelahiran Kristus secara tetap dirayakan setiap  25 Desember. Candlemas secara tetap dirayakan empat puluh hari setelah Natal, yakni pada tanggal 2 Februari dalam tradisi Katolik. Gereja Anglikan merayakannya pada hari Minggu sebelum atau sesudah tanggal tersebut. Untuk Ortodoks, yang telah mempertahankan kalender Julian, perayaannya berlangsung pada 14 Februari 

Bagi orang Katolik, 2 Februari sesuai dengan episode Alkitab: Presentasi Yesus di Bait Allah. Hal ini diriwayatkan oleh penginjil Lukas: "Ketika hari yang ditetapkan oleh hukum Musa untuk pemurnian, orang tua Yesus membawa Yesus ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan seperti yang tertulis dalam hukum: Sebagai yang pertama lahir laki-laki akan dipersembahkan untuk Tuhan. " Simeon yang berada di Bait Allah mengakui "sisi keilahian" Yesus. Dia menyatakan bahwa Yesus adalah terang dunia dan akan menjadi tanda kontradiksi ("Nunc dimittis" Simeon lagu). Pria itu melihat Yesus sebagai "cahaya" yang mencerahkan bangsa-bangsa lain. Banyak pelukis, seperti Fra Bartolomeo, Hans Holbein, Philippe de Champaigne, Vouet Simon melukis kisah Yesus dipersembahkan di Bait Allah.   

Pada hari itu dalam tradisi orang Perancis ada jenis kukis yang disebut des crêpes. Di jalan-jalan ada orang yang menjual des crêpes, persis seperti gaya jual martabak di Manado. Bentuk kukis adalah bulat. Pada makan siang hari ini saya sempat makan des crêpes di maison du missionarie.  Menurut kepercayaan populer orang Perancis, des crêpes adalah symbol  matahari. Pada awal Februari, matahari terbit lebih awal dan terbenam lebih lama (panjang hari mendapat lebih dari 3 menit sehari). Yesus yang dipersembahkan di Bait Allah adalah sang terang, Dialah sang Matahari sejati.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TANDA-TANDA KEHADIRAN ALLAH DALAM HIDUP: SEBUAH PERMENUNGAN!

Saya yakin bahwa tidak seorang pun dari kita yang pernah melihat Tuhan. Ketika seseorang berkata, " Saya percaya kepada Tuhan ," dia tidak mengatakan bahwa dia memiliki bukti keberadaan Tuhan, tetapi bahwa dia memiliki iman kepadaNya. Kata " iman " berarti "percaya." Orang-orang yang percaya adalah orang-orang yang bersatu dengan Tuhan. Mereka mengalami kehadiranNya dalam hidup mereka. Mereka tidak percaya pada transendensi sederhana, atau energi, kekuatan yang tak terlihat ... tetapi mereka percaya kepada SESEORANG yang berbicara kepada mereka secara pribadi, melalui peristiwa-peristiwa hidup mereka, dalam pengalaman batin mereka. Tuhan sering dilambangkan dengan cahaya. Seperti matahari, yang tidak bisa saya tatap secara langsung, tetapi yang menerangi apa yang mengelilingi saya, Tuhan, yang tidak saya lihat, menerangi keberadaan saya dengan memberi saya "tanda-tanda" kehadiran-Nya.  Sejak awal, Tuhan berbicara kepada manusia

MENGENAL TAREKAT RGS-ANGERS

Pada hari ini, 15 Desember 2016, kami makan siang di rumah biara tempat lahirnya tarekat Kongregasi Bunda Pengasih Gembala Baik ( juga dikenal sebagai Good Shepherd Sisters – RGS ). Letaknya tidak jauh dari pastoran Santo Yoseph Angers. Pastor Gilles Crand, Pr mengantar P. Sebastian, P. Martin dan saya untuk makan siang di rumah biara yang besar itu . Komunitas itu hanya dihuni oleh 12 orang suster dari berbagai negara, yakni: India, Irlandia, Swiss, Peru, Costarika, Colombia, dan Perancis. Walaupun di biara pusatnya itu hanya dihuni oleh 12 suster, namun tarekat yang lahir di kota Angers itu, sudah menyebar di berbagai negara di dunia. Saya bertanya kepada salah satu suster asal India yang bertugas di situ mengenai jumlah anggota di seluruh dunia.   Dia mengatakan bahwa   kongregasi internasional dalam Gereja Katolik Roma itu, dulu anggotanya hampir 10,000 orang di dunia. Saat ini kira-kira hampir 4.000 hadir di 72 negara di lima benua, termasuk di Indonesia. Kongregasi

SEORANG DUDA BISA MENJADI IMAM?

P. de Vaugelas adalah seorang pastor projo keuskupan agung Bourges-Perancis Tengah.   Dia sebelumnya adalah seorang bapa keluarga yang memiliki pekerjaan top di salah satu bank Amerika di Paris. Selama masa kerja dia sudah berkeliling dunia, termasuk Indonesia. Waktu luang pun dia pernah habiskan untuk masuk dalam sekolah special di Chateroux untuk menjadi pilot. Dia jalankan itu dengan baik, dan mampu menjadi pilot dalam masa belajar hanya dalam satu tahun saja. “Saya kalau mengemudi mobil, tangan selalu siap sedia di bagiaan rem tangan, dll. Itu semua karena saya terbiasa menjadi pilot,” katanya kepadaku saat kami kembali dari l’abbey Fontgombault pada awal bulan April 2017. Yang menarik buat saya adalah sejak istrinya meninggal dia banyak berefleksi untuk menjadi imam. Dalam usianya yang tidak lagi muda (69 tahun), dia tetap rendah hati untuk meminta bimbingan rohani, termasuk meminta bimbingan rohani kepada salah satu konfrater MSC di Issoudun, Alfred Bours, MSC. Dia jug