Ketika
di belahan dunia lain, yakni di Amerika ada euphoria bagi yang pro serta
penolakan bagi yang kontra atas terpilihnya Donal Trump sebagai presiden
Amerika, pada hari ini di Perancis diadakan peringatan kenegaraan PD I. BMTV
memuat berita bahwa Presiden Francois Holland memimpin upacara peringatan itu
untuk terakhir kalinya dalam masa kepresidenannya pada hari ini di kota Paris. Yah
maklum tahun depan akan ada pemilihan umum di Perancis untuk memilih presiden
yang baru.
Sejak tadi malam pastor paroki St. Joseph
Angers (Pastor Gilles Crand) mengundang Sebastian dan saya agar bisa
berpartisipasi dalam kegiatan peringatan berakhirnya PD I untuk tingkat kota
Angers. Saya mengiyakannya, karena jaraknya hanya beberapa meter dari pastoran
tempat kami tinggal. Pada hari ini tepat
pukul 11 siang, diadakan upacara kenegaraan di kota Angers. Ada banyak polisi
dan tentara, para pegawai dan warga yang memadati “alun-alun” di mana terdapat monument
untuk mengenangkan para pahlawan yang
telah gugur di medan pertempuran demi membela negara Perancis. Pastor Gilles
Crand, Sebastian, MSC serta saya masuk dalam bagian tempat undangan. Tempat duduk
cukup strategis alias di depan sehingga bisa menyaksikan semua acaara
kenegaraan yang berlangsung selama kurang lebih 1,5 jam,
Saya
sungguh menikmati acara hari ini, karena ini baru pertama kali saya bisa
mengikuti acara seperti ini. Tidak semua orang bisa akses masuk ke dalam karena
ada pagar besi yang dijaga oleh para polisi. Di luar pagar banyak yang juga
ikut menonton. Syukurlah bahwa kami bisa masuk ke dalam tempat undangan khusus.
Di sana-sani ada banyak fotografi yang siap sedia dengan kamera mereka.
Acara
kenegaraan itu hampir sama dengan apel bendera, hanya tidak ada penaikan
bendera seperti di Indonesia. Lagu nasional dinyanyikan oleh sekelompok anak
sekolah di tribun khusus di belakang kami. Acara selama 1.5 jam itu diantaranya ada pembacaan surat dari seorang
prajurit kepada orang tuanya pada masa perang dunia pertama,…wah pasti sangat
mengaruhkan karena berkisah tentang penderitaan selama perang..di samping itu
ada peletakan karangan bunga di monument para pahlawan oleh walikota serta
prefektur, penyematan medali untuk para pegawai yang dianggap berjasa demi
negara sebagai bentuk apresiasi, penghormatan bendera, pelepasan burung merpati sebagai symbol perdamaian.
Beberapa saat saat setelah
pelepasan burung merpati, tiba-tiba terdengar bunyi pesawat melewati tempat
upacara itu. Saya bertanya kepada pastor Gilles, “ada apa itu? Ternyata acara
terjung payung juga masuk dalam bagian kegiatan peringatan itu. Ada 4 tentara yang dengan sangat lihai terjun
dengan parasut mereka. Tentu ini menjadi tontonan yang sangat-sangat menanarik.
Ketika pesawat lewat, prajurit itu satu-persatu keluar dari pesawat dan
membentangkan parasut mereka yang berwarna putih. Mereka mengibarkan bendera
Perancis selama di udara. Dan akhirnya mendarat satu-persatu persis di tempat
upacara. Ketika semua sudah selesai mendarat walikota memberi selamat kepada
mereka.
Sebelum
upacara selesai ada penghoramatan bendera Perancis. Bendera tidak dinaikan
sudah diikat pada tongkat khusus yang dipegang oleh seorang serdadu selama
upacara berlangsung. Pada saat untuk memberi penghormatan kepada bendera para
serdadu itu maju ke tengah-tengah lapangan upacara dengan gaya militer. Upacara
diiringi oleh drum band kenegaraan yang persis berhadapan dengan barisan para
undangan.
Setelah
upacara tersebut, kami berjumpa dengan beberapa umat dan juga uskup serta
vikaris general keuskupan Angers. Kami juga bertemu dengan beberapa tentara
yang adalah umat paroki St. Joseph Angers yang masih mengenakan pakaian resmi
kenegaraan. Pastor Gilles, yang adalah mantan dosen liturgy di seminari Nantes
berkomentardan sedikit berguyon:”acara kenegaraan seperti itu adalah liturgy awam
gaya baru” dalam negara yang sekular seperti ini. Seorang Kolonel yang
masih mengenakan pakaian kebesarannya bertemu dengan kami dan bercakap-cakap
sejenak. Dia akhirnya mengundang kami agar suatu waktu bisa makan malam di
rumahnya.
Komentar
Posting Komentar