Langsung ke konten utama

PERTAMA KALI....SERBA TIDAK TAHU



TERINGAT lagi pengalamanku saat bepergiaan sendiri menggunakan kereta di Perancis untuk pertama kalinya. Hari itu tepatnya, Sabtu 21 November 2015, saya berangkat dari kota Vichy menuju Issodun. Untuk bisa sampai ke Issoudun saya harus naik kerete dari Vichy-Nevers. Dari Nevers saya mengambil kerete menuju Vierzon. Dari Vierzon ke Issoudun saya naik mobil. Bruder Lionel menjemput saya di Vierzon. Sebenarnya ada juga kereta dari Vichy ke Issoudun, tetapi pada hari itu rutenya harus melewati Paris. Pastil lebih mahal dan lebih jauh. Oleh karena itu, saya memilih kareta Vichy-Vierzons karena lebih murah dan lebih dekat. Saya berangkat dari Vichy jam 11:05 dan sampai di Vierzon jam 13:30. Agak lama karena di Nevers transit selama 30 menit.

Karena bepergian sendirian untuk pertama kalinya di Perancis dengan menggunakan kerete, maka pasti serba tidak tahu. Konsekuensinya adalah bertanya kepada orang-orang agar tidak tersesat. Saya tiba di stasion kareta kota Vichy, 30 menit sebelum keberangkatan. Dari Maison du missionaire VICHY saya berjalan kaki dengan ransel di punggungku, dan tentu dengan memakai sweater tebal dan long john. Maklum suhu pagi itu dingin dan berangin. Di stasion kareta kota Vichy, mula-mula saya bertanya kepada petugas rel kereta mengenai bagaimana saya bisa mengakses kereta nanti ke Vierzon. Dia bilang tidak tahu dan memberi saran agar saya pergi ke pegawai stasion kareta. Saya tidak pergi ke pegawai stasion, saya memilih untuk bertanya kepada seorang anak muda afrika yang saat itu ada di dekat saya. Dia pun bilang tidak tahu. Dia memberi saran agar saya bertanya kepada seorang remaja putri yang saat itu tengah berdiri di dekat pemanas ruangan di stasion kareta. Saya pun menghampiri remaja putri itu dan bercakap-cakap dengannya. Selama kurang lebih 20 menit kami bercakap-cakap. Lumayan untuk membiasakan diri berbicara bahasa Perancis. Ehh ternyata dia menguasai dengan baik soal bepergian dengan kereta dan memberi keterengan-keterangan. Dia juga  mau pergi ke kota Nevers namun dia di gerbong 02 dan saya di gerbong 06. Tibalah saatnya untuk keluar dari stasion, ketika kareta hampir datang. Si remaja putri itu juga membantu saya untuk memasukan tiket ke salah satu alat (untuk mendapat cap). Setelah itu kami keluar sama-sama dari stasion dan dia menunjukkan kepada saya posisi gerbong 06…la voiture 06 est la ba….dan saya pun menjawab oui, merci beaucoup….(gerbong 6 ada di sana..dan saya menjawab….terima kasih banyak). 

Dalam kereta gerbong 06, saya duduk di kursi nomor 87 bersebelahan dengan seorang anak muda Perancis. Perjalanan dari Vichy ke Nevers sempat berhenti terlebih dahulu di salah satu  stasion. Pemuda itu bilang kepada saya stasion Nevers nanti setelah stasion itu. Sampailah saya ke stasion Nevers. Dan saya harus turun ganti kareta. Di Stasion Nevers saya bertanya kepada seorang petugas mengenai tujuan keberangkatan saya ke Vierzon. Dia bilang turun tangga dan belok ke kanan. Hmmmmm….di sana saya lihat ada sebuah kerete. Saya tanya kepada beberapa calon penumpang kerete itu, apakah kerete itu hendak Vierzon? Mereka ternyata juga tidak tahu. Saya akhirnya memutuskan untuk mencari informasi yang lebih akurat. Karena ada kareta-karete lainnya juga di sebelah kiri stasion kereta. Saya lihat jam, ternyata masih waktu 20 menit untuk jam keberangkatan saya ke Vierzon. Di tiket kareta sudah tertulis jelas jam keberangatan dan jam tiba. Saya akhirnya menemui seorang bapak yang kebetulan lewat. Dia akhirnya membantu saya dan menunjuk secara detail naik kereta ke Vierzon. Kareta dari Nevers ke Vierzon harus melewati satu stasion, yakni Bourges. Dan juga para penumpang bebas untuk memilih gerbong mana. Saya memilih gerbong dua. Saya duduk bersebelahan dengan seorang bapak yang sangat asyik membaca novel. Namun demikian dia tetap memberi jawaban-jawaban kepada saya ketika saya bertanya. “Je vous dirais”, katanya kalau sudah sampai di Vierzons. Heheheheh…

Dalam karete dari Nevers menuju Vierzon, di dekat tempat duduk saya juga melihat dua ibu lainnya asyik membaca buku. Ternyata orang Perancis sangat suka membaca buku. Saya ingat lagi dengan calon penumpang pesawat Emirates asal Perancis  di Dubai yang juga asyik membaca buku di bandara Dubai. Semoga virus semangat membaca buku orang Perancis, juga mempengaruhi saya. Wkwkwk….
Saya turun di stasion Vierzon, dan langsung saja bruder Lionel menyambut saya dengan ucapan selamat kepada saya. Sungguh senang, karena langsung ketemu dengan bruder Lionel. Kami pun pergi ke tempat parkir untuk naik ke mobil menuju Issoudun. Jarak Vierzon-Issoudun kira-kira 50 km. Dalam perjalanan kami berhenti 3 kali, pertama, di salah satu supermarket, hanya untuk numpang toilet. Kedua di gereja Vatan, sebuah tempat yang sangat bersejarah bagi tareket MSC, di mana pater pendiri MSC (Jules Chevalier) dalam masa kecilnya pernah tinggal di Vatan dan belajar bahasa Latin di gereja tersebut dengan pastor paroki pada waktu. Saya masuk ke gereja tersebut. Sungguh indah. Saya sempat mengambil foto. Saya berhenti sejenak di sekitar altar dan saya melihat ada tulisan: Saint Sulpice-Le Pieux ne  a vatan en 570. Hmmmmmm….wooohh ternyata daerahnya orang kudus. Perancis memang banyak orang kudus pada zamannya. 

Sebelum masuk kota Issodun, tampak dari jauh kota Issoudun. Ada dua bangunan gereja tampak dari jauh yakni gereja paroki St. Cryl dan Basilica Issoudun. Br. Lionel bilang kita berhenti sejenak dan kalau mau ambil foto, turun saja dan ambil foto. Saya pun turun dan mengambil gambar. Kami akhirnya tiba di Issoudun pada pukul 14:30. Saya kemudian ke kamar dan makan sandwich yang sudah disediakan oleh ibu dapur di maison du missionaire Vichy. Ini sesuai dengan pesan Br. Lionel sebelumnya, agar kalau datang ke Issoudun siap memang makanan, karena sudah lewat jam makan. Kwkwkwkw….saya makan sandwich sore hari, akibatnya agak sedikit kurang enak di perut. Mungkin karena sandwich-nya terlalu besar wkwkwkwkw. 
###################################################################################

Kini saya sudah terbiasa bepergian sendiri di Perancis. Intinya kalau tidak tahu, bertanya kepada orang Perancis.  Mereka pasti akan antusias menolongnya. Banyak kali saya bertanya kepada orang Perancis. Saya ingat juga pengalaman pertama kali saya jalan-jalan sendiri di kota PARIS untuk pertama kalinya dengan menggunakan Metro atau kareta bawah tanah. Semuanya beres. Hari pertama menggunakan metro, saya agak bingung. Namun hari-hari selanjutnya saya bisa lebih berani. Suatu waktu ketika mengurus terjemahan akte kelahiran di KBRI di Paris, saya sempatkan diri untuk sedikit mengunjungi beberapa tempat di kota Paris. Waktu itu saya berjumpat dengan umat Indonesia di kota Paris, yakni Albertus Gregory Tan dan ibunya (Umat Katedral Jakarta). Kami bertiga jalan-jalan di kota Paris menggunakan metro yang sangat terkenal itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TANDA-TANDA KEHADIRAN ALLAH DALAM HIDUP: SEBUAH PERMENUNGAN!

Saya yakin bahwa tidak seorang pun dari kita yang pernah melihat Tuhan. Ketika seseorang berkata, " Saya percaya kepada Tuhan ," dia tidak mengatakan bahwa dia memiliki bukti keberadaan Tuhan, tetapi bahwa dia memiliki iman kepadaNya. Kata " iman " berarti "percaya." Orang-orang yang percaya adalah orang-orang yang bersatu dengan Tuhan. Mereka mengalami kehadiranNya dalam hidup mereka. Mereka tidak percaya pada transendensi sederhana, atau energi, kekuatan yang tak terlihat ... tetapi mereka percaya kepada SESEORANG yang berbicara kepada mereka secara pribadi, melalui peristiwa-peristiwa hidup mereka, dalam pengalaman batin mereka. Tuhan sering dilambangkan dengan cahaya. Seperti matahari, yang tidak bisa saya tatap secara langsung, tetapi yang menerangi apa yang mengelilingi saya, Tuhan, yang tidak saya lihat, menerangi keberadaan saya dengan memberi saya "tanda-tanda" kehadiran-Nya.  Sejak awal, Tuhan berbicara kepada manusia

MENGENAL TAREKAT RGS-ANGERS

Pada hari ini, 15 Desember 2016, kami makan siang di rumah biara tempat lahirnya tarekat Kongregasi Bunda Pengasih Gembala Baik ( juga dikenal sebagai Good Shepherd Sisters – RGS ). Letaknya tidak jauh dari pastoran Santo Yoseph Angers. Pastor Gilles Crand, Pr mengantar P. Sebastian, P. Martin dan saya untuk makan siang di rumah biara yang besar itu . Komunitas itu hanya dihuni oleh 12 orang suster dari berbagai negara, yakni: India, Irlandia, Swiss, Peru, Costarika, Colombia, dan Perancis. Walaupun di biara pusatnya itu hanya dihuni oleh 12 suster, namun tarekat yang lahir di kota Angers itu, sudah menyebar di berbagai negara di dunia. Saya bertanya kepada salah satu suster asal India yang bertugas di situ mengenai jumlah anggota di seluruh dunia.   Dia mengatakan bahwa   kongregasi internasional dalam Gereja Katolik Roma itu, dulu anggotanya hampir 10,000 orang di dunia. Saat ini kira-kira hampir 4.000 hadir di 72 negara di lima benua, termasuk di Indonesia. Kongregasi

SEORANG DUDA BISA MENJADI IMAM?

P. de Vaugelas adalah seorang pastor projo keuskupan agung Bourges-Perancis Tengah.   Dia sebelumnya adalah seorang bapa keluarga yang memiliki pekerjaan top di salah satu bank Amerika di Paris. Selama masa kerja dia sudah berkeliling dunia, termasuk Indonesia. Waktu luang pun dia pernah habiskan untuk masuk dalam sekolah special di Chateroux untuk menjadi pilot. Dia jalankan itu dengan baik, dan mampu menjadi pilot dalam masa belajar hanya dalam satu tahun saja. “Saya kalau mengemudi mobil, tangan selalu siap sedia di bagiaan rem tangan, dll. Itu semua karena saya terbiasa menjadi pilot,” katanya kepadaku saat kami kembali dari l’abbey Fontgombault pada awal bulan April 2017. Yang menarik buat saya adalah sejak istrinya meninggal dia banyak berefleksi untuk menjadi imam. Dalam usianya yang tidak lagi muda (69 tahun), dia tetap rendah hati untuk meminta bimbingan rohani, termasuk meminta bimbingan rohani kepada salah satu konfrater MSC di Issoudun, Alfred Bours, MSC. Dia jug