Pada hari Jumat tanggal 29
Januari lalu, saya dan teman-teman satu kelas di CAVILAM-VICHY pergi ke pasar
VICHY untuk praktek bahasa Perancis (lima
orang asal Korea, satu dari Tanzania,
satu dari Libya, satu dari Venezuela, dua dari Jepang, dan dua dari India).
Guru kami, si Stefani
meminta kami agar bertanya kepada para
penjual dan juga para pembeli. Minimal 3 penjual dan 3 pembeli. Kepada penjual
misalnya ditanyakan apa yang dijual, dll. Kepada pembeli ditanyakan alasan kenapa
memilih membeli kebutuhan di pasar Vichy bukan di tempat lain.
Hal yang menarik adalah
para penjual begitu ramah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Begitu juga dengan para pembeli.
Saat saya berada di gerai penjual bumbu-bumbu (epicerie) dan ketika saya sedang berbicara dengan penjual
bumbu-bumbu tersebut, tiba-tiba ada seorang pembeli datang ke gerai itu. Saya
pun memberikan kesempatan kepada penjual bumbu-bumbu itu untuk melayani
pembeli. Saya langsung berpikir, sebaiknya saya langsung tanya saja pembeli itu
agar tidak repot-repot cari pembeli lain dan berwawancara sejenak. Ketika saya
memberikan selamat dia membalas dengan senyuman. Pembicaraan pun mulai
mengalir. Saya bertanya belanja apa dst. Dia bilang beli buah zaitun. Dia
bilang, suka? Kalau suka nanti dia beli katanya. Dia merogok kantung celananya
dan mengambil uang untuk membayar kepada penjual epicerie tersebut. Namun
penjual itu bilang…tidak usah bayar…gratis saja untuk monsier. Wkwkwkkww. Pembeli itu kemudian saya kenal dengan nama
Christian Constantin. Dan penjual bumbu-bumbu itu adalah Agnes.
Wah….saya jadi ingat
pengalaman di mall Gajah Mada-JAKARTA. Ketika turun tangga escalator lantai dua
saya melihat beberapa orang yang sedang mempromosikan pijat refleksi. Satu
bapak yang sedang dipijat bilang, kamu suka? Nanti saya bayar..katanya. Benar,
ketika saya sudah selesai dipijat refleksi di kepala dan pundak, mereka
bilang…sudah dibayar oleh bapak yang tadi katanya. Kata mereka, bapak itu sudah
pergi.
Maksudnya apa ini?
Saya bermenung
sejenak…sebenarnya kalau setiap orang memiliki keterbukaan untuk menerima orang
lain dan mengganggap orang lain sebagai saudaranya, maka tidak ada yang namanya
“orang asing”. Orang menjadi asing dengan orang lain karena terlalu menjaga
jarak dan menganggap orang lain sebagai lawan, saingan, dan bahkan musuh.
Komentar
Posting Komentar