Langsung ke konten utama

OMA PERANCIS MEMBANTU IBU AFRIKA



Setelah berakhir pekan di Issoudun dan mengisinya dengan berbagai kesibukan, sore ini tanggal 23 Oktober 2016, saya harus kembali ke ANGERS bersama dengan P. Sebastian dan P. Martin (dua misionaris muda dari India).  Br. Lionel mengantar kami ke Vierzon. Selanjutnya naik kareta dari Vierzon menuju kota Angers (transist di Saint-Pierre-des-Corps).
Ada pemandangan menarik di stasion Vierzon pada sore hari ini. Seorang ibu Afrika dengan banyak barang bawaan dan kereta dorong anaknya yang kira-kira baru berumur 1 tahun hendak menuruni anak tangga di salah satu jalur kareta. Saya saat itu berada di jalur dua.  Mereka berada di jalur 4, jauh di seberang. Ketika ibu itu hendak menuruni anak tangga, saya melihat dari jauh seorang oma Perancis yang juga membawa kopernya, berusaha membantu ibu Afrika itu. Dalam pikiran saya berpikir mungkin mereka tinggal di satu apartemen dan saling kenal sebelumnya.  Ehhh…ternyata bukan. Pegawai stasion kareta yang saat itu berada di sekitar tempat itu hanya melihat saja. (maklum pengalaman kesibukan di stasion setiap hari hampir serupa, yakni ada kareta-kareta dorong anak dll).
Ketika mereka menaiki jalur dua, saya melihat seorang ibu Perancis lainnya serta pegawai stasion yang tadinya hanya menonton, ikut membantu ibu Afrika itu. Setelah tiba jalur dua, ibu Afrika itu mengucapkan terima kasih kepada oma Perancis dan kepada semua yang  sudah membantunya.  Wahhh…saya menyaksikan ekspresi kebaikan hati dan betapa “di Perancis tidak ada racism.” Dan lebih-lebih lagi, saya bermenung bahwa “perbuatan baik itu selalu menular.” Pegawai stasion yang tadinya hanya menonton jadi tergerak hati untuk membantu setelah melihat oma ikut membantu ibu Afrika itu.
Ketika  kareta yang menuju Tours datang, mereka pun naik ke dalam kareta. Saya juga naik kareta yang sama. Oma itu masih mau membantu ibu itu menaikan barang-barang. Saya saat itu langsung bergegas menuju oma itu dan menaikan barang bawahan.  Seperti biasanya lima menit sebelum kareta tiba di tempat tujuan, ada pengumuman bahwa kereta akan tiba ke….Ketika saya mendengar bahwa kareta akan tiba di Saint-Pierre-des-Corps, saya pun siap-siap menyiapkan barang bawahan saya. Saya melihat ibu Afrika tadi tampak sibuk mengurusi bayinya. Saya langsung menerka mungkin dia akan turun di tempat tujuan yang sama denganku. Saya dan ibu itu duduk di gerbong yang sama.  Ternyata betul….ibu Afrika itu hendak ke  Saint-Pierre-des-Corps (tempat transit kareta kami menuju Angers).  Ketika dia hendak turun saya bergegas ke arahnya untuk mengangkat kareta dorong anak yang di dalamnya berbaring dengan manis baby-nya.  
Makna yang bisa dipetik untuk kita lewat pengalaman si oma Perancis pada hari ini adalah bahwa cinta itu selalu menular sebagaimana kata Paus Fransiskus,” L'Amour est contagieux”. Kalau begitu, mulailah berbuat kasih, sekecil apa pun, asal dengan kasih dan ketulusan. Pastilah ketika orang lain yang mengalami kasihmu dan menyaksikan perbuatan kasihmu, akan juga tergerak untuk berbuat kasih sehingga dunia semakin diwarnai dengan kedamaian karena toh kasih itu “seperti penyakit menular” yang menularkan virus kebaikan dan suka cita serta harapan. (YONGKI WAWO, MSC)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TANDA-TANDA KEHADIRAN ALLAH DALAM HIDUP: SEBUAH PERMENUNGAN!

Saya yakin bahwa tidak seorang pun dari kita yang pernah melihat Tuhan. Ketika seseorang berkata, " Saya percaya kepada Tuhan ," dia tidak mengatakan bahwa dia memiliki bukti keberadaan Tuhan, tetapi bahwa dia memiliki iman kepadaNya. Kata " iman " berarti "percaya." Orang-orang yang percaya adalah orang-orang yang bersatu dengan Tuhan. Mereka mengalami kehadiranNya dalam hidup mereka. Mereka tidak percaya pada transendensi sederhana, atau energi, kekuatan yang tak terlihat ... tetapi mereka percaya kepada SESEORANG yang berbicara kepada mereka secara pribadi, melalui peristiwa-peristiwa hidup mereka, dalam pengalaman batin mereka. Tuhan sering dilambangkan dengan cahaya. Seperti matahari, yang tidak bisa saya tatap secara langsung, tetapi yang menerangi apa yang mengelilingi saya, Tuhan, yang tidak saya lihat, menerangi keberadaan saya dengan memberi saya "tanda-tanda" kehadiran-Nya.  Sejak awal, Tuhan berbicara kepada manusia

MENGENAL TAREKAT RGS-ANGERS

Pada hari ini, 15 Desember 2016, kami makan siang di rumah biara tempat lahirnya tarekat Kongregasi Bunda Pengasih Gembala Baik ( juga dikenal sebagai Good Shepherd Sisters – RGS ). Letaknya tidak jauh dari pastoran Santo Yoseph Angers. Pastor Gilles Crand, Pr mengantar P. Sebastian, P. Martin dan saya untuk makan siang di rumah biara yang besar itu . Komunitas itu hanya dihuni oleh 12 orang suster dari berbagai negara, yakni: India, Irlandia, Swiss, Peru, Costarika, Colombia, dan Perancis. Walaupun di biara pusatnya itu hanya dihuni oleh 12 suster, namun tarekat yang lahir di kota Angers itu, sudah menyebar di berbagai negara di dunia. Saya bertanya kepada salah satu suster asal India yang bertugas di situ mengenai jumlah anggota di seluruh dunia.   Dia mengatakan bahwa   kongregasi internasional dalam Gereja Katolik Roma itu, dulu anggotanya hampir 10,000 orang di dunia. Saat ini kira-kira hampir 4.000 hadir di 72 negara di lima benua, termasuk di Indonesia. Kongregasi

SEORANG DUDA BISA MENJADI IMAM?

P. de Vaugelas adalah seorang pastor projo keuskupan agung Bourges-Perancis Tengah.   Dia sebelumnya adalah seorang bapa keluarga yang memiliki pekerjaan top di salah satu bank Amerika di Paris. Selama masa kerja dia sudah berkeliling dunia, termasuk Indonesia. Waktu luang pun dia pernah habiskan untuk masuk dalam sekolah special di Chateroux untuk menjadi pilot. Dia jalankan itu dengan baik, dan mampu menjadi pilot dalam masa belajar hanya dalam satu tahun saja. “Saya kalau mengemudi mobil, tangan selalu siap sedia di bagiaan rem tangan, dll. Itu semua karena saya terbiasa menjadi pilot,” katanya kepadaku saat kami kembali dari l’abbey Fontgombault pada awal bulan April 2017. Yang menarik buat saya adalah sejak istrinya meninggal dia banyak berefleksi untuk menjadi imam. Dalam usianya yang tidak lagi muda (69 tahun), dia tetap rendah hati untuk meminta bimbingan rohani, termasuk meminta bimbingan rohani kepada salah satu konfrater MSC di Issoudun, Alfred Bours, MSC. Dia jug