Di Trinity College Washington D.C pada tahun
1979, YP II
mengatakan, “Kehidupan moral dan iman
sangat erat kaitannya, sehingga tidak mungkin untuk memisahkanya.”[1] Iman yang
teguh kepada Allah menuntun pasangan suami-istri untuk menghidupi moralitas
dalam keluarga. Lebih lanjut, agar tetap beriman mereka perlu menghidupi
semangat doa atau intimitas dengan Allah. Tanpa doa kehidupan moral menjadi
dangkal. Oleh karena itu, pasangan suami-istri perlu mengembangkan kualitas
rohani. Mereka diharapkan untuk tidak saja menyibukkan diri dengan urusan
duniawi, tetapi perlu memperhatikan nutrisi rohani. Kehidupan rohani yang
matang akan sangat membantu mereka menghidupi nilai-nilai Kristiani sebagaimana
dikehendaki oleh Allah, termasuk di
dalamnya tidak mengadakan hubungan seks di luar nikah (extramarital sex). Oleh karena itu, keluarga-keluarga Kristiani
perlu menghidupi dan memupuk doa bersama. Dalam semangat doa, para anggota
suatu keluarga mengungkapkan dan memupuk kesatuan mereka satu sama lain dalam
Kristus. Mereka juga diharapkan ambil bagian dalam ibadat jemaat paroki yang
lebih besar. Hal ini dimaksdukan agar mereka bisa memberikan kesaksian
sakramental kepada keluarga-keluarga
lain dalam konteks iman. Dengannya pula keluarga-keluarga Kristiani bisa saling mendukung dan
memperkaya.
Tantangan
serius dalam era sekarang ini adalah kesibukan
keluarga-keluarga dalam mengurus ekonomi rumah tangga. Hidup rohani terabaikan.
Bahkan lebih parah lagi semakin menghilangnya cita rasa akan Allah. Oleh karena
itu, keluarga-keluarga sedapat mungkin perlu menghidupi
semangat doa pribadi dan doa bersama-sama. Tentu perlu kebijaksanaan bersama
untuk mengatur waktu berdoa bersama keluarga.
Dengan
kualitas iman dan rohani yang memadai
diharapkan agar pasangan suami-istri juga dapat menghidupi semangat cinta kasih
di dalam keluarga. Dengannya mereka tidak mencari-cari hubungan terlarang
dengan pihak ketiga. Dalam kaitan dengan iman, pasangan suami-istri juga perlu
memiliki pandangan yang benar tentang Allah yang diimani.
[1]”The moral life and life of faith are so
intimately assosiated that is impossible to separate them.” Terkutip dalam
Kata pengantar Achille Silvestrini dalam buku Pope John Paul
II, A Pilgrim Pope, hlm. xi.
Komentar
Posting Komentar