Langsung ke konten utama

Obrol PAGI bersama Om Vitalis



Motivasi bisa datang dari mana-mana. Selain dari dalam diri sebagai penentu, juga datang dari pihak luar, terlebih dari orang-orang terdekat, sahabat dan handai tolan. Ada sosok yang sudah tidak asing lagi bagi orang-orang di daerahku, Maunori-Flores, yakni Om Vitalis Rangga Wea yang suka memberi motivasi kepada siapa saja, termasuk kepadaku. Saya ingat motivasi pertamanya ketika saya berkelanan dengannya pada tahun 2012 lalu. Ketika saya hendak menjalankan tugas pastoral di Pontianak saya mampir di rumahnya di daerah Cijantung-Jakarta Timur. Sebagai seorang yang sudah makan garam dengan dunia bisnis, tulis menulis, dan lain-lain dia berkisah kepadaku bahwa awal hidup sebagai anak rantau di Jakarta memang sangat sulit. Namun situasi sulit itu tidak mematahkan semangatnya. « You can if you think you can » mungkin motto yang pas saya sematkan untuknya. Dia berpikir bahwa di tengah kesulitan untuk membangun hidup di Jakarta pasti ada jalan untuk terus berenang di arus ketadikpastian. Terbukitlah sudah apa yang menjadi harapan dan dambaan ketika dia meninggalkan kampung kecil di daerah Maunori dan mangadu nasib di kota metropolitan Jakarta. Kisahnya ini menginspirasi saya yang pada waktu itu hendak pergi bertugas ke medan pastoral daerah Darit-Pontianak, yang terkenal dengan 3D (dry, difficult, dan dangerous). Dry alias tidak memiliki dana yang cukup untuk pelayanan, difficult karena umatnya masih tergolong umat KTP, dan dangerous karena alamnya sulit dan membuat tenaga pastoral jatuh bangun dengan motornya. Saya mengalami itu semua. Berkali-kali saya jatuh motor. Tapi saya tidak menyerah. Akhirnya toh…bisa kembali ke Manado dan bisa melanjutkan studi di Seminari Pineleng.
Kini saya sudah menjadi seorang imam. Pribadi yang punya prinsip itu lagi-lagi memberi motivasi kepada saya agar terus setia dalam jalan panggilan. Beberapa waktu lalu dalam inbox facebook dia menulis dalam bahasa Keo yang begitu indah :” jao selalu bangga ila kau tegas ndeli maju ke altar di tengah ine bapa dalam kesahajaan dan kemuliaan hati mereka mempersembahkanmu. Saya ingat sambutanku pada misa pertama tahbisan Pater Poli Rangga, "kami ti'i mona wiki, pati mona dai. Kami persembahkan dan mona mu mete mewi apa dari karya seorang imam tau poto sa'o. Dalam sebuah kesempatan di Jakarta sebelum Poli ke Brasil pertama kali, saya mengatakan bahwa: Karena kamu pastor, imam banyak orang menyukaimu. Tetapi kalau bukan imam belum tentu. Jadi ingat "nggedho sa'o wado sa'o. Nggedho nee pawe wado nee pawe." Poli menjawab: Imam adalah pilihan saya. Saya menjadi imam bukan untuk keluarga". Saya sangat bangga dan senang, saat ini melalui FB saya menyaksikan semua perkembangan melalui ucapan banyak orang di sana. Sekarang imam Maunori begitu banyak. Doa kami semua, dan doaku untukmu semoga terus berkarya dan menjadi perpanjangan tangan Tuhan membawa berkat bagi banyak orang. Salam, dan doaku. Tuhan berkati selalu.”
Pagi ini sang motivator itu terus membakar semangatku dengan berkata, tekunlah menulis. Yah menulis dan terus menulis. Sehingga suatu waktu bisa menjadi arsip kehidupan yang bisa dibukukan. Katanya : » Ingat Verba volant scripta manent. Abadikan pengalamanmu. Masalah ini perjalanan menarik Iru Eti menuju Paris. » Terima kasih om Vitalis…semoga semangat untuk jalan panggilan ini dan semangat untuk menulis terus berKobar-Kobar. Apalagi saya berasal dari desa yang diberi nama desa KOBAR (Kotowuji Barat) daerah Nagekeo-Flores-NTT hehehehehehhe…………
.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TANDA-TANDA KEHADIRAN ALLAH DALAM HIDUP: SEBUAH PERMENUNGAN!

Saya yakin bahwa tidak seorang pun dari kita yang pernah melihat Tuhan. Ketika seseorang berkata, " Saya percaya kepada Tuhan ," dia tidak mengatakan bahwa dia memiliki bukti keberadaan Tuhan, tetapi bahwa dia memiliki iman kepadaNya. Kata " iman " berarti "percaya." Orang-orang yang percaya adalah orang-orang yang bersatu dengan Tuhan. Mereka mengalami kehadiranNya dalam hidup mereka. Mereka tidak percaya pada transendensi sederhana, atau energi, kekuatan yang tak terlihat ... tetapi mereka percaya kepada SESEORANG yang berbicara kepada mereka secara pribadi, melalui peristiwa-peristiwa hidup mereka, dalam pengalaman batin mereka. Tuhan sering dilambangkan dengan cahaya. Seperti matahari, yang tidak bisa saya tatap secara langsung, tetapi yang menerangi apa yang mengelilingi saya, Tuhan, yang tidak saya lihat, menerangi keberadaan saya dengan memberi saya "tanda-tanda" kehadiran-Nya.  Sejak awal, Tuhan berbicara kepada manusia

MENGENAL TAREKAT RGS-ANGERS

Pada hari ini, 15 Desember 2016, kami makan siang di rumah biara tempat lahirnya tarekat Kongregasi Bunda Pengasih Gembala Baik ( juga dikenal sebagai Good Shepherd Sisters – RGS ). Letaknya tidak jauh dari pastoran Santo Yoseph Angers. Pastor Gilles Crand, Pr mengantar P. Sebastian, P. Martin dan saya untuk makan siang di rumah biara yang besar itu . Komunitas itu hanya dihuni oleh 12 orang suster dari berbagai negara, yakni: India, Irlandia, Swiss, Peru, Costarika, Colombia, dan Perancis. Walaupun di biara pusatnya itu hanya dihuni oleh 12 suster, namun tarekat yang lahir di kota Angers itu, sudah menyebar di berbagai negara di dunia. Saya bertanya kepada salah satu suster asal India yang bertugas di situ mengenai jumlah anggota di seluruh dunia.   Dia mengatakan bahwa   kongregasi internasional dalam Gereja Katolik Roma itu, dulu anggotanya hampir 10,000 orang di dunia. Saat ini kira-kira hampir 4.000 hadir di 72 negara di lima benua, termasuk di Indonesia. Kongregasi

SEORANG DUDA BISA MENJADI IMAM?

P. de Vaugelas adalah seorang pastor projo keuskupan agung Bourges-Perancis Tengah.   Dia sebelumnya adalah seorang bapa keluarga yang memiliki pekerjaan top di salah satu bank Amerika di Paris. Selama masa kerja dia sudah berkeliling dunia, termasuk Indonesia. Waktu luang pun dia pernah habiskan untuk masuk dalam sekolah special di Chateroux untuk menjadi pilot. Dia jalankan itu dengan baik, dan mampu menjadi pilot dalam masa belajar hanya dalam satu tahun saja. “Saya kalau mengemudi mobil, tangan selalu siap sedia di bagiaan rem tangan, dll. Itu semua karena saya terbiasa menjadi pilot,” katanya kepadaku saat kami kembali dari l’abbey Fontgombault pada awal bulan April 2017. Yang menarik buat saya adalah sejak istrinya meninggal dia banyak berefleksi untuk menjadi imam. Dalam usianya yang tidak lagi muda (69 tahun), dia tetap rendah hati untuk meminta bimbingan rohani, termasuk meminta bimbingan rohani kepada salah satu konfrater MSC di Issoudun, Alfred Bours, MSC. Dia jug