Langsung ke konten utama

Tidak ada Istilah Selfie kalau tidak ada Philippe Kahn



 

Saat ini kita begitu mudah untuk berfoto ria, kapan pun dan di mana pun, dan dan tak jarang langsung memposting ke dunia maya dengan menggunakan handphone berkamera.  Misalnya ketika sedang makan bareng teman-teman di restaurant, banyak orang yang tak mau melewatkan momen indah itu dengan berfoto ria. Saat ini tak lagi serumit zaman tahun 1990-an kalau mau berfoto-foto. Di daerahku-Maunori, pada masa kecilku, yang punya kamera hanya beberapa orang saja. Itu pun masih menggunakan kamera manual. Yang paling terkenal saat itu adalah Om Mani Sare. Kalau ada moment sambut baru, om Mani Sare biasanya dengan kamera andalannya mengambil gambar anak-anak yang sedang merayakan suka cita « menerima sakramen ekaristi » untuk pertama kalinya. Itu pun butuh waktu untuk tunggu hasilnya. Karena harus  »cetak » di Bajawa. 


Di daerahku tidak lagi seperti dulu. Tidak hanya satu dua orang yang memiliki kamera, karena hampir semua anak muda sudah memiliki handphone berkamera. Saat ini handphone berkamera bukan lagi barang mewah. Dengan signal yang bagus dan akses internet yang lancar, saya menyaksikan hampir semua anak muda di kampungku sudah memiliki akun dunia maya. Wahhh sudah begitu maju saat ini.

Tapi tahukah anda siapa penemu kamera handphone? Saya yakin belum banyak orang yang tahu. Dia adalah Philippe Kahn, berkebangsaan Perancis. Dia menemukan karyanya yang mengagumkan itu pada tahun 1997. Andaikan seorang anak manusia yang bernama Philippe Khan itu tidak pernah berinovasi dengan karyanya itu, pasti kita masih menggunakan kamera gaya dulu. Dan sudah pasti tidak ada istilah "selfie". Bayangkan kalau belum ada kamera handphone seperti saat ini, pasti kita masih menggunakan kemara manual lainnya.
 

Komentar

  1. Saat ini daerah kita di wilayah Maunori dan sekitarnya sudah tidak ketinggalan informasi dan teknologi. Saya ingat betul Om Mani Sare semasa tahun 1990-an dia biasa melayani foto (pas foto) untuk anak kelas 6 SD termasuk saya yang akan mengikuti ujian Nasional (EBTANAS).
    Kita patut berterima kasih kepada Phillipe Kahn yang sudah memberikan karya terbaiknya untuk kita gunakan handphone berkamera. Sehingga bisa mengabadikan momen apa saja untuk di share ke keluarga dan sahabat kenalan.

    BalasHapus
  2. Kami dari SDK EKOWODO juga. Ketika hendak EBTANAS, kami difoto oleh Om Mani Sare untuk STTB. kenangan begitu indah saat kita hidup dalam zaman "tradisional" hehehhe

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

TANDA-TANDA KEHADIRAN ALLAH DALAM HIDUP: SEBUAH PERMENUNGAN!

Saya yakin bahwa tidak seorang pun dari kita yang pernah melihat Tuhan. Ketika seseorang berkata, " Saya percaya kepada Tuhan ," dia tidak mengatakan bahwa dia memiliki bukti keberadaan Tuhan, tetapi bahwa dia memiliki iman kepadaNya. Kata " iman " berarti "percaya." Orang-orang yang percaya adalah orang-orang yang bersatu dengan Tuhan. Mereka mengalami kehadiranNya dalam hidup mereka. Mereka tidak percaya pada transendensi sederhana, atau energi, kekuatan yang tak terlihat ... tetapi mereka percaya kepada SESEORANG yang berbicara kepada mereka secara pribadi, melalui peristiwa-peristiwa hidup mereka, dalam pengalaman batin mereka. Tuhan sering dilambangkan dengan cahaya. Seperti matahari, yang tidak bisa saya tatap secara langsung, tetapi yang menerangi apa yang mengelilingi saya, Tuhan, yang tidak saya lihat, menerangi keberadaan saya dengan memberi saya "tanda-tanda" kehadiran-Nya.  Sejak awal, Tuhan berbicara kepada manusia

MENGENAL TAREKAT RGS-ANGERS

Pada hari ini, 15 Desember 2016, kami makan siang di rumah biara tempat lahirnya tarekat Kongregasi Bunda Pengasih Gembala Baik ( juga dikenal sebagai Good Shepherd Sisters – RGS ). Letaknya tidak jauh dari pastoran Santo Yoseph Angers. Pastor Gilles Crand, Pr mengantar P. Sebastian, P. Martin dan saya untuk makan siang di rumah biara yang besar itu . Komunitas itu hanya dihuni oleh 12 orang suster dari berbagai negara, yakni: India, Irlandia, Swiss, Peru, Costarika, Colombia, dan Perancis. Walaupun di biara pusatnya itu hanya dihuni oleh 12 suster, namun tarekat yang lahir di kota Angers itu, sudah menyebar di berbagai negara di dunia. Saya bertanya kepada salah satu suster asal India yang bertugas di situ mengenai jumlah anggota di seluruh dunia.   Dia mengatakan bahwa   kongregasi internasional dalam Gereja Katolik Roma itu, dulu anggotanya hampir 10,000 orang di dunia. Saat ini kira-kira hampir 4.000 hadir di 72 negara di lima benua, termasuk di Indonesia. Kongregasi

SEORANG DUDA BISA MENJADI IMAM?

P. de Vaugelas adalah seorang pastor projo keuskupan agung Bourges-Perancis Tengah.   Dia sebelumnya adalah seorang bapa keluarga yang memiliki pekerjaan top di salah satu bank Amerika di Paris. Selama masa kerja dia sudah berkeliling dunia, termasuk Indonesia. Waktu luang pun dia pernah habiskan untuk masuk dalam sekolah special di Chateroux untuk menjadi pilot. Dia jalankan itu dengan baik, dan mampu menjadi pilot dalam masa belajar hanya dalam satu tahun saja. “Saya kalau mengemudi mobil, tangan selalu siap sedia di bagiaan rem tangan, dll. Itu semua karena saya terbiasa menjadi pilot,” katanya kepadaku saat kami kembali dari l’abbey Fontgombault pada awal bulan April 2017. Yang menarik buat saya adalah sejak istrinya meninggal dia banyak berefleksi untuk menjadi imam. Dalam usianya yang tidak lagi muda (69 tahun), dia tetap rendah hati untuk meminta bimbingan rohani, termasuk meminta bimbingan rohani kepada salah satu konfrater MSC di Issoudun, Alfred Bours, MSC. Dia jug