I.
DATA DI LAPANGAN
Fakta
menunjukkan bahwa animo orang Perancis untuk membaca begitu tinggi. Boleh dibilang n’importe
ou et n’importe quand (di mana pun dan kapan pun) kalau memungkinan,
terlebih di taman dan di dalam kereta. Hitung-hitung tidak membuang waktu kan ?
Ketika saya melihat orang-orang perancis membaca di kareta saya tertegun…woww…begitu nikmatinya mereka membaca
seakan-akan semua warna dan rasa kata-kata dalam buku masuk merasuki diri.
Ketika di mana-mana di dunia toko buku terancam tutup, maka tidak demikian halnya di Perancis. Ketika warga negara lain begitu asyik dan khusuk dengan budaya layar(laptop dan gadget), itu pengecualian untuk orang Perancis. Di Amerika misalnya, jumlah toko buku menurun. Hal ini disayangkan oleh Patricia Greenfield, yang adalah guru Psychology and Director the Children’s Digital Media Center di Los Angeles. Menurutnya “"membaca untuk kesenangan, yang telah menurun di kalangan anak muda dalam beberapa dekade terakhir,,,,,, "Disadari atau tidak, penurunan jumlah toko buku dapat disamakan dengan degradasi anak muda kita.”
Saat saya belajar bahasa Perancis di kota Vichy, salah seorang guru saya memberikan data mengenai semangat orang perancis dalam hal membaca buku. Orang Perancis, terutama perempuan, lebih memilih untuk membaca buku (89%) daripada menonton TV. Aduhhh….Saya jadi ingat fenomena nonton sinetron ibu-ibu di Indonesia. Eheheh… Beda kan ? Bagaimana dengan anak muda di Perancis? Walaupun tidak sama dengan orang tua, namun tetap ada orang muda yang membaca buku. Biasanya orang Perancis membaca buku-buku penulis favorit seperti Guillaume Musso, Marc Levy , Amélie Nothomb. Juga tak kalah laris manis adalah buku-buku klasik karya Marcel Pagnol, Victor Hugo, Emile Zola, Normand Guy de Maupassant dan Jules Verne.
Buku-buku luar negeri yang digemari antara lain karya dari si Ratu Kejahatan Agatha Christie, diikuti penulis Ernest Hemingway, disusul oleh master horor Stephen King dan Mary Higgins Clark. Dalam waktu kurang dari 35 tahun, pencipta Harry Potter, JK Rowling, berhasil diminati. Di antara para penulis kesukaan juga termasuk Jack London, Tolkien, Dickens, Steinbeck, Shakespeare, Dan Brown, Douglas Kennedy, Umberto Ecco dan Harlan Coben.
Di tengah budaya layar yang semakin menjadi-jadi, saya punya kesan bahwa remaja Perancis tidak benar-benar kehilangan kontak dengan buku, yang telah sering memberinya begitu banyak kesenangan dalam masa pertumbuhan.
II.
MENGAPA?
Mengapa orang Perancis begitu suka membaca? Tentu hal ini
didukung oleh budaya membaca yang sudah turun temurun diwariskan. Di
samping itu tak tanggung-tanggung pemerintah Perancis pada awal tahun 1980-an, bekerja untuk melindungi penjual buku
independen. Organisasi non-pemerintah (LSM) juga menggunakan sarana yang
tersedia bagi mereka untuk melindungi toko buku Perancis. Andil terbesar dalam
perjuangan untuk menyelamatkan toko buku di Perancis adalah Pusat Nasional Buku
(Centre National du Livre). Organisasi
itu masuk di dalam Departemen Kebudayaan dan Komunikasi. Organisasi
administratif ini mampu memberikan dukungan penjual buku independen untuk tetap
bertahan sampai saat ini. Tidak heran persediaan buku selalu ada.
III.
BAGAIMANA DENGAN KITA DI INDONESIA ?
Tentu semangat membaca di negara kita masih jauh dari
orang-orang Perancis. Budaya membaca belum begitu kental masuk dalam kalbu. Sayangnya
ketika semangat membaca belum jadi habitus, ada habitus lain yang tumbuh begitu subur dan justru membuat daya berpikir menjadi tumpul yakni screen culture terlebih untuk generasi muda.
Saya tidak sedang memaksa kita untuk segera bertindak saat ini juga, tetapi sekedar untuk memberi penyadaran bahwa di belahan bumi lain, yakni di Perancis ada budaya membaca yang begitu kental. Semoga ini menjadi bahan permenungan bagi kita. Apakah kita sudah terbiasa membaca?
Benar bahwa Teknologi adalah suatu hal yang besar, tetapi buku adalah harta yang tidak boleh hilang. Kita bisa mengikuti jejak negara Perancis dan bekerja untuk memastikan kelangsungan hidup penjual buku independen. Penulis, pembaca, dan pemimpi dari segala usia bisa mendapatkan keuntungan dari jatuh cinta membaca buku. Iya kan? Yongki Wawo.
Benar bahwa Teknologi adalah suatu hal yang besar, tetapi buku adalah harta yang tidak boleh hilang. Kita bisa mengikuti jejak negara Perancis dan bekerja untuk memastikan kelangsungan hidup penjual buku independen. Penulis, pembaca, dan pemimpi dari segala usia bisa mendapatkan keuntungan dari jatuh cinta membaca buku. Iya kan? Yongki Wawo.
Artikel yang bagus.... semoga terus berkembang.... Saya ingin berbagi wawancara dengan Victor Hugo (imajiner) di https://stenote-berkata.blogspot.com/2018/07/wawancara-dengan-victor_87.html
BalasHapus