Langsung ke konten utama

DIKIRA ORANG MADAGASKAR, FILIPINA, DAN AMERIKA LATIN

Selama satu tahun berada di Perancis saya dikira berasal dari Madagaskar, Fillipina dan Amerika Latin, baik oleh orang Perancis maupun orang-orang dari ketiga daerah tersebut. Yang paling sering saya dikira berasal dari Madagaskar. Satu bulan pertama saya berada di Perancis, saya pergi ke kota Bourges. Di situ saya berpapasan di salah satu ruas trotoar dekat katedral Bourges seorang warga Madagaskar. Saya berpikir dia berasal dari Indonesia. Dia pun berpikir saya berasal dari Madagaskar. Dia langsung menegur saya dan bertanya apakah saya orang Madagaskar. Saya menjawab berasal dari Indonesia. Yah begitulah orang Madagaskar kalau bertemu dengan orang sesama negaranya lebih suka antusias menegur lebih dahulu baik menggunakan bahasa Perancis maupun dengan bahasa Madagaskar. Banyak kali saya dikira berasal dari Madagaskar. Kalau bertemu dengan orang-orang Madagaskar maka saya pun disapa dengan menggunakan bahasa Madagaskar. Saya langsung menjawab, “maaf ..saya berasal dari Indonesia”. Di mana-mana kalau bertemu dengan orang Madagaskar maka yang terjadi adalah adanya percakapan karena saya selalu dikira berasal dari Madagaskar.
Satu minggu lalu ketika pergi belanja di supermarket, seorang petugas security (seorang warga Perancis) langsung bertanya kepada saya:” mau belanja oleh-oleh untuk bawa ke Madagaskar yah? Saya jawab…”bukan bos..saya berasal dari Indonesia”. Ohhh dia langsung sambung cerita…karena beberapa bulan lalu dia berlibur di Bali. Uskup Tours pun mengira saya berasal dari Madagaskar, ketika saya bercerita dengan suster Julian yang berasal dari Madagaskar di Souveny ketika mengadakan ziarah umat keuskupan Moulins. Uskup itu ketika lewat di depan kami langsung menegur kami katanya:” hmmm orang Madagaskar ketemu dengan orang Madagaskar yah.” Saya langsung jawab…”bukan…saya berasal dari Indonesia" hehehehe.
Selama 10 bulan saya tinggal di kota Vichy untuk belajar di CAVILAM. Saya tinggal di “maison du missionnaire” milik tarekat Lazarit di kota Vichy. Di situ ada seorang pastor berasal dari Madagaskar. Saya pun lebih akrab dengan orang-orang Madagaskar. Nama pastor itu itu adalah P. Blaise, CM. Dia selalu mengajak saya ketika ada kegiatan bersama dengan orang-orang Madagaskar. Saya pernah mengikuti kegiatan natal oikumene di Clermont-Ferand bersama dengan pastor Blaise, CM untuk warga negara Madagaskar. Semua orang yang hadir saat itu mengira saya berasal dari Madagaskar. Maka ketika bersalam-salaman mereka menggunakan bahasa Madagaskar dengan saya, dan saya menanggapi dengan bahasa HATI, senyum-senyum saja lah …….hehehehe. 

Saya juga dikira orang Amerika Latin oleh orang-orang Amerika Latin sendiri seperti Honduras dan Bolivia. Ketika saya mengadakan ziarah ke Paray le Monial, seorang suster yang berasal dari Bolivia meminta saya agar mentahtakan sakramen mahakudus untuk para peziarah di tempat penampakan Yesus kepada St. Maria Margaretha Alacoque untuk para peziarah. Saya bertanya kepada dia, mengapa berbicara bahasa Spanyol kepada saya. Dia menjawab, katanya muka saya seperti orang Bolivia. Sama halnya dengan salah satu penjual brocante (pasar loak) di Angers. Ketika saya menghampiri tempat jualnya dia langsung senyum dan menyapa saya dengan bahasa Spanyol. Dia berasal dari Honduras. Dia mengira saya berasal dari salah satu negara di Amerika Latin. Beberapa orang Perancis pun pernah salah kaprah ketika melihat saya.
Saya pun dikira berasal dari Filipina dari orang Filipina sendiri. Pada tangagl 11 Juli 2016, di L'aéroport de Paris-Charles-de-Gaulle ada sebuah keluarga Filipina yang melihat-lihat saya dan hendak pulang ke Filipina. Mereka pun memberanikan diri untuk bertanya apakah saya berasal dari Filipina. Saya menjawab, berasal dari Indonesia. Saya pun pernah salah kaprah dengan wajah orang Filipina. Di Bandara Internasional Dubai, saya melihat beberapa penjual barang di bandara itu. Wajah mereka persis orang Indonesia. Saya pun bertanya: apakah berasal dari Indonesia. Dan mereka menjawab berasal dari Filipina. Hehehehe…Kalau begitu muka orang Filipina dan Indonesia hampir sama.
Mengapa sama?
          Menurut catatan sejarah, pulau Madagaskar pertama kali dihuni oleh pendatang asal Indonesia. Mereka diyakini berlayar sejauh 8000 kilometer dari Kalimantan dan Sulawesi. Ilmuwan sejauh ini memang belum menemukan bukti fisik, kecuali hasil uji Mitokondria DNA yang mengungkap garis keturunan penduduk Madagaskar berasal dari Indonesia. Di Wikipedia tertulis: “Les nombreuses recherches pluridisciplinaires récentes - archéologiques, génétiques, linguistiques et historiques - confirment toutes que l'ensemble du peuple malgache est primordialement d'origine austronésienne, plus précisément de l'archipel indonésien.
               Sekilas, orang Filipina dan orang Indonesia sulit untuk dibedakan. Secara fisik orang Indonesia dan orang Filipina sama saja. Tidak heran orang Indonesia yang berada di Filipina sering diajak berbicara bahasa Tagalog. Maklum sama-sama berasal dari ras melayu.
          Mengapa dikira orang Amerika Latin? Karena toh wajah orang Amerika Latin ada yang sama seperti orang Indonesia. Tampang orang Meksiko dari etnis Indianatau penduduk asli benua Amerika (bukan keturunan Spanyol) juga mirip dengan ras Melayu. Rambut mereka hitam. Kulitnya sawo matang.
Saya pun menjadi terbiasa dengan “salah duga” kewarga negaraan tersebut. Saya sering sekali menjelaskan Indonesia kepada mereka yang salah mengira kewarga negaraan saya. Hitung-hitung sebagai promosi Indonesia. Apalagi Indonesia sangat terkenal dengan “BALI” nya. Siapa yang tidak tahu BALI? Hampir setiap orang yang mengajak berbicara dengan saya sangat mengenal BALI dan beberapa dari mereka ada yang sudah berlibur di BALI. Saya pun secara lebih spesifik menjelaskan kepada mereka bahwa saya berasal dari “FLORES”, sebuah pulau di sebelah BALI. Heheheheheh *yongki wawo, msc



Komentar

  1. Salam pater Yongki. Saya senang ada blog. Semoga terus menulis dan dapat menjadi arsip ziarah kehidupan yang dapat ditimba dan berguna bagi orang lain.

    Pengalaman serupa saya alami di Indonesia. Karena saya suka berbahasa Inggeris di night club di Manado ada yang menyangka saya orang Amerika Latin. Di Pekalongan pikir saya orang Arab. Karena banyak orang Arab yang Islam itu minum bir,yang biasanya haram, jadi saya sebagai sesama Arab mengeritik kemunafikan kami. Di Jakarta pertama kali ada yang meminta uang dolar saya karena saya dianggap orang Negro Amerika.

    BalasHapus
    Balasan
    1. om muka internasional juga eeee.,,,pantasan mengembangkan bisnis berbasis internasional. Semoga bisnis kopi bersama rekan dari Korea berjalan lancar. Saya doakan dari tanah misi-Perancis....TUhan memberkati usaha om. AMIN

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

TANDA-TANDA KEHADIRAN ALLAH DALAM HIDUP: SEBUAH PERMENUNGAN!

Saya yakin bahwa tidak seorang pun dari kita yang pernah melihat Tuhan. Ketika seseorang berkata, " Saya percaya kepada Tuhan ," dia tidak mengatakan bahwa dia memiliki bukti keberadaan Tuhan, tetapi bahwa dia memiliki iman kepadaNya. Kata " iman " berarti "percaya." Orang-orang yang percaya adalah orang-orang yang bersatu dengan Tuhan. Mereka mengalami kehadiranNya dalam hidup mereka. Mereka tidak percaya pada transendensi sederhana, atau energi, kekuatan yang tak terlihat ... tetapi mereka percaya kepada SESEORANG yang berbicara kepada mereka secara pribadi, melalui peristiwa-peristiwa hidup mereka, dalam pengalaman batin mereka. Tuhan sering dilambangkan dengan cahaya. Seperti matahari, yang tidak bisa saya tatap secara langsung, tetapi yang menerangi apa yang mengelilingi saya, Tuhan, yang tidak saya lihat, menerangi keberadaan saya dengan memberi saya "tanda-tanda" kehadiran-Nya.  Sejak awal, Tuhan berbicara kepada manusia

MENGENAL TAREKAT RGS-ANGERS

Pada hari ini, 15 Desember 2016, kami makan siang di rumah biara tempat lahirnya tarekat Kongregasi Bunda Pengasih Gembala Baik ( juga dikenal sebagai Good Shepherd Sisters – RGS ). Letaknya tidak jauh dari pastoran Santo Yoseph Angers. Pastor Gilles Crand, Pr mengantar P. Sebastian, P. Martin dan saya untuk makan siang di rumah biara yang besar itu . Komunitas itu hanya dihuni oleh 12 orang suster dari berbagai negara, yakni: India, Irlandia, Swiss, Peru, Costarika, Colombia, dan Perancis. Walaupun di biara pusatnya itu hanya dihuni oleh 12 suster, namun tarekat yang lahir di kota Angers itu, sudah menyebar di berbagai negara di dunia. Saya bertanya kepada salah satu suster asal India yang bertugas di situ mengenai jumlah anggota di seluruh dunia.   Dia mengatakan bahwa   kongregasi internasional dalam Gereja Katolik Roma itu, dulu anggotanya hampir 10,000 orang di dunia. Saat ini kira-kira hampir 4.000 hadir di 72 negara di lima benua, termasuk di Indonesia. Kongregasi

SEORANG DUDA BISA MENJADI IMAM?

P. de Vaugelas adalah seorang pastor projo keuskupan agung Bourges-Perancis Tengah.   Dia sebelumnya adalah seorang bapa keluarga yang memiliki pekerjaan top di salah satu bank Amerika di Paris. Selama masa kerja dia sudah berkeliling dunia, termasuk Indonesia. Waktu luang pun dia pernah habiskan untuk masuk dalam sekolah special di Chateroux untuk menjadi pilot. Dia jalankan itu dengan baik, dan mampu menjadi pilot dalam masa belajar hanya dalam satu tahun saja. “Saya kalau mengemudi mobil, tangan selalu siap sedia di bagiaan rem tangan, dll. Itu semua karena saya terbiasa menjadi pilot,” katanya kepadaku saat kami kembali dari l’abbey Fontgombault pada awal bulan April 2017. Yang menarik buat saya adalah sejak istrinya meninggal dia banyak berefleksi untuk menjadi imam. Dalam usianya yang tidak lagi muda (69 tahun), dia tetap rendah hati untuk meminta bimbingan rohani, termasuk meminta bimbingan rohani kepada salah satu konfrater MSC di Issoudun, Alfred Bours, MSC. Dia jug